kesehatan jantung, anak, orangtua, dewasa, lansia

Mengenal Jantung Koroner

Mengenal Jantung Koroner

Berdasarkan data WHO, penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit tidak menular penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2015 saja, tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal karena PJK. Sedangkan di Indonesia sendiri, lebih dari 2 juta orang terkena PJK di tahun 2013. Dari jumlah tersebut, PJK lebih sering terjadi pada rentang usia 45-54 tahun.

Salah satu penyakit kardiovaskular yang menyebabkan banyak kematian ialah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Bila lemak makin menumpuk, maka arteri akan makin menyempit, dan membuat aliran darah ke jantung berkurang.

Karena menyempit, aliran darah pembawa oksigen dan zat makanan jadi terganggu. Itu bisa menyebabkan kematian mendadak, gangguan irama jantung, ataupun gagal jantung. Gaya hidup tak sehat, seperti banyak mengonsumsi makanan berlemak, merokok, minum alkohol, diabetes melitus, kegemukan, kurang berolahraga, dan stres, bisa menyebabkan timbunan plak.

Berkurangnya aliran darah ke jantung akan memicu gejala PJK, seperti angina pectoris (angin duduk) dan sesak napas. Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri akan tersumbat sepenuhnya, dan memicu serangan jantung.

Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah jantung atau arteri koroner mengalami penyumbatan akibat plak yang terbentuk dari timbunan lemak atau substansi lain, seperti kalsium dan fibrin. Kondisi ini dikenal dengan ateroskelosis.

Plak dapat terbentuk di dinding arteri, bahkan sejak seseorang masih muda. Namun, semakin bertambahnya usia, risiko pembentukan plak akan semakin tinggi. Jika tidak diobati, keberadaan plak dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengganggu suplai darah yang kaya akan oksigen ke jantung. Plak juga dapat menyumbat sebagian besar hingga seluruh aliran darah pada pembuluh arteri. Bila penyumbatan aliran darah terjadi pada arteri koroner, dapat terjadi serangan jantung.

 

Hal-Hal yang Meningkatkan Risiko Terjadinya Penyakit Jantung Koroner

Sejauh ini, penyebab pasti terbentuknya plak pada pembuluh arteri masih belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa hal berikut ini bisa memperbesar risiko terjadinya aterosklerosis:

1. Kebiasaan merokok

Merokok adalah salah satu faktor yang paling berperan dalam meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Setidaknya lebih dari 30% orang yang mengalami serangan jantung adalah seorang perokok aktif.Kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam rokok membuat jantung bekerja lebih berat dari biasanya. Kedua zat tersebut juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah di arteri.

Celakanya, bahan-bahan kimia lain dalam rokok juga bisa merusak lapisan arteri koroner, sehingga kian memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

2. Kolesterol

Kolesterol yang terlalu banyak mengalir dalam darah dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Jenis kolesterol yang membuat risiko penyakit jantung koroner meningkat adalah low-density lipoprotein (LDL) atau yang biasa disebut kolesterol jahat. Kolesterol inilah yang memiliki kecenderungan untuk menempel dan menumpuk di arteri koroner.

3. Diabetes

Penderita diabetes diprediksi memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner. Hal ini diduga karena penderita penyakit ini memiliki lapisan dinding pembuluh darah yang lebih tebal. Tebalnya dinding arteri koroner bisa mengganggu kelancaran aliran darah ke jantung.

4. Penggumpalan darah

Penggumpalan darah atau trombosis yang terjadi pada arteri koroner akan menghambat suplai darah menuju jantung. Proses terjadinya penggumpalan darah ini berhubungan erat dengan faktor lain, seperti proses peradangan, kadar kolesterol tinggi, gula darah yang tidak terkontrol, dan stres.

5. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Seseorang dikategorikan memiliki tekanan darah tinggi jika memiliki tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.

 

Tekanan sistolik sendiri didefinisikan sebagai ukuran tekanan darah saat jantung berkontraksi untuk memompa darah keluar. Sementara itu, tekanan diastolik adalah tekanan darah saat otot jantung meregang untuk mengisi darah.

