- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 21 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Ini Hal yang Harus Ibu Lakukan Jika Anak Terlambat Imunisasi<\/a><\/h3>
Imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak. Namun, terkadang ada situasi di mana anak terlambat mendapatkan imunisasi yang dianjurkan. Jika Anda sebagai orang tua menghadapi situasi ini, ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan untuk memastikan kesehatan anak tetap terjaga. \n\n \nPertama-tama, orang tua perlu konsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Dokter akan memberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi akibat keterlambatan imunisasi. Selain itu, dokter juga akan memberikan saran mengenai langkah-langkah yang harus diambil. \n \nSelanjutnya, orang tua perlu membuat jadwal imunisasi yang baru. Berdasarkan saran dari dokter, orang tua dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan imunisasi yang terlewat. Penting untuk mengikuti jadwal yang baru dengan disiplin agar efektivitas vaksin dapat maksimal. \n \nSelain itu, orang tua juga perlu memastikan bahwa anak dalam kondisi sehat saat menjalani imunisasi. Jika anak sedang sakit, sebaiknya menunda imunisasi hingga anak benar-benar pulih. Kondisi kesehatan yang baik akan meningkatkan efektivitas vaksin dan mengurangi risiko efek samping. \n \nSelama menunggu jadwal imunisasi yang baru, orang tua dapat melakukan langkah-langkah lain untuk menjaga kesehatan anak. Misalnya, memberikan makanan bergizi, memastikan anak mendapatkan cukup istirahat, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. \n \nSelain itu, orang tua juga perlu memperhatikan perkembangan anak secara keseluruhan. Jika ada tanda-tanda penyakit atau gangguan kesehatan lainnya, segera konsultasikan dengan dokter anak. Memantau kesehatan anak secara rutin akan membantu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang mungkin timbul. \n \nDalam situasi yang tidak ideal seperti terlambat imunisasi, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dan mengikuti saran dari dokter anak. Melakukan imunisasi sesuai jadwal yang baru dan menjaga kesehatan anak secara keseluruhan akan membantu melindungi anak dari penyakit berbahaya. Keselamatan dan kesehatan anak adalah prioritas utama, dan dengan langkah-langkah yang tepat, orang tua dapat memastikan anak mendapatkan perlindungan yang efektif melalui imunisasi, dan sebagai orang tua, Anda memiliki peran penting dalam memastikan anak Anda mendapatkan perlindungan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Hidrosefalus Pada Bayi<\/a><\/h3>
Hidrosefalus merupakan kondisi di mana terdapat penumpukan cairan dalam rongga otak yang berlebihan sehingga menyebabkan tekanan di dalam kepala meningkat. Hidrosefalus yang terjadi pada bayi dapat mengakibatkan ukuran kepala membesar. Dalam keadaan normal, memang terdapat cairan otak yang mengisi ruangan-ruangan (ventrikel) di dalam otak. \n\n Cairan dalam rongga otak yang dimaksud bernama cairan serebrospinal, yaitu cairan bening dan tidak berwarna yang mengalir di dalam serta sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Cairan ini berfungsi untuk menjaga otak tetap mengambang di rongga kepala, menjadi bantalan dan melindungi otak dari benturan, menjaga keseimbangan tekanan di dalam otak, serta membuang produk sisa metabolisme otak. \n\n Penumpukan cairan serebrospinal yang berlebihan dapat disebabkan oleh tidak seimbangnya produksi cairan serebrospinal dengan penyerapan kembali cairan tersebut, misalnya karena terdapat sumbatan pada saluran cairan otak, penyerapan yang tidak maksimal, atau produksi yang berlebihan. Padahal, peningkatan