- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 11 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apa saja yang bisa di tangani dokter bedah plastik ? <\/a><\/h3>
Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada perbaikan kulit atau jaringan yang rusak yang bisa disebabkan karena luka bakar, kecelakaan, kelainan bawaan lahir, tumor, infeksi atau karena gangguan metabolisme tubuh. Bedah Plastik sendiri terbagi menjadi Rekonstruksi dan Estetik dimana Rekonstruksi bertujuan memperbaiki keadaan tubuh yang rusak atau ada kelainan bawaan menjadi normal atau setidaknya mendekati normal kembali serta memperbaiki fungsinya. Sedangkan Estetik bertujuan memperbaiki tubuh yang normal supaya secara penampilan lebih menarik. Semua tindakan tersebut tentunya akan membantu memperbaiki kualitas hidup pasien yang ditangani. Ranah Bedah Plastik terdiri dari Luka Bakar dan Luka, Kraniomaksilofasial, Bedah Tangan, Bedah Mikro dan Onkoplasti, Genitalia Eksterna, Estetik. \n\n \n Kasus yang dapat ditangani oleh Dokter Spesialis Bedah Plastik: \n \n\n Luka bakar dan Luka \n\n Penanganan kasus luka bakar mulai dari awal sampai komplikasi panjang seperti bekas luka dan kontraktur (gangguan gerak) akibat panas seperti api, air panas, listrik, zat kimia, frostbite atau terpapar bahan panas seperti knalpot motor, dsb. Selain itu pada kasus luka seperti kaki diabetes, ulkus tekanan (ulkus decubitus) dan luka yang tidak kunjung sembuh. \n\n Kraniomaksilofasial. \n\n Kasus yang ditangani antara lain luka dan patah tulang wajah akibat trauma, kelainan bawaan lahir seperti sumbing bibir, celah langit-langit mulut, daun telinga yang tidak terbentuk sempurna (microtia), dsb. \n\n Bedah Mikro dan Onkoplasti \n\n Bidang ini mencakup tata laksana penutupan luka pasca pengangkatan tumor serta permasalahan bekas luka yang abnormal seperti hipertrofi skar dan keloid, hemangioma, dsb. \n\n Bedah Tangan \n\n Kasus dalam bidang ini diantaranya trauma jaringan lunak maupun tulang tangan, serta kelainan bawaan lahir seperti jari menempel (sindaktili) atau jumlah jari yang banyak (polidaktili). \n\n Genitalia Eksterna. \n\n Kasus yang dapat ditangani seperti sunat (sirkumsisi), letak muara kemih yang abnormal (hipospadia) dan komplikasi pasca injeksi silikon cair (silikonoma), dsb. \n\n Estetik \n\n Secara garis besar, ruang lingkup Estetik dibagi menjadi 4 bidang: \n\n \n Augmentasi \n \n\n Yaitu “menambah” bagian tubuh tertentu agar tampak lebih harmonis. Termasuk di dalamnya prosedur memperindah bentuk hidung (Rhinoplasty), implan payudara, implan dagu, dsb. \n\n \n Rejuvenasi \n \n\n Yaitu memperbaiki efek penuaan. Misalnya blefaroplasti (memperbaiki kantung mata), face lift (pengencangan wajah), rejuvenasi genitalia (memulihkan bentuk dan kekencangan vagina) serta pengangkatan payudara yang turun pasca hamil dan melahirkan. \n\n \n Body sculpting \n \n\n Yaitu membentuk area tubuh agar lebih harmonis. Termasuk di dalamnya liposuction (sedot lemak), tummy tuck (mengencangkan perut yang bergelambir), brachioplasty/ thighplasty (memperkecil lengan dan paha) serta buccal fat removal (meniruskan pipi). \n\n \n Lain-lain \n \n\n Blefaroplasti (memperjelas lipatan kelopak mata atas dan bawah), menghilangkan tato, hiperhidrosis (produksi keringat berlebih) dan injeksi PRP (platelet-rich plasma). \n\n Sebaiknya diantara Dokter Bedah Plastik dan pasien sudah berdikusi dengan baik tentang prosedur tindakan dan hasil yang diinginkan yang tentunya disesuaikan dengan kondisi yang ada sehingga kepuasaan hasilnya bisa sama-sama tercapai. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 19 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penanganan Luka Trauma Wajah Demi Bekas Luka yang Optimal<\/a><\/h3>