 

Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner

Untuk meminimalkan risiko terkena penyakit jantung koroner, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan, di antaranya:

1.Berolahraga secara rutin

2.Menerapkan pola makan sehat dan gizi seimbang dengan memperbanyak asupan buah dan sayur serta mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan garam berlebih

3.Berhenti merokok

4.Menurunkan berat badan jika berlebihan

5.Membatasi konsumsi alkohol

6.Mengontrol tekanan darah

7.Mengelola stres, baik dengan terapi relaksasi atau meditasi

8.Beristirahat yang cukup

Bahaya penyakit jantung koroner dapat memengaruhi kualitas hidup Anda, bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak akibat serangan jantung. Oleh karena itu, periksakan diri secara rutin ke dokter jika Anda berisiko tinggi terkena penyakit ini.

Dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter bila sudah mengalami gejala penyakit jantung koroner, seperti nyeri dada yang muncul saat melakukan aktivitas berat atau stres, sesak napas, keringat dingin, dan nyeri dada yang menjalar hingga ke lengan dan leher.

 

Gejala penyakit jantung koroner 

Setiap orang bisa mengalami penyakit jantung koroner, sehingga mengetahui gejala   penyakit ini sangat penting untuk mendeteksi sedini mungkin. Berikut gejala yang harus Anda waspadai:

1. Nyeri dada atau dada seperti tertindih

Nyeri dada menjadi salah satu gejala yang paling umum terjadi pada penyakit jantung. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh kurangnya asupan darah kaya oksigen ke otot jantung sehingga dada terasa berat atau seperti tertindih. Rasa nyeri pada dada biasanya terjadi dan sangat terasa ketika Anda sedang melakukan aktivitas, misalnya saat berolahraga serta saat Anda sedang mengalami stres emosional.

2. Sesak napas

Jantung yang tidak berfungsi dengan baik, yakni memompa darah menuju paru-paru yang mengakibatkan Anda sulit bernapas. Tidak hanya itu, banyaknya cairan yang terdapat pada paru-paru akan membuat kondisi ini semakin parah, terlebih bila terjadi bersamaan dengan nyeri dada.

3. Rasa mudah lelah

Mudah lelah merupakan efek yang ditimbulkan dari fungsi jantung yang tidak normal. Biasanya mudah lelah disertai dengan pusing terjadi akibat sirkulasi darah yang terganggu.

4. Keringat dingin, mual, dan muntah

Saat pembuluh darah menyempit, secara tidak langsung otot-otot pada jantung akan kekurangan oksigen sehingga menyebabkan iskemia. Iskemia sendiri merupakan kondisi yang memicu terjadinya keringat secara berlebih serta mual dan muntah.

5. Jantung berdebar atau palpitasi

Jantung berdebar (palpitasi) adalah kondisi ketika Anda merasakan degup jantung yang sangat kuat, tidak seperti biasanya. kondisi umum yang bisa terjadi pada siapa saja, bahkan di usia berapa pun. Namun, paling sering menyerang orang yang mudah stres atau cemas dan yang memiliki penyakit jantung.

 

Kapan Harus Memeriksakan Diri ke Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah?

Penyakit jantung merupakan penyakit mematikan. Oleh karenanya, Anda disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung jika mengalami beberapa gejala berikut:

  1. Nyeri dada yang menjalar hingga ke punggung, dagu, tenggorokan, atau lengan.
  2. Sesak napas.
  3. Detak jantung tidak beraturan.
  4. Mual.
  5. Pusing dan lemas.
  6. Berkeringat.
  7. Cepat lelah atau muncul keluhan sesak atau nyeri dada setelah melakukan aktivitas fisik, misalnya setelah naik tangga atau berolahraga.

Jika merasakan gejala-gejala di atas, segeralah mengunjungi dokter spesialis jantung. Jika tidak segera ditangani, serangan jantung berisiko tinggi menimbulkan kematian. Anda juga disarankan memeriksakan diri jika memiliki faktor risiko, seperti obesitas dan diabetes. Penanganan segera dapat mengurangi kerusakan yang lebih parah terhadap jantung.

Categories