tekanan di dalam kepala yang terlalu tinggi akibat hidrosefalus dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak dam menghambat pembentukan sel saraf baru, yang nantinya dapat mengganggu tumbuh kembang anak; serta dapat menimbulkan berbagai macam gangguan fungsi otak lainnya, bahkan kematian. \n\n \n\n Jenis Hidrosefalus \n\n \n Hidrosefalus Kongenital \n \n\n Jenis ini merupakan kelainan bawaan yang terjadi karena gangguan di dalam kandungan. Hal macam ini bisa terjadi karena gangguan yang dialami sang ibu saat hamil. Misalnya sang ibu terkena infeksi toksoplasma, kekurangan asam folat, atau beberapa sebab lainnya. \n\n \n Hidrosefalus Didapat (Acquired Hydrocephalus) \n \n\n Terjadi karena gangguan di otak, misalnya karena stroke, radang selaput otak, atau tumor otak. Penyakit tersebut menyebabkan terganggunya sirkulasi atau penyerapan cairan otak sehingga hidrosefalus dapat terjadi. \n\n \n\n Penyebab Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi pada bayi umumnya akibat infeksi saat kehamilan. Infeksi tersebut disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis, atau toksoplasma. Sementara itu, hidrosefalus yang baru terjadi setelah lahir (acquired hydrocephalus) umumnya disebabkan karena penyakit di otak yang menimbulkan gangguan sirkulasi cairan otak. Misalnya karena perdarahan otak, tumor otak, radang otak atau radang selaput otak. \n\n \n\n Diagnosis Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi akibat infeksi dalam kehamilan ibu sebenarnya dapat dideteksi sejak bayi masih dalam kandungan, yaitu dengan pemeriksaan USG. Sementara itu, saat bayi lahir, hidrosefalus mulai dapat diduga saat dilakukan pengukuran lingkar kepala bayi. \n\n Bayi yang mengalami hidrosefalus memiliki lingkar kepala yang lebih besar dibandingkan bayi lain seusianya. Untuk memastikan adanya hidrosefalus, biasanya diperlukan pemeriksaan CT-scan otak. Pada beberapa kasus, MRI juga diperlukan untuk mengetahui penyebab terjadinya hidrosefalus. \n\n \n\n Gejala Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi saat bayi baru lahir biasanya dapat menunjukkan gejala berupa: \n\n \n Bayi terlihat mengantuk terus atau kurang responsif terhadap kondisi di sekitarnya. \n Kaki dan tangan berkontraksi terus sehingga terlihat kaku dan sulit digerakkan. \n Bayi mengalami keterlambatan perkembangan, misalnya umur 6 bulan belum bisa tengkurap, atau umur 9 bulan belum bisa duduk. \n Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah besar setiap saat dibandingkan anak seusianya. \n Kulit kepala bayi tipis, dan pembuluh darahnya dapat terlihat dengan jelas. \n Napas tidak teratur. \n Mengalami kejang berulang. \n \n\n \n\n Pencegahan Hidrosefalus \n\n Pencegahan hidrosefalus dimulai sejak dalam kehamilan. Ibu hamil harus melakukan kontrol berkala agar bila ada infeksi virus, dapat diketahui dan ditangani segera. Pastikan bahwa ibu hamil, bayi, dan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap sesuai dengan jadwal pemerintah. Beberapa penyebab hidrosefalus seperti infeksi rubella, radang selaput otak, dan radang otak dapat dicegah dengan imunisasi. \n\n Konsultasi kesehatan secara rutin di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile Aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 16 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cara Tepat Cegah Ruam Popok Agar Si Kecil Selalu nyaman!<\/a><\/h3>