Wajah adalah bagian tubuh manusia yang paling mencolok. Karena itu, setiap luka yang terjadi pada area ini akan berpotensi menimbulkan komplikasi yang mengganggu kualitas hidup individu yang bersangkutan. Karena itu, penanganan luka harus dilakukan secara optimal dan komprehensif. \n\n Penyebab dan Bentuk Trauma Wajah \n\n Trauma pada wajah dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti: \n\n \n Kecelakaan kendaraan bermotor \n Kekerasan, mis. kasus perkelahian \n Serangan hewan, mis. gigitan atau cakaran hewan \n Jatuh \n Aktivitas rekreasi/olah raga, mis. benturan bola, lutut, dsb \n Diri sendiri, mis. pasien gangguan jiwa \n \n\n Luka wajah dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan melibatkan: \n\n \n Jaringan lunak (luka lecet, memar, robek, tusuk, dll) \n Jaringan keras (patah tulang wajah, gigi patah/terlepas, dll) \n \n\n \n\n Manajemen Trauma Wajah \n\n Seperti halnya semua kasus trauma, tata laksana pasien dimulai dengan survey primer. Pada langkah ini, tenaga kesehatan mendeteksi adanya kegawatdaruratan yang membutuhkan tata laksana segera. Kasus luka wajah sendiri, meskipun mungkin tampak mencolok, jarang menyebabkan kegawatdaruratan yang mengancam nyawa. Namun kadang trauma disertai dengan cedera pada area tubuh lain yang dapat berujung pada komplikasi yang lebih mendesak. Pada kasus trauma wajah, kegawatdaruratan yang biasa menyertai antara lain gangguan jalan napas, cedera tulang belakang, dan cedera sistem saraf pusat. Untuk itulah diperlukan evaluasi oleh tim medis multidisiplin di fasilitas kesehatan yang memiliki sarana dan prasarana memadai. \n\n Baru setelah kondisi umum pasien dinilai stabil, dapat dilakukan pemeriksaan dan tata laksana menyeluruh, termasuk penanganan luka pada wajah. Umumnya luka dibersihkan, kemudian ditutup. Prosedur penutupan luka dapat dilakukan dengan perawatan luka semata maupun prosedur bedah seperti penjahitan luka. Pasien juga mendapatkan pengobatan seperti antitetanus, antibiotik, dan antinyeri sesuai indikasi. \n\n \n\n Kapan Perlu Ditangani oleh Bedah Plastik \n\n Kasus trauma wajah sebaiknya ditangani oleh dokter bedah plastik bila: \n\n \n Luka kompleks (mis. luka robek dengan tepian compang-camping, luka kotor) \n Luka di area yang memegang fungsi vital (mis. kelopak mata, bibir) \n Terdapat kecurigaan akan adanya kerusakan struktur bawah kulit (saraf, pembuluh darah, kelenjar, patah tulang, dll) \n \n\n Kasus-kasus demikian membutuhkan tata laksana yang lebih mendetil, antara lain prosedur rekonstruksi penutupan luka yang khusus (mis. penjahitan luka, cangkok kulit, dll) dan reparasi struktur-struktur penting (mis. pemasangan plat titanium untuk memperbaiki posisi tulang wajah, kawat untuk memperbaiki gigi, dll). Dengan manajemen yang optimal, diharapkan luka dapat sembuh dalam batas waktu normal tanpa adanya penyulit jangka pendek maupun panjang seperti infeksi, deformitas, dll. \n\n \n\n Bekas Luka pada Trauma Wajah \n\n Dalam sebuah manajemen yang komprehensif, tata laksana harus mencakup: \n\n \n Perencanaan luka. Pada luka yang “sengaja” dibuat, misalnya tindakan bedah pada wajah, luka dapat “dirancang” untuk menghasilkan bekas yang samar. \n Perawatan luka. Luka yang timbul ditangani agar proses penyembuhan berjalan lancar. Tahap ini termasuk membersihkan luka dan menutup luka dengan prosedur yang sesuai. \n Perawatan bekas luka setelah luka sembuh. Setelah menyembuh, bekas luka masih menjalani masa pematangan yang berlangsung selama minimal 6 bulan. Pada periode inilah dokter bedah plastik merawat bekas luka serta melakukan intervensi tambahan bila dibutuhkan. \n \n\n Diharapkan meskipun tidak hilang 100%, bekas luka yang dihasilkan akan samar dan tersembunyi. Manajemen bekas luka yang komprehensif juga bertujuan untuk mencegah bekas luka abnormal yang menonjol (keloid, parut hipertrofik), cekung (parut atrofik), atau mengganggu struktur lain di sekitarnya (kontraktur). \n\n Sebagai bidang ilmu yang komprehensif, dokter bedah plastik tidak sekedar menyembuhkan luka, tetapi juga mengupayakan supaya bekas luka sesamar mungkin, apalagi bila luka terjadi pada area tubuh yang vital seperti wajah. Dengan tata laksana yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai hasil bentuk dan fungsi yang semaksimal mungkin demi kualitas hidup yang optimal. \n\n \n\n Dibuat oleh : dr. Sandy Sofian Sopandi, Sp.B-RE \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 18 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
