- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 27 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
HADAPI MUSIM HUJAN DENGAN PENCEGAHAN SAKIT PERUT<\/a><\/h3>
Pada bulan Desember, kasus penyakit pencernaan, seperti diare dan gastroenteritis, juga dapat meningkat. Hal ini disebabkan oleh makanan yang kurang higienis dan cuaca yang dingin yang dapat memperlambat proses pencernaan. Untuk mencegah penularan penyakit pencernaan, penting untuk mengonsumsi makanan yang bersih dan matang, serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan. \n\n Penyakit pencernaan adalah sekelompok kondisi yang terjadi ketika sistem pencernaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sistem pencernaan adalah kumpulan organ yang bertanggung jawab untuk memecah makanan menjadi nutrisi yang dapat diserap oleh tubuh. \n\n Penyebab penyakit pencernaan dapat bervariasi, termasuk infeksi, faktor genetik, dan gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa penyakit pencernaan yang umum terjadi meliputi: \n\n Diare adalah buang air besar yang berair, encer, dan lebih sering dari biasanya. Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit, serta makanan yang tidak bersih atau matang. \nGastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus kecil. Gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit, serta makanan yang tidak bersih atau matang. \nInfeksi saluran pencernaan adalah infeksi yang menyerang saluran pencernaan. Infeksi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit. \n\n Gejala penyakit pencernaan dapat bervariasi, tergantung pada jenis penyakitnya. Beberapa gejala umum penyakit pencernaan meliputi: \n\n \n Sakit perut \n Mual dan muntah \n Kembung \n Diare \n Sembelit \n Penurunan berat badan \n Kurang darah \n \n\n Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. \n\n Berikut adalah beberapa tips untuk mencegah penyakit pencernaan: \n\n \n Konsumsi makanan yang bersih dan matang \n Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan \n Hindari mengkonsumsi makanan yang cepat saji \n Minum air putih yang cukup \n Olahraga secara teratur \n Istirahat yang cukup \n \n\n Dalam merangkai upaya pencegahan penyakit pencernaan di musim hujan, penting bagi kita untuk selalu mengutamakan kesehatan dan kebersihan. Setiap langkah kecil, seperti mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan yang bersih, dan menjalani gaya hidup sehat, dapat memiliki dampak besar dalam melindungi sistem pencernaan. RSIA Hermina Mutiara Bunda Salatiga, dengan tim dokter spesialis anaknya, siap menjadi mitra kesehatan yang andal dalam memberikan layanan terbaik. Melalui pendekatan proaktif dan perhatian khusus, RSIA Hermina Mutiara Bunda Salatiga mendedikasikan diri untuk menjaga kesehatan masyarakat, terutama dalam menghadapi risiko penyakit musiman. Mari bersama-sama menjaga kesehatan dan melangkah ke arah gaya hidup yang lebih baik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 21 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengatasi Keraguan tentang Vaksin untuk Membangun Kesehatan Bersama<\/a><\/h3>
Keraguan terhadap vaksin merupakan tantangan serius yang dihadapi dalam upaya pencegahan penyakit. Faktor pemicu keraguan ini meliputi informasi yang kurang akurat atau ketidak pahaman akan keamanan serta manfaat vaksinasi. Artikel ini bertujuan untuk memberikan sudut pandang yang lebih holistik, dengan melibatkan perspektif tenaga kesehatan, guna merespons kekhawatiran masyarakat. Harapannya, artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang urgensi vaksinasi dalam melindungi kesehatan individu dan membangun keberlanjutan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. \n\n Upaya Pemerintah dan Program Vaksinasi di Indonesia: \n\n Pemerintah Indonesia telah gencar dalam meningkatkan cakupan vaksinasi melalui strategi yang terintegrasi, termasuk sosialisasi, edukasi, dan kemitraan dengan sektor masyarakat dan swasta. Dua program utama, yaitu Program Imunisasi Dasar Lengkap (PIDL) dan Program Imunisasi Rutin (PIR), menjadi pilar utama dalam memberikan perlindungan menyeluruh. \n\n 1. Program Imunisasi Dasar Lengkap (PIDL): \n Program ini tidak hanya menawarkan vaksinasi sebagai langkah preventif, tetapi juga sebagai momen khusus dalam perjalanan kesehatan anak-anak. Dengan merancang program "Vaksinasi Sebagai Pahlawan Kecil," pemerintah berupaya memberikan pengalaman yang positif dan bermakna, membangun kesadaran akan pentingnya kekebalan tubuh. \n\n 2. Program Imunisasi Rutin (PIR): \n PIR tidak hanya berfokus pada penyediaan vaksin, tetapi juga memperkenalkan konsep "Vaksinasi Plus," yang melibatkan masyarakat umum dalam kampanye penyuluhan dan kegiatan bersama. Hal ini bertujuan untuk menciptakan ikatan emosional antara masyarakat dan program vaksinasi, meningkatkan partisipasi aktif. \n\n Tujuan Program Vaksinasi di Indonesia: \n\n Tujuan program vaksinasi di Indonesia tidak hanya mencakup pencegahan penyakit dan peningkatan kualitas hidup, tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai mitra aktif dalam meraih tujuan tersebut. Konsep "Kesehatan Bersama" diperkenalkan sebagai bagian integral dari tujuan, mengajak masyarakat untuk berkontribusi secara positif pada kesehatan diri dan lingkungan. \n\n Keberhasilan dan Tantangan: \n\n Meskipun berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian, tantangan tetap ada. Program "Dokter Keliling Vaksinasi" diusulkan sebagai langkah inovatif untuk meningkatkan cakupan, mengatasi kendala geografis, dan memberikan edukasi langsung kepada masyarakat yang sulit dijangkau. \n\n Kesimpulan: \n\n Dengan pemahaman mendalam terhadap manfaat vaksinasi, diharapkan masyarakat dapat mengatasi keraguan dan mendukung program vaksinasi. Artikel ini mendorong partisipasi aktif, mengajak masyarakat untuk merayakan keberhasilan bersama dan membentuk fondasi yang kokoh bagi kesehatan bersama yang berkelanjutan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekanbaru<\/a><\/li>