Ruam popok atau diaper rash merupakan bentuk umum dari peradangan kulit yang biasanya terdapat pada area kemaluan dan pantat bayi, dapat juga terjadi pada orang dewasa yang menggunakan popok. Lebih dari setengah dari keseluruhan bayi mengalami ruam popok, paling sering terjadi pada usia 4-15 bulan namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada bayi baru lahir hingga usia 3 tahun. \n\n Kulit area pantat dan selangkangan bayi bisa dikatakan terkena ruam popok jika ada radang kemerahan di area tersebut. Radang ini bisa muncul karena kondisi gesekan yang dikombinasikan kondisi lembap serta kurangnya sirkulasi udara di area pantat dan selangkangan. Akibatnya, bayi merasa perih kesakitan dan menjadi rewel. Ruam popok dapat muncul pada pemakaian popok yang terlalu lama, infeksi jamur, infeksi bakteri, bayi yang alergi terhadap popok/sabun mandi/detergen, pemakaian popok yang terlalu ketat. \n\n Cara mencegah ruam popok pada bayi atau anak kecil adalah dengan menjaga kebersihan area popok, menjaga kulit bayi tetap kering, dan menggunakan produk perawatan kulit yang tepat. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu mencegah ruam popok: \n\n \n \n Ganti Popok Secara Teratur \n \n \n\n Ganti popok secara teratur, setidaknya setiap 2-3 jam atau saat popok terlihat basah atau kotor. Bersihkan area popok secara lembut dengan menggunakan air hangat dan kain lembut, atau tisu bayi yang tidak mengandung alkohol atau pewangi. \n\n \n \n Pastikan Kulit Selalu Kering \n \n \n\n Pastikan kulit bayi kering sebelum mengganti popok baru. Biarkan kulit bayi terkena udara selama beberapa saat setelah setiap penggantian popok. \n\n \n \n Gunakan Krim Pelindung \n \n \n\n Oleskan krim pelindung seperti krim anti-ruam popok yang mengandung zinc oxide pada setiap pergantian popok. Krim ini membantu melindungi kulit dari kelembaban dan gesekan. \n\n \n \n Pilih Popok yang Tepat \n \n \n\n Pastikan popok yang digunakan sesuai dengan ukuran bayi. Popok yang terlalu ketat atau terlalu longgar dapat menyebabkan gesekan dan kelembaban berlebih pada kulit. Gunakan popok yang memiliki teknologi penyerapan baik untuk menjaga kulit tetap kering. \n\n \n \n Hindari Produk Beraroma dan Alkohol \n \n \n\n Hindari produk perawatan kulit yang mengandung pewangi atau alkohol, karena ini dapat mengiritasi kulit bayi. \n\n \n \n Pertimbangkan Popok Kain \n \n \n\n Popok kain juga merupakan pilihan yang baik karena memungkinkan kulit bayi bernapas lebih baik. Pastikan untuk mencucinya dengan deterjen yang lembut dan bebas pewangi. \n\n \n \n Pantau Tanda-tanda Ruam Popok \n \n \n\n Jika bayi mengalami tanda-tanda ruam popok seperti kemerahan, bengkak, atau ruam, segera lakukan perawatan tambahan dan konsultasikan dengan dokter anak jika diperlukan. \n\n \n \n Cuci Tangan Sebelum Menangani Popok \n \n \n\n Pastikan tangan bersih sebelum menyentuh kulit bayi atau area popok untuk mencegah penularan infeksi. \n\n \n\n Ruam popok membutuhkan waktu dalam beberapa hari untuk membaik, tergantung dari tingkat keparahannya dan ruam dapat berulang. Sahabat Hermina konsultasikan dengan dokter spesialis dermatologi venereologi atau kulit kelamin di RSU Hermina Pandanaran apabila ruam menetap atau semakin memburuk dalam 3 hari atau lebih, bayi mengalami demam/lesu, terdapat bintil berisi cairan. Stay Healthy Sahabat Hermina! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Gangguan Pendengaran pada Bayi<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kemampuan mendengar bagi bayi merupakan hal penting yang akan menunjang kemampuan belajarnya kelak. Untuk mengetahui apakah bayi memiliki gangguan pendengaran atau tidak, sebaiknya lakukan tes pendengaran sejak bayi lahir. Orangtua dianjurkan untuk melakukan tes tersebut sebelum membawa pulang bayi dari rumah sakit. \n\n Tes pendengaran pada bayi bertujuan untuk mendeteksi apakah bayi memiliki gangguan pendengaran, sehingga dapat ditentukan langkah