3 Pertolongan Pertama pada Penderita Luka Bakar<\/a><\/h3>
Cedera akibat luka bakar dapat terjadi di mana saja dan pada siapapun. Maka dari itu, penting bagi Sahabat Hermina untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pertolongan pertama pada luka bakar. \n\n \n\n Luka bakar adalah kerusakan pada permukaan kulit akibat panas yang mengenai kulit secara langsung. Penyebabnya adalah kontak langsung dengan sumber panas (seperti setrika, korek api, percikan air mendidih), gesekan, terpapar bahan kimia, listrik dan radiasi. \n\n \n\n Agar dapat memberikan pertolongan pertama pada luka bakar, penting untuk mengenali jenis-jenis luka bakar. Karena, penanganan luka bakar perlu disesuaikan dengan tingkatan luka tersebut. \n\n \n\n \n\n Mengenali Jenis Luka Bakar \n\n \n\n Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan luka bakar, seperti paparan sinar matahari berlebih, sengatan listrik, api atau kebakaran, dan luka bakar karena terpapar bahan kimiawi. Melihat dari tingkatannya, luka bakar yang dialami seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut: \n\n - Luka Bakar Derajat I \n\n Luka bakar derajat 1 disebut juga luka bakar ringan. Luka ini memiliki ciri luas area luka tidak lebih dari 8 sentimeter. Selain itu, luka jenis ini hanya meliputi kulit bagian paling luar. Gejala yang muncul, meliputi rasa sakit, kemerahan, dan bengkak. Contoh luka bakar derajat pertama yaitu luka bakar pada permukaan kulit yang terbakar sinar matahari secara langsung. \n\n \n\n - Luka bakar Derajat II \n\n Luka bakar derajat II disebut juga luka bakar sedang, biasanya sudah ada lapisan kulit yang mati yang memiliki ciri kulit melepuh, sangat perih dan kemerahan. Luka bakar jenis ini memerlukan perawatan medis darurat, terutama jika luka bakar meluas di area penting, seperti wajah, tangan, bokong, selangkangan atau paha dan kaki. Sebagian luka bakar derajat 2 membutuhkan waktu penyembuhan lebih dari tiga minggu. \n\n \n\n - Luka bakar Derajat III \n\n Luka bakar berat atau luka bakar derajat III termasuk luka bakar yang serius, karena merusak seluruh lapisan kulit dan lemak, bahkan bisa sampai ke otot dan tulang. Korban kebakaran yang mengalami luka bakar berat dapat mengalami keracunan karbon monoksida, sesak napas atau kulit yang terbakar hangus. \n\n \n\n Ada 3 hal yang dapat dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama pada penderita luka bakar, yaitu: \n\n \n\n 1. Hentikan proses bakar \n\n Jauhkan pasien dari sumber panas. Menghentikan proses pembakaran ini dengan cara menjauhkan/mematikan sumber panas untuk mengurangi kerusakan jaringan. Luka bakar yang diakibatkan oleh api dapat dipergunakan air, kain basah, berguling-guling di tanah guna menghentikan sumber panas. Untuk luka bakar akibat listrik, pemutuskan sambungan listrik, jangan menyentuh bagian tubuh korban dan jangan pergunakan cairan apapun untuk menyiram korban. Lepas pakaian dan perhiasan karena termasuk dalam reservoir panas. \n\n \n\n 2. Dinginkan luka bakar \n\n Dinginkan luka bakar dapat mengurangi produksi mediator inflamasi. Siram dengan air mengalir selama 15-20 menit bermanfaat untuk mendinginkan luka, mengurangi nyeri dan mengurangi bengkak. Jangan menggunakan es batu/air es untuk mendinginkan luka bakar karena menyebabkan pembuluh darah mengkerut/mengecil (vasokonstriksi) yang menyebabkan nutrisi ke luka terhambat. \n\n \n\n 3. Cegah Hipotermia \n\n Setelah mendinginkan luka dan melepas pakaian, pastikan pasien dalam keadaan hangat dan kering. Keringkan menggunakan kain yang bersih atau kasa secara pelan–pelan, Perlu diketahui untuk tidak menggunakan kapas dan tissue karena akan menempel di luka. \n\n \n\n Jika luka cukup luas, Sahabat Hermina dapat menggunakan salep luka bakar atau cooling gel yang ada dirumah. Tutup dengan kain bersih atau wrapping guna menurunkan resiko infeksi utuk luka bakar dan pasien tidak mengalami kedinginan saat sebelum atau dalam perjalanan menuju penanganan lebih lanjut ke rumah sakit. \n\n \n\n Dengan melakukan first aid atau pertolongan pertama pada luka bakar, tentunya akan mempengaruhi kedalama luka, luas luka dan hasil akhir bekas luka. Luka bakar merupakan suatu luka yang menyebabkan kerusakan yang tidak hanya melibatkan kerusakan jaringan tubuh seperti kulit, otot atau tulang saja, tetapi kerusakan akibat luka bakar ini begitu rumit sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan yang akhirnya dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh lainnya seperti ginjal, paru-paru bahkan jantung. \n\n \n\n Seberapa kecilnya luka bakar, sebaiknya segera diperiksakan ke layanan kesehatan terdekat. Jika memerlukan penanganan luka bakar lebih lanjut segera konsultasikan Kesehatan Sahabat Hermina ke Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekontruksi dan Estetik di RS Hermina Bekasi Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekontruksi dan Estetik di RS Hermina Bekasi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 16 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Bibir Sumbing: Gejala, Penyebab dan Pengobatannya<\/a><\/h3>
Bibir sumbing adalah kelainan bawaan yang ditandai dengan adanya celah pada bibir. Celah tersebut dapat muncul di tengah, kanan, atau bagian kiri bibir. Bibir sumbing seringkali disertai dengan munculnya celah di langit-langit mulut yang sering disebut juga dengan langit sumbing. \n\n \n\n Bibir sumbing dan langit-langit sumbing terjadi karena tidak sempurnanya penyatuan jaringan pada bibir atau langit-langit mulut janin, sehingga terbentuk celah. Normalnya, proses penyatuan tersebut terjadi pada trisemester pertama kehamilan. \n\n \n\n \n\n Penyebab Bibir Sumbing \n\n \n\n Hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan bibir sumbing dan langit-langit sumbing. Namun para ahli percaya bahwa kondisi ini terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan lingkungan. \n\n \n\n Saat usia kehamilan mencapai 6 minggu, bibir atas dan atap rongga mulut bayi dalam kandungan akan mulai terbentuk. Bibir dan rongga mulut terbentuk dari jaringan yang berada di kedua sisi sampai bersatu di bagian tengah mulut. Bila jaringan-jaringan ini gagal bersatu, maka akan terbentuk celah pada bibir atas atau atap rongga mulut. \n\n \n\n Meski penyebab pasti dari bibir sumbing belum diketahui, para ahli menduga bahwa gabungan antara faktor genetik dan lingkungan ikut berpengaruh. Jika orangtua menderita bibir sumbing, risiko anak untuk memiliki kelainan ini akan semakin tinggi. \n\n \n\n Sementara itu, faktor lingkungan yang dapat memicu bibir sumbing pada bayi adalah gaya hidup ibu selama kehamilan. Misalnya karena efek samping obat-obatan, penyakit atau infeksi yang diderita ibu, merokok atau konsumsi minuman beralkohol selama hamil. Bahkan, kekurangan asam folat juga dapat memicu terjadinya kelainan ini. \n\n \n\n \n\n Gejala Bibir Sumbing \n\n \n\n \n\n Selama di dalam kandungan, janin akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan jaringan. Pembentukan bibir terjadi saat usia kehamilan 4–7 minggu, sedangkan langit-langit mulut akan terbentuk di antara minggu ke-6 hingga ke-9. \n\n \n\n Jika terjadi gangguan penyatuan jaringan bibir