anak, internist

Cegah Pneunomia pada Anak

Penyakit pneumonia merupakan radang paru yang diakibatkan bakteri, virus dan jamur yang ada dimana-mana sehingga menyebabkan demam, pilek, batuk, sesak napas. Ketika kekebalan bayi dan balita rendah maka fungsi paru dapat terganggu. Rendahnya tingkat kekebalan bayi dan balita dapat disebabkan oleh pajanan asap rokok, asap/debu di dalam rumah, praktek pemberian air susu ibu (ASI) yang sedikit atau tidak eksklusif, gizi kurang ataupun gizi buruk, imunisasi tidak lengkap, bayi dengan berat badan lahir rendah, penyakit kronik dan lainnya.

 

Diketahui pneumonia merupakan penyebab kematian pertama pada bayi dan balita di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 juga menunjukkan angka prevalensi pneumonia pada balita tinggi yaitu 4,5 per 100 balita. Hal ini berarti, 4-5 dari 100 balita, menderita pneumonia. Sementara berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2017 15% dari kematian anak dibawah 5 tahun atau 5,5 juta kematian pada balita disebabkan oleh pnemonia dan berdasarkan sampel sistem registrasi Balitbangkes tahun 2016 jumlah penderita pneumonia pada anak di Indonesia mencapai lebih dari 800.000 anak.

 

 

Pneumonia, Ancaman Serius pada Balita

 

Pneumonia pneumokokus adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus atau Streptococcus pneumonia. Pneumokokus merupakan bakteri yang bisa menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan pada balita. Walaupun kebanyakan gejala yang ditimbulkan bakteri ini ringan, tetap ada kemungkinan muncul penyakit yang fatal atau mengakibatkan komplikasi jangka panjang.

 

Banyak orang, terutama anak-anak, yang tanpa sadar membawa bakteri pneumokokus di hidung dan tenggorokannya. Awalnya, bakteri ini mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun, sewaktu-waktu pneumokokus bisa masuk ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain adalah atlektasis, peradangan selaput jantung (pericarditis) dan bakterimia. Bakteri ini juga bisa menyebabkan anak terkena infeksi telinga akut yang dapat berujung dengan ketulian, sinusitis, sepsis, meningitis, hingga kerusakan otak permanen dan kematian.

 

Sistem imunitas pada anak yang lemah atau belum terbentuk sempurna tidak mampu membasmi infeksi awal yang ringan, sehingga infeksi dapat menyebar ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia. Pneumonia pada anak dapat menyebabkan sulit bernapas dan asupan oksigen berkurang.

 

Anak-anak yang memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia, antara lain:

  • Bayi yang tidak mendapat Air Susu Ibu (ASI)
  • Anak yang kurang gizi
  • Anak dengan kondisi imunodefisiensi
  • Anak yang terkena infeksi campak
  • Tidak mendapatkan imunisasi
  • Bayi lahir prematur
  • Sejumlah faktor lingkungan juga dapat meningkatkan risiko anak terkena pneumonia, misalnya orang tua yang merokok atau tinggal di pemukiman padat penduduk.

 

 

Waspadai Gejala Pneumonia pada Anak

 

Sahabat Hermina sebaiknya jangan menunggu sampai anak terkulai lemas untuk memastikan bahwa anak memang sakit. Ketika ritme napas anak menjadi cepat, dan anak tampak tidak nyaman ketika bernapas, sesak nafas atau bahkan kesulitan bernapas, maka Sahabat Hermina sudah harus sigap membawanya ke dokter, karena bisa jadi ini merupakan gejala pneumonia.

 

Pneumonia pada anak bisa juga disertai dengan beberapa gejala seperti berikut ini.