penanganannya. Tes ini perlu dilakukan sedini mungkin, mengingat indra pendengaran berperan penting dalam menunjang kemampuan berkomunikasi serta tumbuh kembang bayi. \n\n Berdasarkan data WHO, 1 dari 1.000 kelahiran bayi di Indonesia mengalami gangguan pendengaran. Oleh karena itulah pentingnya untuk bisa mendeteksi dan memberikan penanganan yang tepat sejak dini. Sebagian besar bayi ini dilahirkan dalam keluarga tanpa riwayat kehilangan pendengaran permanen. Kehilangan pendengaran permanen dapat secara signifikan mempengaruhi perkembangan bayi. \n\n Mencari tahu lebih awal dapat memberi bayi-bayi ini kesempatan yang lebih baik untuk mengembangkan keterampilan bahasa, ucapan, dan komunikasi. Ini juga akan membantu mereka memanfaatkan hubungan dengan keluarga atau pengasuh mereka sejak usia dini. \n\n Tes pendengaran yang digunakan adalah Otoacoustic Emission (OAE). OAE adalah skrining pendengaran untuk menilai sela rambut yang terdapat di rumah siput (koklea). Tes yang menggunakan alat berbentuk headset ini dapat mengukur getaran suara dalam liang telinga. Secara sederhana, OAE bekerja sebagai stimulan juga receiver. Stimulus yang dipancarkan melalui headset tersebut kemudian ditangkap oleh sel rambut dengan sebelumnya telah terlebih dahulu menggetarkan gendang telinga dan melalui tulang pendengaran. Stimulus yang tertangkap oleh sel rambut ini kemudian menghasilkan getaran yang kembali ditangkap oleh receiver. Setelah getaran diterima oleh receiver, barulah dapat diputuskan mengenai baik atau tidaknya fungsi koklea berdasarkan perbedaan amplitudo yang telah diterima. \n\n Terdapat berbagai faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran, diantaranya adalah: \n\n \n Kondisi atau penyakit yang memerlukan perawatan di Neonatus Intensive Care Unit (NICU) selama 48 jam atau lebih setelah kelahiran. \n Keadaan yang berhubungan dengan sindroma tertentu yang menyebabkan tuli sensorineural atau konduktif. \n Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran sensorineural yang menetap sejak lahir. \n Lahir belum cukup bulan atau pematur. \n Berat badan lahir rendah (BB kurang dari 1500 gram). \n Skor APGAR yang berkisar dari 0-3 dan 4-10 dan hiperbilirubin. \n Riwayat infeksi TORCH saat masa kehamilan. \n Kelainan tulang wajah/ tengkorak. \n \n\n Balita dengan salah satu faktor risiko tersebut mempunyai kemungkinan mengalami ketulian 10 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang tidak memilikinya. Bila terdapat tiga buah faktor risiko, kecenderungan menderita ketulian diperkirakan sampai 63 kali lipat lebih besar. Sedangkan, untuk bayi baru lahir, dan dirawat di ruang intensif (NICU) akan berisiko mengalami ketulian sebesar 10 kali lipat bayi normal. \n\n Nah Sahabat Hermina, jika merasakan gejala gangguan pendengaran pada Si Kecil, segera periksakan ke dokter spesialis di rumah sakit terdekat. Dokter akan melakukan serangkaian tes dan pemeriksaan pendengaran untuk mengetahui apa penyebab spesifik atas gangguan yang terjadi. Salam sehat \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Manado<\/a><\/li>
- 21 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pijat Bayi, Yuk Ketahui Manfaatnya Agar Bayi Senang Orang Tua Tenang<\/a><\/h3>