atau langit-langit mulut pada tahap ini, maka akan terbentuk celah pada bibir dan atau langit-langit mulut. Kondisi inilah yang disebut dengan bibir sumbing atau langit-langit sumbing. \n\n \n\n Bibir sumbing dan langit-langit sumbing bisa dideteksi selama kehamilan atau saat bayi baru lahir. Umumnya, saat bayi mengalami langit-langit atau bibir sumbing, akan muncul gejala berupa: \n\n \n\n • Adanya celah di bibir bagian atas atau di langit-langit mulut yang bisa terjadi di salah satu sisi atau kedua sisi \n\n \n\n • Adanya celah yang terlihat seperti sobekan kecil dari bibir ke gusi atas dan langit-langit mulut hingga ke bawah hidung \n\n \n\n • Adanya celah pada langit-langit mulut yang tidak memengaruhi tampilan wajah \n\n \n\n • Adanya perubahan bentuk hidung akibat celah yang terbentuk di bibir atau langit-langit mulut \n\n \n\n • Adanya gangguan pertumbuhan gigi atau susunan gigi yang tidak teratur \n\n \n\n Bibir sumbing tidak selalu disertai dengan munculnya langit-langit sumbing, begitu pun sebaliknya. \n\n \n\n Selain yang dijelaskan di atas, ada juga jenis sumbing atau celah yang cukup jarang terjadi, yaitu sumbing submukosa. Sumbing jenis ini akan menyebabkan munculnya celah di bagian yang kurang terlihat. Biasanya, di bagian langit-langit mulut yang lunak dan ditutupi lapisan mulut. Jenis sumbing ini tidak terlihat saat lahir dan biasanya akan terdiagnosis saat muncul gejala berupa: \n\n \n\n • Sulit makan dan menyusui \n\n • Sulit menelan, bahkan makanan dan minuman bisa keluar lagi dari hidung \n\n • Suara sengau atau terdengar tidak jelas \n\n • Infeksi telinga kronis \n\n \n\n \n\n Kapan Harus ke Dokter? \n\n \n\n Ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter. Dengan begitu, perkembangan janin dan kondisi ibu hamil dapat terus dipantau. \n\n \n\n Bibir sumbing biasanya akan terdeteksi oleh dokter saat bayibaru lahir. Jika anak Anda didiagnosis mengalami bibir sumbing, ikuti saran dan terapi yang diberikan oleh dokter, serta lakukan kontrol secara rutin. \n\n \n\n \n\n Diagnosis Bibir Sumbing \n\n \n\n Bibir sumbing bisa diketahui saat bayi lahir sampai 72 jam setelahnya. Saat bayi mengalami bibir sumbing, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan ibu dan keluarga, termasuk ada tidaknya riwayat mengonsumsi obat atau suplemen selama kehamilan. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan pada wajah anak, termasuk mulut, hidung, dan langit-langit mulut. \n\n \n\n Selain bisa diketahui saat bayi lahir, bibir sumbing juga bisa terdeteksi selama kehamilan. Pemeriksaan USG kehamilan yang dilakukan pada minggu ke-18 hingga ke-21 biasanya akan menunjukkan adanya kelainan pada area wajah janin. \n\n \n\n Jika janin dicurigai mengalami kelainan pada wajah dan bibir, biasanya dokter akan menyarankan ibu hamil untuk menjalani prosedur Amniosintesis, yaitu tes yang dilakukan dengan cara mengambil sampel air ketuban. Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui penyebab bibir sumbing. \n\n \n\n \n\n Pengobatan Bibir Sumbing \n\n \n\n Pengobatan bibir sumbing bertujuan untuk memperbaiki kemampuan makan dan minum anak, memaksimalkan kemampuan bicara dan mendengar, serta memperbaiki tampilan wajah. \n\n \n\n Bibir sumbing bisa ditangani dengan melakukan beberapa kali operasi. Hal ini tergantung pada luas dan lebar dari sumbing yang dialami oleh anak. Operasi pertama biasanya akan dilakukan saat bayi berusia 3 bulan. \n\n \n\n \n\n Tahapan Sebelum Operasi \n\n \n\n Sebelum operasi bibir sumbing, dokter akan melakukan persiapan dengan memasang alat khusus di bibir, mulut, atau hidung anak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil perbaikan bibir sumbing. Di bawah ini adalah beberapa alat yang digunakan oleh dokter sebelum operasi bibir sumbing: \n\n \n\n • Lip-taping regimen, yaitu sejenis alat yang digunakan untuk