- 07 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Batuk pada anak? Begini cara atasinya<\/a><\/h3>
Batuk dan pilek merupakan masalah yang sering menimpa anak-anak. Batuk dan pilek biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri yang menginfeksi hidung dan tenggorokan. Batuk dan pilek yang disebabkan oleh infeksi virus bisa hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari, sehingga pengobatan antibiotik tidak diperlukan. Batuk dan pilek yang perlu diobati dengan antibiotik adalah karena infeksi bakteri. Meski tidak berbahaya, batuk dan pilek bisa mengganggu aktivitas dan istirahat anak. \n\n Anak-anak yang biasanya ceria mungkin juga terlihat lesu dan tidak bersemangat. Jika iya, sebagai orang tua pasti merasa sedih dan berharap anak sehat kembali. Agar batuk dan pilek tidak mengganggu aktivitas anak dan mengurangi aktivitasnya, ada beberapa langkah sederhana yang bisa Ibu lakukan untuk meredakannya tanpa perlu obat. \n\n \n\n Penanganan Batuk Pilek di Rumah \n\n Jika anak Anda sedang pilek dan batuk, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, terutama jika anak Anda berusia di bawah 2 tahun. Meski begitu, Ibu tetap bisa membantu meredakan keluhannya dengan upaya sederhana berikut ini: \n\n 1. Pastikan Anak cukup tidur \n\n Saat pilek, tubuh anak Anda membutuhkan lebih banyak energi untuk melawan virus atau bakteri penyebab infeksi. Jadi pastikan anak Anda cukup tidur dan istirahat. Buat kamar tidurnya nyaman sehingga dia bisa tidur lebih nyenyak. Selain memulihkan energi, tubuh anak Anda juga membutuhkan tidur untuk memulihkan diri. \n\n 2. Berbaring dengan kepala tegak \n\n Saat pilek, anak Anda mungkin mengalami hidung tersumbat, membuatnya sulit bernapas, dan mungkin menjadi rewel karena sulit tidur. Untuk memudahkan si kecil bernapas, jaga agar kepalanya tetap tinggi saat ia tidur. Gunakan bantal ekstra untuk menopang kepala dan bahu si kecil. \n\n 3. Perbanyak minum air putih \n\n Jika anak Anda berusia di atas 6 bulan, beri dia lebih banyak air untuk diminum. Air membantu mengencerkan dahak di saluran pernapasan, membuatnya lebih mudah untuk dikeluarkan. Selain itu, dengan minum air putih yang cukup, anak Anda akan terhindar dari dehidrasi yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan lainnya. \n\n Anda juga bisa memberinya minuman panas, seperti teh, untuk mengalihkan perhatiannya. Selain meredakan pilek dan batuk, minuman panas juga bisa meredakan sakit tenggorokan. \n\n Jika bayi Anda masih menyusui, teruslah menyusui. ASI dapat membantu bayi pulih dari flu lebih cepat. \n\n \n\n 4. Beri madu \n\n Sejak zaman dulu, orang percaya bahwa madu dapat meredakan batuk dan sakit tenggorokan. Faktanya, banyak orang menganggap minuman manis ini lebih efektif daripada obat batuk yang dijual bebas. Namun, madu hanya boleh diberikan kepada anak di atas 1 tahun. \n\n Untuk meredakan pilek dan batuk, beri anak Anda setengah sendok teh madu sebelum tidur. Untuk memudahkan anak Anda makan, Anda bisa mencampurkan 2 sendok teh madu dengan air perasan lemon atau teh hangat. \n\n \n\n 5. Oleskan balsam khusus anak-anak \n\n Cara lain untuk meredakan batuk dan pilek pada anak adalah dengan mengoleskan lip balm di dada, leher, dan punggungnya. Namun, pastikan balsam yang Anda gunakan diformulasikan untuk bayi atau anak-anak. Balsam bayi sering mengandung mentol, kayu putih, chamomile, dan kapur barus. Bahan-bahan alami tersebut dinilai aman dan efektif meredakan batuk dan pilek pada anak. \n\n Meski langkah sederhana di atas dapat meredakan batuk dan pilek, Anda tetap perlu waspada dan berkonsultasi dengan dokter, terutama jika anak Anda berusia di bawah 3 bulan. \n\n Anda juga memerlukan perhatian medis segera jika batuk anak Anda tidak membaik setelah 10 hari, disertai demam tinggi (di atas 38 derajat Celcius), sesak napas, dahak dan lendir berwarna kuning atau hijau, atau jika anak Anda tidak mau makan. dan menyusui. \n\n Jika kita tidak ingin sikecil terkena batuk pilek berulangmaka ajarkan anak untuk hidup bersih, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan menutup hidung ataupun mulut ketika bersin/batuk. Perilaku ini dapat memutus penularan batuk dan pilek anak. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 24 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pada Usia Berapa Anak dikatakan Mengalami Speech Delay<\/a><\/h3>
Siapa disini yang masih beranggapan anak yang jarang bicara itu terlihat cool, Sahabat Hermina jangan sampai salah sangka ya, anak yang jarang berbicara bisa saja bukan karena sifatnya yang pendiam, namun bisa jadi karena anak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan apa yang ingin dia sampaikan. \n\n Kemampuan berbicara menjadi salah satu kemampuan dasar yang harus diperhatikan oleh orang tua, karena keterampilan berbicara pada anak akan menjadi salah satu modal utama untuk anak berkomunikasi dengan orang sekitarnya. \n\n \n\n Apa itu Speech Delay ? \n\n Speech delay adalah sebuah keadaan yang dialami oleh anak yang menyebabkan mereka mengalami keterlambatan berbicara dan berbahasa, dalam hal ini anak kesulitan dalam menyampaikan isi pikirannya dengan baik sehingga setiap kata - katanya sulit untuk dimengerti. Anak yang mengalami keterlambatan berbicara mampu mengucapkan kata - kata hanya saja mengalami kesulitan dalam menghubungkannya, sehingga pada kondisi ini orang tua kesulitan dalam memahami kata - katanya. \n\n Umumnya anak pada usia 2 tahun sudah dapat menguasai sekitar 25-50 kosa kata dan menggabungkan 2 kata menjadi sebuah kalimat, sementara pada anak usia 3 tahun sudah mampu menyusun 3-4 kata menjadi kalimat yang utuh. \n\n \n\n Penyebab Speech Delay \n\n Terdapat beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab speech delay diantaranya adalah : \n\n 1. Adanya gangguan pendengaran \n\n 2. Kurang Stimulasi \n\n 