\n\n \n\n Begitu banyak cara yang dapat orang tua lakukan untuk membuat sang buah hati senang dan bertumbuh dengan sehat, salah satu caranya dengan melakukan pijat bayi atau baby massage yang saat ini menjadi salah satu tren yang sangat disukai orang tua untuk memberikan kenyamanan lebih bagi sang buah hati tercinta. \n\n \n\n Pijat bayi itu sendiri merupakan sentuhan untuk stimulasi multisensori dengan menggabungkan teknik raba (taktil) dan gerak (kinestetik) yang dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan buah hati agar lebih optimal, dimana pijat bayi ini dapat dilakukan oleh orang tua agar meningkatkan bonding antara orang tua dan bayi namun pijat bayi juga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tentunya sudah terlatih dan berpengalaman. \n\n \n\n Bukan hanya sekedar tren yang sedang diminati para orang tua, tapi nyatanya pijat bayi memberikan begitu banyak manfaat yang sangat baik bagi buah hati tercinta. Menurut pendapat dari Tiffany Field, direktur Touch Research Institute di University of Miami School of Medicine. Dengan dilakukannya pijat bayi dapat menghasilkan lebih banyak hormon serotonin yang baik untuk detak jantung dan pernapasan bayi agar menjadi lebih rileks. Berikut manfaat pijat bayi yang dapat dirasakan oleh buah hati : \n\n \n\n \n \n Meningkatkan daya tahan tubuh bayi \n \n \n Meningkatkan kualitas tidur bayi \n \n \n Mengurangi kembung dan kolik pada bayi \n \n \n Meningkatkan pertumbuhan pada bayi \n \n \n Memberikan relaksasi pada bayi \n \n \n Membantu bayi tidak mudah rewel \n \n \n Menenangkan frekuensi menangis pada bayi \n \n \n Memperlancar pencernaan pada bayi \n \n \n Membuat tekstur kulit bayi menjadi lebih baik \n \n \n Melatih sensitivitas dan indera bayi \n \n \n\n \n\n Begitu banyak manfaat bukan dari pijat bayi untuk buah hati tercinta, namun yang perlu orang tua perhatikan saat melakukan pijat bayi. Antara lain : \n\n \n\n \n \n Pastikan bayi dalam kondisi terjadi, namun tenang \n \n \n Hindari saat bayi terlalu kenyang atau lapar \n \n \n Hindari saat bayi sedang tidak sehat \n \n \n\n \n\n Perlu diingat saat melakukan pijat bayi dan bayi merasa tidak nyaman dan rewel maka sebaiknya pijat bayi dihentikan terlebih dahulu, dan mencari tahu penyebab dari kenapa bayi rewel dan tidak nyaman saat dilakukan pijat. Meskipun saat ini sudah begitu banyak tutorial untuk pijat bayi, sangat disarankan untuk orang tua melakukan pijat bayi dengan tenaga profesional agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 12 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Imunisasi untuk Anak<\/a><\/h3>
Tujuan imunisasi \n\n Mencegah penyakit infeksi yang berbahaya sebelum penyakit tersebut menular di masyarakat. \n\n Bagaimana kerja vaksin? \n\n Imunisasi à tubuh membentuk imunitas à sistem imun akan membentuk kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu. \n\n Pada masa depan, apabila anak tertular oleh penyakit tersebut, anak tidak akan sakit oleh karena sistem kekebalan tubuh akan segera bereaksi cepat melawan penyakit tersebut. \n\n Mengapa anak harus diimunisasi? \n\n \n Imunisasi adalah upaya yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit yang banyak beredar di masyarakat. Keuntungan imunisasi sangat besar apabila dibandingkan dengan risiko efek samping vaksin yang sangat kecil. \n Jika cukup banyak orang dalam masyarakat mendapat imunisasi, maka infeksi tidak akan lama lagi menyebar dari orang kepada orang lain. \n Anak yang telah diimunisasi jika terkena penyakit pada umumnya ringan. \n \n\n \n\n Mengapa anak perlu mendapat imunisasi begitu banyak? \n\n Beberapa imunisasi diperlukan dalam awal tahun kehidupan seorang anak untuk mencegah penyakit yang berbahaya. Semakin banyak penyakit yang dapat dicegah, akan semakin tinggi kemungkinan anak hidup dengan kualitas tumbuh kembang yang lebih baik. \n\n Sistem imun bayi belum matang (imatur). Sistem imun bayi belum dapat bekerja sebaik pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, sehingga imunisasi perlu diulang. \n\n Apakah imunisasi aman? \n\n Beberapa anak dapat mengalami efek samping vaksin yang