menyatukan atau mempersempit dua celah di bibir \n\n • Nasal elevator, yaitu alat yang digunakan agar celah tidak melebar sampai ke hidung dan membantu membentuk hidung bayi \n\n • Nasal-alveolar molding (NAM), yaitu alat seperti cetakan yang berfungsi untuk membantu membentuk jaringan bibir sebelum operasi \n\n \n\n \n\n Tahapan Operasi \n\n \n\n Operasi pertama adalah operasi bibir sumbing. Operasi ini bertujuan untuk memperbaiki bibir sumbing dan menutup celah bibir. Operasi ini dilakukan saat bayi berusia antara 3-6 bulan. Dokter akan membuat sayatan pada kedua sisi celahdan membuat lipatan jaringan yang kemudian disatukan dengan cara dijahit. \n\n \n\n Operasi kedua adalah operasi langit-langit sumbing. Operasi kedua ini bertujuan untuk menutup celah dan memperbaiki langit-langit mulut, mencegah penumpukan cairan di telinga tengah, serta membantu perkembangan gigi dan tulang wajah. \n\n \n\n Dokter akan membuat sayatan pada kedua sisi celah dan menata ulang posisi jaringan dan otot langit-langit mulut, kemudian dijahit. Operasi langit-langit sumbing disarankan untuk dilakukan pada saat bayi berusia 6–18 bulan. \n\n \n\n Setelah itu, operasi lanjutan untuk langit-langit sumbing dapat dilakukan pada usia 8–12 tahun. Operasi lanjutan dilakukan dengan mencangkok tulang untuk langit-langit agar mendukung struktur rahang atas dan artikulasi bicara. \n\n \n\n Jika anak mengalami gangguan pada telinga, akan dilakukan operasi ketiga. Operasi ketiga adalah operasi pemasangan tabung telinga. Untuk anak-anak dengan langit-langit sumbing, tabung telinga dipasang pada usia 6 bulan. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi risiko penurunan pendengaran dan dapat dilakukan bersamaan dengan operasi bibir sumbing atau operasi langit-langit sumbing. \n\n \n\n Operasi keempat adalah operasi untuk memperbaiki penampilan. Operasi tambahan ini mungkin diperlukan untuk memperbaiki penampilan mulut, bibir, dan hidung. Operasi ini dapat dilakukan saat anak menginjak usia remaja sampai menjelang dewasa. \n\n \n\n Setelah operasi, dokter akan tetap melakukan pemantauan dan pengobatan terhadap bibir sumbing. Pemantauan dan pengobatan ini disarankan terus dilakukan sampai anak berusia 21 tahun atau ketika pertumbuhan telah berhenti. \n\n \n\n \n\n Pengobatan Tambahan \n\n \n\n Selain operasi, dokter akan memberikan terapi atau pengobatan tambahan. Jenis pengobatan dan terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi yang dimiliki oleh anak. Beberapa jenis terapi dan pengobatan tambahan yang bisa diberikan adalah: \n\n \n\n • Pengobatan untuk infeksi telinga \n\n • Pengobatan ortodontik, seperti pemasangan kawat gigi \n\n • Melakukan terapi bicara untuk memperbaiki kesulitan dalam berbicara \n\n • Memberikan alat bantu dengar untuk anak yang kehilangan pendengaran \n\n • Mengajarkan cara memberi anak makan atau menggunakan alat makan khusus \n\n \n\n Anak dengan bibir sumbing mungkin mengalami masalah dalam emosi, perilaku, dan kehidupan sosial karena penampilannya yang berbeda atau karena berbagai prosedur medis yang harus dilakukan secara berkala. Untuk mengatasinya, Anda bisa membawa anak untuk berkonsultasi dengan psikolog. \n\n \n\n \n\n Komplikasi Bibir Sumbing \n\n \n\n Beberapa komplikasi yang mungkin dapat dialami oleh bayi yang menderita bibir sumbing adalah: \n\n \n\n • Gangguan pendengaran \n\n • Gangguan pertumbuhan gigi \n\n • Kesulitan mengisap ASI \n\n • Kesulitan berbicara atau berkomunikasi nantinya \n\n \n\n \n\n Pencegahan Bibir Sumbing \n\n \n\n Bibir sumbing sulit dicegah karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, ibu hamil dapat melakukan beberapa langkah berikut untuk menurunkan risiko terjadinya bibir sumbing pada janin: \n\n \n\n • Melakukan pemeriksaan genetik ke dokter jika ada anggota keluarga yang mengalami bibir sumbing \n\n • Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter \n\n • Menjalani gaya hidup sehat selama hamil, seperti mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta mengandung asam folat, menjaga berat badan sehingga tidak mengalami obesitas selama kehamilan, tidak merokok, serta tidak mengonsumsi minuman beralkohol \n\n • Tidak menggunakan obat atau suplemen secara sembarangan, tanpa anjuran dokter \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Narasumber: dr. Andi Mohammad Ardan, SpBP-RE \n\n \n\n Surgery - (Reconstructive and Aesthetic Plastic Surgery) \n\n \n\n \n\n \n\n Untuk membuat janji silahkan klik link berikut ini: \n\n \n\n https://www.herminahospitals.com/doctors/dr-andi-mohammad-ardan-spbp-re \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Neurofibroma<\/a><\/h3>
Neurofibroma adalah jenis tumor jinak yang tumbuh pada saraf di tubuh. Kasus neurofibroma cukup sering ditangani oleh ahli bedah plastik di Indonesia. Meskipun sebagian besar neurofibroma bersifat jinak, tetapi tumor ini menghasilkan benjolan yang tidak sedap dipandang (seringkali benjolan pada wajah, anggota gerak), terkadang neurofibroma dapat mengenai saraf dan otot di sekitarnya, menyebabkan nyeri atau gejala lain yang tidak diinginkan. \n\n Neurofibromatosis adalah kelainan keturunan akibat mutasi gen. Penderita neurofibroma yang tampak pada kulit dan terasa nyeri adalah kandidat dilakukan pengangkatan neurofibroma. Karena prosedur ini sangat aman dan efektif, kebanyakan orang dapat mengalami pengangkatan neurofibroma dengan sedikit komplikasi. \n\n \n\n Bagaimana neurofibroma diangkat? \n\n Kasus neurofibroma cukup sering ditangani oleh ahli bedah plastik oleh karena menyangkut perbaikan penampilan (wajah) penderita. Neurofibroma tidak akan hilang dengan sendirinya dan sering bertambah besar seiring waktu. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menghilangkan tumor ini dari tubuh adalah melalui operasi pembedahan. Metode pengangkatan neurofibroma yang paling umum adalah dengan membuat sayatan dan membuang tumor tersebut di bawahnya. Setelah neurofibroma diangkat, sayatan ditutup dengan jahitan. Pada konsultasi dengan ahli bedah plastik pasien akan dinilai bentuk neurofibroma serta mengevaluasi riwayat kesehatan dan kesehatan Anda secara keseluruhan. \n\n Penting untuk pasien menceritakan ke pada ahli bedah plastik bahwa neurofibroma yang diderita menyebabkan gejala yang merugikan. Pasien Juga diharapkan menceritakan apakah pasien merokok konsumsi obat pengencer darah jangka panjang, vitamin, atau obat-obatan lainnya. Pengangkatan satu neurofibroma biasanya membutuhkan waktu sekitar satu jam, meskipun itu tergantung pada ukuran, kedalaman, dan lokasi. \n\n Pengangkatan neurofibroma biasanya sangat aman, semua operasi melibatkan beberapa tingkat risiko dan potensi komplikasi. Komplikasi yang paling umum termasuk perdarahan, infeksi, dan reaksi yang merugikan terhadap anestesi. \n\n Operasi pengangkatan neurofibroma biasanya dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal, tetapi, dalam kasus tertentu, bius umum diperlukan untuk memastikan pasien nyaman dan tanpa rasa sakit. \n\n Perawatan pengangkatan neurofibroma yang besar membutuhkan pasien untuk dirawat selama semalam. Bila ukuran neurofibroma kecil, pasien dapat langsung rawat jalan (one day service). \n\n Sebagian besar neurofibroma dapat diangkat dengan anestesi lokal, yang berarti Anda dapat datang sendiri, menjalani prosedur, dan pulang tanpa pengawalan. Tempat sayatan biasanya akan ditutup dengan pembalut kecil dan steril yang akan bertahan selama satu hari hingga satu minggu. \n\n Sampel jaringan neurofibroma dikirim ke laboratorium untuk diuji guna memastikan diagnosis neurofibroma. Kunjungan kontrol pasca operasi biasanya akan dijadwalkan selama satu minggu setelah operasi ahli bedah plastik dapat mengamati