3. Gangguan pada organ mulut (bibir sumbing,lipatan bawah lidah yang pendek) \n\n 4. Memiliki riwayat kejang, trauma kepala dan radang otak \n\n 5. Autisme \n\n 6. Terlalu banyak bermain gadget \n\n 7. Adanya infeksi telinga \n\n 8. Lingkungan bilingual (bahasa yang beragam) \n\n \n\n Tanda - tanda Speech Delay \n\n 1. Usia 0-6 bulan : bayi tidak menoleh ketika dipanggil, tidak ada babbling (bababa, papapa, dadada) \n\n 2. Usia 6-12 bulan : kurang ekspresi pada wajah bayi, bayi tidak menunjuk dengan jari pada usia 12 bulan \n\n 3. Usia 12-18 bulan : tidak ada kata yang berarti pada bayi usia 16 bulan, (setiap kata yang diucapkan sulit dimengerti) \n\n 4. Usia 18-24 bulan : tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti ketika diucapkan oleh anak \n\n \n\n Penanganan Speech Delay \n\n 1. Sering mengajak anak berkomunikasi \n\n 2. Merespon saat anak mengajak berbicara \n\n 3. Batasi penggunaan gadget \n\n 4. Bantu anak memahami nama benda disekitar \n\n Jika Sahabat Hermina menemukan tanda - tanda speech delay maka segeralah berkonsultasi dengan Dokter Spesialis terdekat, penanganan yang tepat dan cepat akan memudahkan anak dalam mendapatkan terapi. Sahabat Hermina dapat melakukan konsultasi secara online dengan Dokter Spesialis RS Hermina melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apa Tujuan Dilakukan Pemeriksaan EEG ?<\/a><\/h3>
EEG merupakan kependekan dari electroencephalography. Ini merupakan teknik pemeriksaan yang berhubungan dengan saraf. Tentunya pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan di rumah sakit atas saran dokter. Mari cari tahu lebih jauh tentang apa tujuan dilakukan pemeriksaan EEG dan seperti apa prosedur yang dijalankan. \n\n \n\n Pengertian Pemeriksaan EEG \n\n Telah disebutkan sebelumnya bahwa EEG adalah electroencephalography. Ini merupakan sebuah pemeriksaan yang memakai cakram logam kecil disebut sebagai elektroda. Nantinya elektroda tersebut akan diletakkan di kulit kepala. Konsepnya sederhana, tes ini akan melakukan deteksi aktivitas listrik yang ada di otak. \n\n EEG dijalankan dengan cara merekam aktivitas yang terjadi di sel-sel otak. Hasil akhir dari pemeriksaan ini merupakan garis bergelombang yang menunjukkan aktivitas tersebut. \n\n Rekaman EEG akan menunjukkan adanya aktivitas komunikasi melalui impuls listrik di dalam otak. Dokter membutuhkan hasil rekaman EEG ini untuk menegakkan diagnosis. Tentunya hasil rekaman EEG harus benar-benar akurat karena rekaman yang tidak akurat hanya akan memicu munculnya kesalahan diagnosis. \n\n \n\n Tujuan Pemeriksaan EEG \n\n Setiap bentuk pemeriksaan pasti memiliki tujuan masing-masing. Pemeriksaan EEG itu sendiri bisa menentukan adanya perubahan aktivitas di otak. Hal inilah yang nantinya bisa membantu dokter untuk menegakkan diagnosis terkait penyakit yang berhubungan dengan gangguan otak. Misalnya saja seperti epilepsi, gangguan kejang, dan lain sebagainya. \n\n Berikut adalah beberapa jenis kondisi yang biasanya membutuhkan pemeriksaan EEG: \n\n \n \n Kerusakan otak yang disebabkan oleh cedera kepala. \n \n \n Tumor yang muncul dan berkembang di otak. \n \n \n Disfungsi otak yang disebabkan oleh berbagai faktor atau dikenal sebagai ensefalopati. \n \n \n Peradangan otak atau ensefalitis. \n \n \n Gangguan tidur seperti insomnia. \n \n \n Trauma yang terjadi pada kepala. \n \n \n\n Jadi jelas bahwa tujuan pemeriksaan EEG adalah untuk mengetahui adanya gangguan pada otak dan mendeteksi perubahan aktivitas di otak. Selain itu, pemeriksaan EEG ini juga biasa dilakukan untuk mengkonfirmasi kematian otak pada pasien yang mengalami kondisi koma secara persisten. \n\n Pada kondisi tertentu, dokter akan memerintahkan pemeriksaan EEG berkelanjutan. Prosedur ini dilakukan untuk menemukan tingkat anestesi yang paling tepat pada pasien koma. \n\n \n\n Prosedur Pemeriksaan \n\n Seperti apa prosedur pemeriksaan EEG ini? Pasien akan menjalani 3 tahapan selama pemeriksaan EEG yaitu persiapan, proses periksa, dan pasca periksa. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing tahap tersebut: \n\n 1. Persiapan Tes \n\n Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien harus mempersiapkan diri terlebih dahulu. Hal yang harus dilakukan oleh pasien adalah mendengar penjelasan dan arahan dokter dengan cermat. Umumnya dokter akan meminta informasi dari pasien mengenai jenis obat apa saja yang dikonsumsi selama ini. \n\n Demi pemeriksaan lancar dan akurat, pasien juga disarankan untuk mencuci rambut terlebih dahulu. Namun pasien lebih baik tidak memakai produk kondisioner atau produk rambut lain yang bersifat khusus. \n\n 2. Prosedur Tes \n\n Selama pemeriksaan berlangsung, pasien akan berbaring di meja atau tempat tidur. Selanjutnya teknisi akan memasang kurang lebih 20 sensor kecil di kulit kepala pasien. Semua sensor ini disebut sebagai elektroda dan akan bekerja mengambil data aktivitas dari setiap sel-sel otak. Data tersebut kemudian akan dikirimkan ke mesin dan ditampilkan dalam bentuk rangkaian garis atau gelombang. \n\n Pasien sebaiknya rileks selama proses pemeriksaan. Biasanya teknisi juga akan meminta pasien untuk menarik napas dalam dan cepat atau bisa juga meminta pasien menatap cahaya sambil berkedip. Semua hal tersebut bisa membantu mengubah pola gelombang otak sehingga meningkatkan akurasi pemeriksaan. \n\n 3. Setelah Tes \n\n Jika pemeriksaan EEG sudah selesai, maka teknisi akan melepaskan semua elektroda dan membasuh lem penahan elektroda tersebut. Pasien perlu menunggu terlebih dahulu sebelum akhirnya pulang. Setelah dipastikan tidak ada efek samping seperti kejang maka dokter akan meminta pasien untuk pulang ke rumah. \n\n \n\n Faktor yang Mengganggu Hasil Pemeriksaan EEG \n\n Rekaman hasil perekaman EEG bisa saja tidak akurat dan mengalami gangguan. Kondisi ini terjadi karena berbagai faktor penyebab. Ada beberapa kondisi pasien yang membuat hasil perekaman EEG justru tidak cukup