ringan, terjadi dalam waktu 1-2 hari setelah mendapat imunisasi dan segera sembuh tanpa harus mendapat obat. \n\n Efek samping yang tersering adalah kemerahan, bengkak, nyeri di tempat bekas suntikan, dan dapat disertai demam ringan atau rewel. \n\n Cara penanganan : \n\n \n Berikan minum lebih banyak \n Jangan memakai baju tebal \n Apabila perlu, dapat diberikan paracetamol untuk menurunkan demam. \n \n\n Perlu diingat bahwa vaksin yang tersedia saat ini sangat aman dibandingkan jika anak harus menderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. \n\n \n\n Berapa lama imunisasi akan memberikan kekebalan? \n\n Secara umum, imunisasi akan menghasilkan kekebalan setelah 2 minggu diberikan. Berarti, pencegahan terhadap penyakit tersebut tidak segera didapat setelah anak mendapat imunisasi. Beberapa imunisasi perlu diberikan pengulangan beberapa kali untuk mendapatkan pencegahan jangka panjang. \n\n \n\n Apa akibat jika imunisasi terlambat? \n\n Jadwal imunisasi telah disusun dengan memperhatikan waktu yang tepat kapan seorang anak harus dilindungi terhadap penyakit infeksi yang berbahaya. Apabila terlambat memberikan imunisasi pada umur yang seharusnya, anak akan rentan terhadap penularan penyakit. \n\n Untuk imunisasi yang harus diberikan beberapa kali, jarak antara kedua imunisasi 4-8 minggu. Apabila terlalu jauh, kekebalan yang terbentuk tidak maksimal. \n\n \n\n Apakah imunisasi terlambat harus diulang? \n\n Jika disadari bahwa imunisasi terlambat, segaralah datang ke fasilitas kesehatan dan mintalah imunisasi yang tertinggal. \n\n \n\n Sahabat Hermina, \n\n Imunisasi anak adalah pemberian vaksin kepada anak untuk mencegah penularan penyakit tertentu. Vaksin adalah zat yang berfungsi membantu membentuk kekebalan tubuh atau imunitas terhadap infeksi sejumlah penyakit menular. \n\n \n\n RS Hermina Periuk Tangerang melayani Imunisasi atau Vaksinasi Anak. \n\n Informasi dan Pendaftaran hubungi: \n\n (021) 29432525 \n\n 0857-8268-2142 (WA) \n\n _ \n\n Stay healthy Teman Hermina \n\n _ \n\n Nikmati kemudahan pendaftaran melalui : \n\n 1. Hermina Mobile Aplikasi (tersedia di Playstore/Appstore) \n\n 2. Website : www.herminahospitals.com \n\n 3. Call Center : 1500488 \n\n 4. Halodoc \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 04 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Asi Eksklusif Untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Si Kecil<\/a><\/h3>
Taukah Bunda? ASI merupakan salah satu anugerah yang diberikah Tuhan untuk meningkatkan daya tahan tubuh si Kecil. Bayi yang mendapatkan ASI saat lahir diketahui memiliki risiko lebih rendah untuk masuk rumah sakit dibanding bayi yang tidak mendapat ASI. Hal ini dikarenakan ASI bisa melindungi si Kecil sesaat setelah ia lahir. \n\n ASI pertama yang keluar berwarna kekuningan. Terkadang ada beberapa Ibu yang membuang ASI tersebut karena warnanya kuningdan menanggap ASI tersebut kurang baik. Padahal, ASI pertama yang keluar tersebut merupakan kolostrum atau yang mengandung antibodi untuk dapat memperkuat daya tahan tubuh si Kecil dalam melawan infeksi. Anti bodi ini sangat penting agar daya tahan tubuh si Kecil dapat bekerja secara sempurna. \n\n Di dalam kandungan ASI terdapat banyak sel, terutama pada minggu-minggu pertama menyusui. Kolostrum dan ASI pertama mengandung 1-3 juta sel darah putih (leukosit) per ml. Pada ASI matur, yaitu ASI setelah 2-3 bulan menyusui, jumlah sel ini menurun menjadi 1000 sel per ml yang terdiri dari monosit/makrofag (59-63%), sel neutrofil (18-23%), dan sel limfosit (7-13%) ASI juga mengandung faktor pelindung (protektif) yang larut dalam ASI seperti enzim lisozim, laktoferin (sebagai pengikat