  • Batuk berdahak atau batuk kering
  • Hidung tersumbat
  • Muntah
  • Demam
  • Mengi atau napas berbunyi
  • Kesulitan untuk bernapas, dada dan perut menggembung
  • Terasa nyeri di bagian dada
  • Menggigil
  • Merasa sakit pada bagian perut
  • Tidak nafsu makan
  • Menangis lebih sering dari biasanya
  • Sulit beristirahat
  • Pucat dan lesu
  • Pada kasus yang parah, bibir dan kuku jari bisa berubah warna menjadi kebiruan atau abu-abu

 

 

Pencegahan Pneumonia pada Anak 

 

Penyakit ini menular melalui percikan ludah ketika penderita pneumonia batuk atau bersin, termasuk menyentuh sapu tangan penderita. Selain itu, penularan pneumonia juga dapat menular melalui berbagi peralatan makan dan minum milik penderita.

 

Keluarga berperan yang besar dalam kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa yang harus mendapat perlindungan dan hak kesehatannya termasuk STOP Pneumonia dengan cara memberikan gizi yang cukup.

 

Pastikan kecukupan gizi seimbang pada anak dengan memberikan ASI pada bayi minimal selama enam bulan pertama. Ini penting untuk memberikan system imun pada anak secara alami dalam melawan penyakit. Cukupi kebutuhan nutrisi MPASI anak dengan memberikannya gizi lengkap, yang termasuk protein, karbohidrat, lemak dan juga tambahan sayur dan buah-buahan.

 

Menuntaskan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) untuk anak temasuk imunisasi Hib (Haemophilus influenzae tipe B), vaksin campak, serta vaksin pertusis atau batuk rejan yang dikenal dengan imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus). Imunisasi tersebut merupakan cara paling efektif untuk mencegah pneumonia.

 

Menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih, meliputi kebersihan diri seperti mencuci tangan sebelum makan, kebersihan lingkungan seperti menjauhkan anak dari asap rokok atau polusi udara, pastikan pula menjaga sanitasi, seperti kebersihan rumah dan ventilasi udara yang baik, serta mengolah makanan secara bersih.

 

Obati ke Fasilitas Kesehatan (Faskes) jika anak sakit. Sahabat Hermina dihimbau jangan menunda membawa anak ke Faskes apabila ditemukan tanda dan gejala pneumonia pada anak.

 

Manfaatkan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) untuk mendapatkan informasi kesehatan anak. Buku KIA berisi lembar informasi dan catatan pelayanan kesehatan serta catatan khusus bilamana ada kelainan pada ibu selama hamil, bersalin sampai nifas serta pada anak (janin, bayi baru lahir, bayi dan anak sampai usia 6 tahun). Informasi dalam Buku KIA sangat penting untuk pemantauan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA harus dibaca dan dimengerti ibu dan keluarga, ditunjukan pada petugas kesehatan dimanapun pelayanan kesehatan diberikan, untuk dicatatkan tindakan yang diberikan. Informasi tentang kesehatan dan catatan khusus bilamana ada kelainan pada ibu serta anak harus dicatat di dalam Buku KIA

 

 

Cegah Pneumonia Pneumokokus dengan Vaksin

 

Meski pneumonia pneumokokus bisa mengancam keselamatan balita, Anda tidak perlu terlalu khawatir karena penyakit ini termasuk dalam PD3I, yaitu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Oleh karena itu, orang tua sangat disarankan untuk memenuhi dan melakukan rutin imunisasinya untuk si buah hati. Selain vaksinasi wajib yang telah disebutkan di atas, pneumonia juga dapat dicegah dengan vaksin PCV.

 

Vaksin PCV atau pneumococcal conjugate vaccine adalah vaksin yang mengandung bagian dari dinding sel bakteri pneumokokus. Vaksin PCV dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus penyebab penyakit berbahaya, seperti meningitis dan pneumonia. Untuk melindungi buah hati dan keluarga Anda dari penyakit tersebut, pemberian vaksin PCV bisa dilakukan sebagai salah satu bentuk pencegahan yang tepat.

 

Jika Sahabat Hermina masih bingung dan ragu, konsultasikan ke Rumah Sakit Hermina Serpong untuk mendapatkan solusi terbaik mengenai jadwal dan kapan harus melakukan imunisasi yang tepat untuk buah hati.

Categories