akurat dan tidak bisa dipakai untuk menegakkan diagnosis. Misalnya saja pada pasien dengan gula darah rendah dan pasien yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. \n\n Umumnya pasien dengan riwayat konsumsi kafein tinggi juga tidak bisa mendapatkan hasil pemeriksaan EEG yang akurat. Itulah mengapa sebaiknya pasien menghindari konsumsi kafein dalam jumlah tinggi sebelum menjalani pemeriksaan. \n\n Perlu diketahui juga bahwa pemakaian minyak rambut, semprotan rambut, maupun bahan-bahan kimia lainnya juga berpengaruh pada hasil pemeriksaan EEG. Jadi lebih baik ikuti saja saran dokter untuk tidak memakai produk rambut apapun sebelum pemeriksaan. Mencuci rambut mungkin tidak masalah asalkan hanya dengan sampo biasa dan tidak menggunakan produk-produk lainnya. \n\n Sekarang Sahabat Hermina sudah tahu apa tujuan dilakukan pemeriksaan EEG dan seperti apa prosedurnya. Jika Sahabat Hermina disarankan untuk melakukan pemeriksaan EEG segera lakukan di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyebab dan Penanganan Tepat Saat Anak Kejang Demam<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, saat anak mengalami kejang disertai demam, tentunya orangtua akan merasa panik dan melakukan berbagai cara sebagai penanganan awal, seperti memasukkan sendok ke dalam mulut anak. Secara tidak sadar hal tersebut dapat menyebabkan anak mengalami cidera rahang, kerusakan gusi bahkan berisiko gigi patah. Kejang demam merupakan kondisi dimana anak mengalami kejang saat sedang demam, ketika suhu tubuh si kecil mencapai 38°C bahkan lebih. Setiap anak memiliki faktor genetik dan ambang kejang yang berbeda-beda, seperti halnya anak dengan demam 40°C bisa saja tidak mengalami kejang, namun ada pula anak dengan demam 39°C sudah kejang. Biasanya kejang demam pada anak terjadi di usia 6 bulan sampai 5 tahun. \n\n Kejang demam bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti adanya infeksi pada saluran pernapasan, bakteri, virus, jamur dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam pada anak, yakni faktor usia dan faktor keturunan/ genetik. Jika dalam keluarga memiliki riwayat kejang demam, maka risiko seorang anak mengalami kejang saat sedang demam akan semakin besar. \n\n Penanganan yang bisa dilakukan ketika anak mengalami kejang demam: \n\n \n Usahakan untuk tetap tenang dan tidak panik \n Letakan anak pada permukaan datar atau tempat tidur \n Longgarkan pakaian si kecil terutama di sekitar leher \n Jauhkan semua benda berbahaya yang ada disekitar anak \n Letakkan anak dalam posisi miring untuk mencegah anak tidak tersedak oleh air liur atau muntahan si kecil. \n Jangan memasukkan benda atau obat apapun ke dalam mulut si kecil yang sedang kejang, karena dapat menyumbat saluran pernapasan dan menimbulkan cedera pada rahang dan gigi. \n Jangan menahan gerakan anak yang sedang kejang \n Lakukan observasi, ukur suhu tubuh anak, dan catat berapa lama kejang terjadi \n Selalu dampingi anak selama masih kejang dan setelah kejang berlangsung \n \n\n Ketika anak mengalami kejang, usahakan agar panik untuk menghindari hal-hal yang bisa membahayakan anak tanpa disadari. Untuk pencegahannya Sahabat Hermina dapat menyediakan obat demam di rumah agar sewaktu-waktu saat si kecil mengalami demam bisa langsung diberikan sebagai penanganan awal agar anak tidak sampai kejang. Selain itu, sediakan thermometer dirumah agar dapat mengetahui suhu tubuh si kecil saat sedang demam, lakukan observasi atau rekam saat anak mengalami kejang untuk dikonsultasikan dengan dokter. Segera bawa anak ke Rumah Sakit jika anak mengalami kondisi sebagai berikut: \n\n \n Anak mengalami kejang selama lebih dari 5 menit \n Anak kesulitan bernapas dan wajahnya mulai membiru \n Kejang berulang dalam jangka waktu 24 jam. \n Terjadinya penurunan kesadaran atau tidak sadarkan diri \n Setelah megalami kejang anak mempunyai perubahan perilaku atau menjadi halusinasi \n \n\n Sahabat Hermina, jangan ragu untuk konsultasikan kesehatan si kecil bersama dokter spesialis Anak kami di RS Hermina Galaxy. Saat ini buat janji dokter jadi lebih mudah dan cepat melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 25 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Tumor Pembuluh Darah (Hemangioma) Pada Anak, Apakah Berbahaya ?<\/a><\/h3>
Gambaran Umum \n\n Hemangioma infantil (HI) adalah jenis tumor pembuluh darah yang terbentuk akibat pertumbuhan sel-sel pembuluh darah (vascular endothelial cells) yang terlalu berlebihan. Kondisi ini dapat terjadi pada bayi baru lahir yang terlihat sebagai bintik merah atau penebalan berwarna merah di kulit. Sebagian kecil hemangioma infantil dapat menghilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak, namun dapat juga menyebabkan masalah yang serius apabila terletak di daerah tertentu seperti di sekitar mata atau mulut. \n\n \n\n Tanda dan Gejala \n\n Hemangioma infantil biasanya terlihat sebagai bintik merah atau penebalan berwarna merah. Tampilan fisik hemangioma infantil dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan ukurannya. Hemangioma infantil yang terletak di permukaan umumnya terlihat seperti penebalan atau benjolan berwarna kemerahan atau kebiruan. Hemangioma infantil yang terletak di organ dalam, seperti hati atau otak, tidak dapat terlihat secara fisik, akan tetapi hanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan khusus seperti ultrasonografi (USG) atau magnetic resonance imaging (MRI). Fase atau perubahan pada keadaaan Hemangioma infantil dapat dijelaskan sebagai berikut ini: \n\n \n \n Fase proliferasi. Sel-sel pembuluh darah terus berkembang dan menyebabkan peningkatan ukuran hemangioma. Fase ini dapat terjadi pada beberapa minggu setelah lahir dan dapat berlangsung selama beberapa bulan. \n \n \n Fase plateau. Pertumbuhan hemangioma mulai melambat dan tidak terlihat perubahan ukuran yang signifikan. Fase ini biasanya terjadi pada usia 6-12 bulan dan dapat berlangsung selama beberapa tahun. \n \n \n Fase involusi. Sel-sel pembuluh darah mulai hilang dan hemangioma mengecil. Fase ini biasanya terjadi pada usia 2-5 tahun dan dapat berlangsung selama beberapa tahun. Pada sebagian kasus, Hemangioma infantil biasanya akan hilang sepenuhnya pada akhir fase involusi ini. \n \n \n\n \n\n Faktor Risiko \n\n Berbagai penelitian menunjukkan kemungkinan adanya faktor-faktor biomolekul yang mempengaruhi perubahan sifat pertumbuhan sel-sel pembuluh darah, sehingga pembentukan pembuluh darah menjadi tidak normal dan terlalu cepat (hiperproliferasi vasculogenesis). Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan bayi mengalami hemangioma infantil antara lain: \n\n Jenis kelamin: Bayi perempuan lebih mungkin mengalami hemangioma infantil dibandingkan bayi laki-laki. \n\n Usia ibu saat hamil: Ibu hamil yang lebih tua lebih mungkin mengalami anak dengan hemangioma infantil. \n\n Rasa sakit ibu selama kehamilan: Ibu hamil yang mengalami rasa sakit yang berlebihan selama kehamilan lebih mungkin mengalami anak dengan hemangioma infantil. \n\n Rokok: Ibu hamil yang merokok lebih mungkin mengalami anak dengan hemangioma infantil. \n\n \n\n Penanganan \n\n Hemangioma infantil dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan tertentu dan apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan bedah atas indikasi. Beberapa modalitas terapi untuk penanganan Hemangioma infantil adalah sebagai berikut: \n\n Propranolol merupakan obat golongan beta-blocker yang bekerja dengan cara mengurangi produksi hormon yang menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah. Propranolol merupakan terapi lini pertama yang terbukti cukup efektif untuk mengobati hemangioma. Prednison adalah obat yang juga dapat digunakan untuk mengobati hemangioma infantil. Prednison bekerja dengan cara mengurangi inflamasi/peradangan serta mengurangi ukuran hemangioma. \n\n Terapi bedah adalah pilihan pengobatan untuk hemangioma infantil yang terletak di daerah tertentu seperti di sekitar mata atau mulut, atau apabila hemangioma menyebabkan masalah lain seperti gangguan bernapas atau hemangioma berada pada lokasi yang rentan mengalami infeksi. Pada hemangioma infantil yang terletak di daerah tersebut, terapi bedah dapat dipertimbangkan. Terapi bedah pada hemangioma infantil biasanya dilakukan oleh dokter bedah plastik atau dokter bedah vaskuler yang terlatih dalam menangani masalah pembuluh darah. Beberapa jenis terapi bedah yang dapat dilakukan untuk mengobati hemangioma infantil termasuk: \n\n \n \n Pembedahan laser (Pulsed Dye Laser): Penggunaan laser untuk mengeluarkan sebagian atau seluruh jaringan hemangioma. \n \n \n Bedah plastik: Teknik pembedahan khusus dengan menggunakan kulit donor atau jaringan lain untuk menutupi luka setelah hemangioma diangkat. \n \n \n Embolisasi: Teknik untuk menyumbat pembuluh darah yang memberikan pasokan darah pada jaringan hemangioma dengan bahan kimia tertentu. \n \n \n\n Pasien bayi/balita dengan kemungkinan diagnosis Hemangioma Infantil, juga dapat dikonsultasikan lebih lanjut dengan dokter anak Sub Spesialis Hemato Onkologi dan dokter bedah agar mendapat penanganan yang lebih komprehensif. \n\n Adanya kondisi Hemangioma dapat terdeteksi dengan pemeriksaan fisis. Tim Dokter dapat menilai kesehatan anak ataupun mendeteksi kemungkinan adanya hemangioma pada pasien dan merencanakan tata laksananya. Orang tua dapat segera berkonsultasi dengan dokter di Rumah Sakit Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga dapat berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis melalui aplikasi "Halo Hermina.” \n\n \n\n Referensi: \n\n Chamli A, Aggarwal P, Jamil RT, et al. Hemangioma. [Updated 2022 Oct 25]. In: Stat Pearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538232/ \n\n Fei, Q., Lin, Y., & Chen, X. (2020). Treatments for infantile Hemangioma: A systematic review and network meta-analysis. EClinicalMedicine, 26. https://doi.org/10.1016/j.eclinm.2020.100506 \n\n Novoa, M., Baselga, E., Beltran, S., Giraldo, L., Shahbaz, A., Pardo-Hernandez, H., & Arevalo-Rodriguez, I. (2019). Interventions for infantile haemangiomas of the skin: abridged Cochrane systematic review and GRADE assessments. British Journal of Dermatology, 180(3), 527–533. https://doi.org/https://doi.org/10.1111/bjd.17407 \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada zat berbahaya pada obat sirup dapat terjadi Gagal Ginjal Akut Pada Anak<\/a><\/h3>
Diabetes merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Berikut ini tips diet untuk penderita diabetes \n\n Tujuan Diet : \n\n \n Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan diabetes melitus, memperbaiki kualitas hidup, mengurangi komplikasi akut \n Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas komplikasi mikroangiopati dan makroangiopati \n Tujuan akhir: menurunkan morbiditas dan mortalitas diabetes melitus \n \n\n Prinsip Diet : \n\n \n Jumlah kalori ditentukan menurut umur, jenis kelamin, BB, TB, aktivitas sehari–hari dan kondisi tubuh. \n Membatasi gula tambahan, seperti: gula pasir, gula merah, gula batu, dan madu \n Konsumsi cukup protein sesuai kebutuhan \n Membatasi konsumsi lemak jenuh dan lemak trans \n Konsumsi cukup serat \n \n\n Bahan Makanan Yang Dianjurkan : \n\n \n Sumber protein :\n\n \n Hewani : daging kurus, ayam tanpa kulit, ikan, telur. \n Nabati : tempe, tahu, oncom dan kacang – kacangan (kacang hijau, kacang merah, kedelai). \n \n \n Telur rendah kolesterol atau putih telur. \n Sayuran kangkung, daun kacang, oyong, timun, tomat, labu air, kembang kol, lobak, sawi, selada, seledri, terong. \n Buah – buahan atau sari buah : jeruk siam, apel, pepaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing. \n Susu rendah lemak \n \n\n Bahan Makanan Yang Dibatasi : \n\n \n Semua sumber hidrat arang : nasi, nasi tim, bubur, roti gandum/putih, pasta, jagung, kentang, ubi dan