proses penyembuhan dan melepas jahitan jika perlu. \n\n Pasien dapat segera kembali ke aktivitas normal sehari-hari, tetapi biasanya diminta untuk menahan diri dari olahraga berat selama 2-3 hari. \n\n Pasca operasi neurofibroma, kebanyakan pasien mengalami perbaikan estetika, serta kelegaan dari gejala tidak menyenangkan yang disebabkan oleh neurofibroma. Aktivitas pasien akan jauh membaik bila lokasi neurofibroma terdapat pada anggota gerak badan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 06 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Penanganan Tepat pada Keloid<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, pada dasarnya penyembuhan luka itu adalah baik, tapi bila pertumbuhannya menjadi berlebih itu yang akan menjadi masalah, salah satunya adalah keloid. \n\n Keloid adalah pertumbuhan jaringan parut abnormal yang timbul sebagai akibat dari proses penyembuhan luka. Jaringan parut abnormal ini terbentuk terutama akibat dari sintesis dan degradasi kolagen yang tidak seimbang. \n\n Keloid dapat terjadi saat adanya luka terinfeksi, luka dalam yang tidak diobati dengan baik, luka bakar dalam, luka operasi yang dijahit secara tegang, dan penggunaan jenis benang yang kurang tepat. Selain itu, ada pula kecenderungan terjadinya keloid diantaranya adalah karena bawaan genetik, kulit berwarna gelap, serta penanganan luka yang tidak tepat. \n\n Biasanya tempat yang sering timbul keloid adalah pada daerah dada, punggung, bahu/lengan atas, telinga, serta daerah sendi yang akan menyebabkan gangguan estetik ataupun fungsi. Gangguan yang bisa terjadi bila timbul keloid adalah rasa gatal di daerah keloid dan benjolan, serta adanya infeksi jika tidak ditangani dengan baik yang akan menimbulkan masalah baru tentunya. Akan tetapi, tidak selalu setiap bekas luka akan menjadi keloid. \n\n \n\n Bagaimana Jika Sudah Terjadi Keloid? \n\n Tidak perlu khawatir jika timbul keloid, karena masih dapat diatasi dengan cara berikut: \n\n \n Pembedahan yaitu pengambilan semua jaringan keloid dan melakukan penutupan, baik dengan menggeser jaringan ataupun dengan tanam kulit, dan sebagainya \n Penekanan/pressure garment yaitu pemakaian korset yang menekan daerah timbulnya keloid \n Silicon gel sheet/silicon gel yaitu pemakaian lembar silicon gel atau salep silicon gel \n Injeksi kortikosteroid intralesi yaitu dengan melakukan suntikan kortikosteroid intralesi ke jaringan keloid \n Injeksi flourouracyl yaitu dengan melakukan suntikan kortikosteroid intralesi ke jaringan keloid \n Cryotherapy yaitu dengan melakukan pendinginan di daerah keloid \n Laser \n \n\n Perlu diperhatikan, penanganan keloid tidak bisa dengan 1 (satu) terapi saja tapi membutuhkan kombinasi untuk penanganan keloid menjadi optimal. Salah satu contohnya adalah kombinasi antara pemakaian salep silicon dan injeksi kortikosteroid intralesi. \n\n \n\n Bagaimana Cara Mencegah Keloid? \n\n Keloid dapat dicegah, yaitu dengan cara: \n\n \n Hindari terjadinya luka, karena jika terjadi luka tubuh akan mengaami proses penyembuhan luka dan jika proses penyembuhan luka tidak baik, maka akan timbul keloid \n Obati luka dengan baik \n Pada jahitan kulit luka operasi, gunakanlah benang yang tidak dapat diserap \n Pada saat menjahit luka usahakan tidak terlalu tegang merapatkan tepi luka \n \n\n \n\n Meski tidak berbahaya, keloid dapat menimbulkan masalah hingga memengaruhi kualitas hidup penderitanya yaitu dapat menyebabkan gangguan estetik yang akan membuat penderitanya tidak merasa percaya diri maupun gangguan fungsi. Oleh karena itu, keloid perlu dicegah dan ditangani dengan tepat. Jika berisiko mengalami keloid, berkonsultasilah dengan dokter spesialis bedah plastik saat mengalami cedera yang menimbulkan luka di kulit. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 06 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>