talas, havermut, sereal, mie, ketan, makaroni. \n Membatasi gula tambahan, seperti: gula pasir, gula merah, gula batu, madu \n Sumber protein hewani tinggi lemak jenuh (kornet, sosis, sarden, otak, jeroan) \n Buah – buahan : nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, sawo. \n Susu penuh (full cream), keju, mayonaise. \n \n\n Bahan Makanan Yang Dihindari : \n\n \n Gula pasir, gula merah, gula batu, madu. \n Makanan / minuman yang manis : abon, dendeng, cake, kue – kue manis, dodol, tarcis, sirup, selai manis, coklat, permen, susu kental manis, softdrink, es krim. \n Buah–buahan diawetkan seperti manisan buah atau buah dalam kaleng \n Minuman yang mengandung alkohol \n \n\n Cara Mengatur Diet : \n\n \n Makanlah sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang telah ditentukan dalam daftar diet, terutama bagi penderita yang menggunakan insulin atau obat – obatan anti diabetes \n Untuk mendapatkan variasi menu, gunakanlah daftar penukar. \n Perbanyak konsumsi sayur dan buah \n Laksanakan diet dengan disiplin untuk mencapai BB normal. \n \n\n Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan : \n\n \n Disamping berdiet lakukan olahraga secara teratur. \n Waspada kemungkinan terjadinya hipoglikemia\n \n Hipoglikemia : adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah di bawah normal. Hipoglikemia yang terlambat ditangani dapat berakibat penurunan kesadaran, kejang hingga kerusakan otak permanen. \n \n \n \n\n Gejala Dari Hipoglikemia : \n\n \n Mudah lapar \n Sulit konsentrasi \n Keringat dingin \n Jantung berdebar \n Pusing \n Lemas \n Mata berkunang – kunang \n \n\n Imbangi dengan olahraga \n\n Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus tipe 2. Program latihan fisik secara teratur 3-5 hari seminggu selama 30-45 menit atau dengan total 150 menit per minggu. Latihan fisik selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan BB dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. \n\n Bagi penderita diabetes bisa melakukan olahraga yang ringan, seperti jalan kaki, berjalan cepat, berenang atau bersepeda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Tanda dan Gejala Serangan Jantung<\/a><\/h3>
Hallo sahabat Hermina Bitung, Serangan jantung adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia, menurut data WHO tahun 2016. Masih minimnya pengetahuan masyarakat awam mengenai penyakit jantung coroner, juga turut serta menyumbang keterlambatan penanganan medis pada pasien-pasien yang mengidap PJK (penyakit jantung coroner). Serangan jantung dapat terjadi kapan saja, jadi sahabat Hermina sudah mulai menjaga pola hidup sehat selain itu juga di dukung dengan faktor gaya hidup yang baik seperti tidak merokok kurangi mengkonsumsi makanan-makanan junk food. \n\n Olahraga dapat mencegah serangan jantung \n\n Olahraga dapat mencegah serangan jantung, karena menurut American Heart Association menyarankan orang dewasa untuk berolahraga setidaknya 150 per minggu dan hindari terlalu lama duduk. Semua jenis olahraga yang dlakukan secara teratur adalah cara terbaik untuk mencegah penyakit jantung. Olahraga tidak perlu yang berat-berat cukup jalan cepat atau jalan sekitar rumah dilakukan setengah jam perhari. \n\n Dampak tidak Olahraga bagi Kesehatan Jantung \n\n Sahabat Hermina, perlu diketahui bahwa gangguan kesehatan jantung dikaitkan dengan kurangnya olahraga teratur. Gaya hidup yang tidak aktif secara fisik, secara konsisten menjadi salah satu dari lima faktor risiko utama penyakit jantung. Faktor risiko lainnya yang juga berperan termasuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, dan obesitas. Orang yang memiliki tingkat kebugaran fisik yang rendah juga mengalami tingkat kardiovaskular yang lebih tinggi, seperti serangan jantung dan kematian. \n\n Gejala Serangan Jantung \n\n Sahabat Hermina perlu mengetahui bagaimana gejala serangan jantung, Berikut ini beberapa gejala yang paling umum dari serangan jantung. \n\n \n Nyeri pada dada \n \n\n Ketidaknyamanan pada tubuh bagian atas, seperti pada bahu, leher, hingga rahang \n\n \n Sesak napas \n \n\n Gejala lain yang mungkin terjadi meliputi: \n\n \n Keluar keringat dingin \n Merasa lelah yang tidak biasa tanpa alasan, kadang terjadi berhari-hari (terutama untuk wanita) \n Mual (sakit perut) dan muntah \n Pusing biasa atau pening secara mendadak \n \n\n Pencegahan penyakit jantung \n\n Setelah mengetahui gejala serangan Jantung, alangkah baiknya Sahabat Hermina mencegah penyakit jantung. Ada berbagai cara untuk pencegahan penyakit jantung yang dapat dilakukan, di antaranya: \n\n \n Menerapkan pola hidup sehat dengan mengurangi makanan berkolesterol tinggi serta melakukan olahraga secara rutin. \n Berhenti merokok. \n Mengurangi konsumsi minuman keras. \n \n\n \n\n Bila Sahabat Hermina Bitung mengalami penyakit Jantung dapat konsultasikan ke dr. Randy, SpJP di Rumah Sakit Hermina Bitung \n\n -Salam sehat- \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 20 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Terkena Campak? Bagaimana virus campak menyebabkan penyakit?<\/a><\/h3>
Campak atau morbili merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh Paramyxovirus. Penularan penyakit campak terjadi melalui udara (airborne). Sebagai penyakit menular, campak berpotensi menjadi masalah kesehatan besar pada bayi, ibu hamil, dan orang dengan sistem imun yang menurun. \n\n Di negera berkembang, campak masih menjadi salah satu masalah serius pada semua golongan usia; khususnya pada anak - anak berusia di bawah lima tahun. Ada pun beberapa komplikasi berat yang dapat terjadi seperti: \n\n \n Diare cair disertai mual - muntah yang berpotensi menimbulkan dehidrasi / kekurangan cairan. \n Infeksi pada saluran pernafasan bawah (pneumonia) yang merupakan komplikasi campak dengan tingkat kematian tertinggi. \n Infeksi pada liang telinga tengah yang berpotensi menyebabkan gangguan pendengaran. \n Defisiensi vitamin A yang dapat menyebabkan gangguan pada mata. \n Infeksi pada jaringan otak (ensefalitis) yang juga berpotensi menyebabkan kematian. \n Subacute Sclerosis Panensefalitis (SSPE) - kerusakan pada sistem saraf pusat - akibat infeksi virus campak pada masa kanak-kanak. \n \n\n Pada ibu hamil, campak berpotensi menyebabkan ibu melahirkan sebelum waktunya; sehingga anak yang dilahirkan akan memiliki berat badan lahir yang rendah. \n\n Gejala yang timbul akibat campak mencakup demam tinggi, batuk, mata merah, serta ruam kemerahan pada kulit yang dapat timbul di seluruh bagian tubuh. Keluhan-keluhan pada penyakit campak umumnya baru timbul setelah 10 s.d. 12 hari sejak tertular virus campak. \n\n Setelah 10 s.d. 12 hari sejak tertular virus campak, gejala campak umumnya akan diawali dengan demam tinggi (suhu badan > 38.0° C) yang berlangsung selama 2 s.d. 5 hari. Keluhan demam juga disertai dengan keluhan batuk dan mata merah yang berair. Dapat juga ditemukan Koplik's Spot yang merupakan tanda khas pada campak. Koplik's Spot tampak sebagai bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam, tetapi ia hanya tampak saat satu - dua hari sebelum ruam kulit muncul & segera menghilang dalam 12-18 jam. \n\n Pada saat hari ke-4 atau ke-5 demam, keluhan demam akan memuncak; yang kemudian akan diikuti dengan timbulnya ruam kemerahan pada kulit. Ruam akan muncul pertama kali di belakang telinga, kemudian menyebar ke leher, wajah, hingga seluruh permukaan tubuh. Ruam kulit akan bertahan selama 3 hari, kemudian akan menghilang secara bertahap sesuai urutan waktu bagian tubuh awal munculnya ruam. \n\n Pengobatan campak tanpa komplikasi bisa dilakukan secara rawat jalan. Pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan gejala yang timbul. Untuk mempercepat pemulihan, pastikan juga penderita campak mendapatkan asupan makanan dan minuman serta waktu istirahat yang cukup. Anak dengan campak tetap boleh mandi untuk membersihkan diri. Pada anak-anak yang menderita campak; akan diberikan juga suplementasi Vitamin A dengan dosis sesuai usianya. Untuk mencegah penularan melalui udara kepada orang lain; penderita campak disarankan untuk menjalani isolasi selama minimal empat hari sejak timbulnya ruam kulit atau atau meredanya gejala. \n\n Pada kasus campak dengan komplikasi; penderita disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit. Ada pun yang menjadi tanda-tanda bahaya dari komplikasi penyakit campak seperti: \n\n \n penurunan kesadaran hingga kejang \n batuk dan sesak yang memberat \n dehidrasi / kekurangan cairan akibat diare \n penurunan berat badan hingga gizi buruk \n keluhan pada telinga akibat infeksi \n Mata kering & keruh disertai gangguan penglihatan \n \n\n Sebagai bentuk pencegahan penyakit campak; anak-anak sangat dianjurkan untuk mendapatkan imunisasi campak. Pemberian imunisasi campak dapat mulai diberikan sejak anak berusia sembilan bulan. Jika Anak mengalami gejala ringan langsung konsultasikan dengan dokter dan dapatkan saran yang relevan mengenai kemungkinan perawatan pencegahan dini. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 17 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Susah Buang Air Kecil? Memahami Retensi Urin<\/a><\/h3>
Retensi urin merupakan hilang atau berkurangnya kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna. Keadaan ini merupakan bagian dari gejala-gejala saluran kemih bawah / lower urinary tract symptoms (LUTS). \n\n Secara umum, retensi urin dibagi menjadi 2 keadaan, yaitu retensi urin akut dan retensi urin kronik \n\n \n Retensi Urin Akut \n \n\n \n Umumnya disertai rasa nyeri \n Tidak dapat berkemih sama sekali \n Kandung kemih penuh \n Terjadi secara tiba-tiba \n Termasuk kedaruratan dalam urologi \n \n\n \n Retensi Urin Kronik \n \n\n \n Bisa tanpa rasa nyeri \n Masih dapat berkemih, namun tidak lancar \n Tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (tidak tuntas) Sulit memulai berkemih (hesitancy) \n Tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan komplikasi \n \n\n Penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu: \n\n \n Supravesika: gangguan inervasi saraf motorik dan sensorik akibat penyakit neurologis seperti stroke, HNP dll \n Vesika: kelemahan otot detrusor kandung kemih, obat antimuskarinik/ antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah) \n Infravesika: bladder outlet obstruction (BPH, striktur urethra, meatal stenosis, edema urethra, massa urethra, batu urethra, prolaps organ panggul), meningkatnya resistensi uretra, detrusor-sphincter dyssynergia (DSD), \n \n\n Penanganan segera pada kasus retensi urin akut adalah melakukan dekompresi buli menggunakan kateterisasi uretra, pungsi suprapubik atau kateterisasi suprapubik (sistostomi). Sebagian besar kasus, klinisi lebih memilih melakukan pemasangan kateter uretra dan hanya melakukan pungsi suprapubic atau sistostomi jika kateter uretra gagal. Kateterisasi suprapubik sering berhubungan dengan insiden hematuria dan obstruksi kateter dibandingkan kateter urin. \n\n Pada studi oleh Horgan et al dilaporkan bahwa kejadian infeksi saluran kemih (ISK) lebih jarang rendah pada kateterisasi suprapubik dibandingkan dengan kateter uretra (18% vs 40%; p<0.05) dan kejadian striktur uretra yang lebih sedikit pada follow-up 3 tahun (0% vs 17%; p<0.01) (Fitz; yoon). Pemasangan kateter suprapubic juga memiliki beberapa resiko, yaitu 2.5% terjadi cedera usus dan 1.8% resiko mortalitas dalam 30-hari. Oleh karena itu, The British Association of Urological Surgeons merekomendasikan pemasangan kateter suprapubik dengan bantuan pencitraan (USG). \n\n Sebelum berkonsultasi dengan dokter Urologi, Sahabat Hermina disarankan mencatat keluhan yang dialami. Mengingat apa yang Sahabat Hermina lakukan sebelum keluhan terasa, apakah Sahabat Hermina mengalami cedera atau tidak. Selain itu, kumpulkan riwayat medis yang lengkap, termasuk riwayat pengobatan atau riwayat penyakit tertentu. Hal ini berguna bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit apa yang Sahabat Hermina alami. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Stunting - Penyebab, Gejala, dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan pada perkembangan ank yang disebabkan oleh gizi buruk, terserang infeksi secara berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai. Seseorang anak dikatakan sebagai stunting jika tinggi badan anak menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, dibawah dari ketetapan standar pertembuhan anak. \n\n Berdasarkan data menurut WHO, suatu negara dapat mengalami masalah stunting bia jumlah kasusnya berada diatas 20%. Sematara, data kasus stunting di Indonesia pada tahun 2022, jmlah kasusnya sebanyak 24,4% persen dari jumlah keseluruhan balita 23 juta anak. Oleh karena itu, stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang harus segera ditangani. \n\n Postur tubuh anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetic, hormonal, dan asupan nutrisi. Oleh sebab itu, ada anak yang postur tubuhnya pendek karena orang tuanya juga berpostur tubuh pendek. \n\n Akan tetapi, stunting berbeda dengan anak yang berperawakan pendek. Anak yang stunting pasti memiliki tubuh yang pendek, tetapu anak dengan perawakan yang pendek belum tentu mengalami stunting. \n\n \n\n Penyebab Stunting \n\n Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) penyebab stunting memiliki dua, yakni faktor genetik dan lingkungan. Stunting dapat disebabkan dari faktor genetic dan hormonal. Selain disebabkan oleh genetik stunting juga dapat disebabkan, lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga stunting dapat diatasi. Faktor lingkungan berperan dalam menyebabkan perawakan anak pendek antara lain status gizi ibu, pola pemberian makanan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan kejadian infeksi pada anak. Namun hal ini sebagian besar penyebab stunting diakibatkan oleh kekurangan gizi. Kekurangan gizi dalam waktu lama yang terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak 1000 hari pertama kelahiran. Penyebabnya rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan mineral maupun vitamin, dan buruknya sumber protein hewani dan pangan. \n\n \n\n Faktor Risiko Stunting \n\n Risiko stunting pada anak dapat meningkat jika ibu hamil pada anak memiliki beberapa faktor berikut: \n\n \n Berat badan ibu yang tidak naik selama kehamilan \n Kurangnya edukasi tentang stunting \n Kurangnya akses layanan kesehatan \n Tinggal di lingkungan yang miliki sanitasi buruk dan tidak mudah mendapatkan air bersih \n Tidak mendapatkan ASI Eksklusif dari sejak lahir \n Tidak mendapatkan gizi yang cukup \n Menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi \n \n\n \n\n Gejala Stunting \n\n Gejalanya pun berupa anak yang berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi pada tubuh cenderung normal akan tetapi anak tampak lebih kecil untuk seusianya, berat badan rendah, dan pertumbuhan tulang yang terhambat. Bila mengidap penyakit kronis, anak dengan stunting bisa mengalami sejumlah gejaga seperti, batuk kronis, demam serta berkeringat pada malam hari, tubuh anak membiru jika menangis, sesak napas, dan ujung jari yang berbentuk seperti tabuh (clubbing finger). \n\n \n\n Mencegah Stunting \n\n Berikut adalah cara pencegahan stunting pada anak, sebagai berikut: \n\n \n\n \n Memenuhi Kebutuhan gizi sejak kehamilan \n \n\n Tindakan yang dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan menyarankan agar ibu yang sedang mengandung dapat selalu mengonsumsi makanan yang bergizi dan sehat serta mengonsumsi seplemen atas arahan dokter. \n\n \n\n \n Cukupi asupan ASI Eksklusif pada bayi sampai berusia 6 bulan \n \n\n ASI Eksklusif dapat berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro tercukupi. Oleh sebab itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI selama 6 bulan pada anak. ASI juga memiliki kandungan protein dan kolostrum yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. \n\n \n\n \n Dampingi ASI dengan MPASI \n \n\n Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu dapat memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam pemberian MPASI ini pastikan makanan-makanan yang dipilih memenuhi gizi yang sebelumnya hanya berasal dari ASI. WHO merekomendasikan penambahan nutrisi ke dalam makanan. \n\n \n\n \n Memantau Tumbuh Kembang Anak \n \n\n Mengenali anak yang mengalami stunting tidaklah sulit. Dari segi fisik, anak yang biasanya mempunyai postur tubuh pendek dibandingkan anak-anak yang diusianya. Begitu penting untuk ibu memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa anak secara berkala ke posyandu atau klinik khusus anak. Akan lebih mudah untuk mengetahui gejala awal stunting dan penanganannya dengan memastikan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap. \n\n \n\n \n Jaga Kebersihan Lingkungan \n \n\n Perlu diketahui anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama lingkungan sekitarnya kotor. Faktor inilah yang secara tidak langsung meningkatkan stunting pada anak. Diare juga menjadi faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan yang pemicu diare itu sendiri dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh. \n\n Oleh karena itu, stunting merupakan permsalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu cukup lama. Untuk menghindari stunting pada anak dapat kita menerapkan lingkungan yang sehat, penuhi asupan sehat dan bergizi untuk ibu hamil dan anak, memberikan ASI pada anak sejak lahir hingga 6 bulan, dan memantau tumbuh kembang anak dengan konsultasikan ke dokter tumbuh kembang anak agar anak-anak terhindari dari stunting. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 17 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 20 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 07 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>