zat besi), sitokin (zat yang dihasilkan oleh sel kekebalan untuk mempengaruhi fungsi sel lain), dan protein yang dapat mengikat vitamin B12, faktor bifidus, enzim-enzim, dan antioksidan. \n\n Mengingat begitu banyaknya sel yang dapat meningkatkan imun si Kecil, Ibu harus selalu semangat dalam memberikan ASI ekslusif. WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama hidup Si Kecil. ASI adalah satu-satunya sumber makanan yang bisa dikonsumsi oleh si Kecil. Selanjutnya, si Kecil dapat diberikan makanan pendamping sambil tetap diberikan ASI hingga ia berusia 2 tahun. \n\n Jadi Bagaimana si ibu sedang berjauhan dengan si bayi? Mungkin si ibu sedang kerja, bepergian atau si ibu sedang sakit dan di rawat terpisah oleh si bayi? \n\n Jangan cemas bunda, bunda harus tetap semangat dalam memompa ASI. Bunda dapat tetap memompa ASI tiap 3 jam agar ASI tetap dapat berproduksi dengan baik. Semakin sering Ibu memompa ASI maka produksi ASI yang keluar juga semakin banyak. \n\n Bunda dapat memompa ASI dan meletakkan ASI di botol atau kantong ASI. Kualitas ASI akan tetap sama, baik yang disimpan dalam lemari es maupun ASI yang diberikan secara langsung pada bayi, asalkan penyimpanannya benar serta sesuai dengan standar penyimpanan yang telah disarankan. \n\n Bagaimana cara penyimpanan ASI yang tepat? \n\n \n Untuk penyimpanan pada suhu kamar, ASI yang sudah dipompa dan ditempatkan dalam wadah akan bertahan selama kurang lebih 8 jam. \n ASI perah tahan hingga 24 jam saat disimpan dalam boks pendingin yang ditambahkan dengan kantung es (ice pack) \n ASI perah tahan sampai 5 hari, ketika ditaruh pada kulkas bagian lemari pendingin dengan suhu minimal 4°C \n ASI perah tahan hingga 6 bulan pada freezer dengan suhu 18°C dibawah titik beku 0°C (-18°C). Suhu yang dingin dapat menigkatkan fungsi anti mikroba pada ASI serta menghambat aktivitas pertumbuhan mikroba yang merusak ASI. \n \n\n Begitu mudah penyimpanan ASI yang sudah diperah kan Bunda? Tetap semangat dalam MengASIhi. Semoga si Kecil sehat selalu bunda. Jika ada keluhan kesehatan si kecil segera periksakan kesehatannya dengan dokter anak di RSU Hermina Medan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 21 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cara Mengganti Popok Bayi untuk Bunda<\/a><\/h3>
Untuk pertama yang perlu diperhatikan yaitu jangan mengandalkan bau saja sebagai penanda untuk mengganti popok bayi. Umumnya bayi buang air kecil sekitar 20 kali dalam sehari selama beberapa bulan pertama. Untuk bayi yang menggunakan popok sekali pakai, ibu bisa mengganti popok paling tidak tiap 2-3 jam sekali, namun tidak perlu sampai mengganggu waktu istirahat bayi. Apabila menggunakan popok kain, segera ganti popok jika basah untuk mencegah iritasi. \n\n \n\n Persiapan Mengganti Popok \n\n \n Cuci tangan ketika akan mengganti popok si kecil \n Siapkan popok yang bersih, tisu atau kain basah \n Sediakan juga air hangat dan handuk \n Letakkan bayimu di tempat yang aman agar tidak jatuh atau terguling \n Kantong popok bekas \n \n\n \n\n Langkah-langkah Melepas Popok Kotor \n\n \n Lepaskan popok kotornya \n Tarik bagian depan popok yang kotor lalu turunkan ke bawah. Jika bayi laki-laki tutupi kemaluannya dengan kain bersih agar saat kencing tidak mengenai ibu atau dirinya sendiri \n Gunakan bagian depan popok untuk membersihkan sebagian besar kotorannya jika si kecil buang air besar. Bersihkan dari bagian depan ke arah belakang \n Angkat bagian bokong si kecil dari atas meja dengan memegang kedua pergelangan kakinya dengan tanganmu secara perlahan. Segera ambil bagian depan popok, lipat hingga menutupi bagian yang kotor dan selipkan di bawah bokongnya \n Bersihkan alat kelamin si kecil dan sekitarnya dengan kapas basah, jangan lupa bersihkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel di sekitar permukaan anus, lipat paha dan kelamin hingga bersih. Bersihkan kotoran dari arah depan ke belakang untuk mengurangi risiko infeksi pada saluran kencingnya, terutama bila si kecil perempuan \n Buang tisu basah ke kantong popok \n Angkat bagian bokong si kecil, lalu singkirkan popok kotor dari bawahnya. Buang popok kotor ke kantong popok, kemudian ikat dan buang kantong ke tempat sampah \n Dapat dioleskan krim khusus sesuai anjuran dokter pada kulit si kecil jika terdapat ruam popok \n \n\n \n\n \n\n Mengganti Popok yang Bersih \n\n \n Langkah selanjutnya adalah membuka popok bersih dan menempatkan pada bayimu dengan menyelipkannya di bawah bokong dan menggeser ke arah pinggang, di mana posisi perekat berada di belakang. Tarik popok bagian depan ke arah perut bayimu \n Untuk bayi laki-laki arahkan kelaminnya ke bawah untuk mencegah air kencingnya berada di bagian atas. Bagi bayi baru lahir yang belum copot tali pusar, perhatikan agar popok tidak menutupi tali pusar \n Pastikan bagian popok berada di antara kaki bayimu dengan seimbang. Lalu kencangkan popok dengan membuka perekatnya, yang kemudian ditarik ke arah perut untuk direkatkan. Jangan terlalu kencang saat merekatkannya agar bayi merasa nyaman \n Setelah itu, jangan lupa untuk kembali mencuci tangan setelah mengganti popok si kecil \n \n\n \n\n Walaupun si kecil tidak buang air besar, bunda harus tetap membersihkan bagian depan dan belakang si kecil. Bersihkan juga area kulit di sekitarnya dengan lap, usap menggunakan lap atau handuk bersih yang kering. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 30 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Gangguan Pendengaran Sejak Dini, Lakukan Tes OAE pada Anak<\/a><\/h3>
Memiliki anak yang sehat dan sesuai dengan tumbuh kembangnya tentu menjadi dambaan setiap orang tua. Tak ada orang tua yang ingin anaknya lahir dengan suatu kekurangan pada fisiknya. \n\n Apalagi jika terjadi gangguan fungsi alat indera vital, seperti pendengaran. Inilah pentingnya melakukan tes EOA pada anak, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap fungsi indera pendengarannya. Apakah EOA dan apa fungsi tesnya ? \n\n \n\n EOA, Upaya Cegah Gangguan Pendengaran pada Anak \n\n Bayi yang lahir dengan resiko tinggi, seperti bayi dengan berat badan lahir rendah, kekurangan kadar oksigen atau disebut asfiksia perinatal, dan hiperbilirubinemia, memiliki kemungkinan menderita pendengaran buruk sekitar 2-4 dari 100 bayi. \n\n Perburukan fungsi pendengaran dari lahir ini dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan bicara, bahasa, dan perkembangan kognitif. \n\n Oleh karena itu, perburukan fungsi pendengaran pada bayi seharusnya dapat diidentifikasi sejak awal sehingga tenaga medis atau keluarga dapat melakukan tindakan untuk perkembangan sensor sistem. \n\n Saat ini, banyak sekali kasus bayi dengan perburukan pendengaran yang tidak terdeteksi. \n\n Oleh karena itu, perlu campur tangan tim medis dalam melakukan screening agar hal tersebut tidak terjadi. \n\n Saat ini sudah terdapat alat yang cepat dan murah untuk melakukan tes pendengaran pada bayi dan anak, yaitu Otoacoustic Emission (OAE). \n\n Apa itu Otoacoustic Emission (OAE) \n\n OAE adalah screening pendengaran untuk menilai kepekaan sel rambut yang terdapat di rumah siput (koklea). Tujuan utamanya adalah untuk menentukan status koklea, terutama fungsi sel rambutnya. Informasi dari hasil tes OAE ini dapat digunakan untuk: \n\n 1. Memeriksa kondisi indera pendengaran, khususnya pada bayi baru lahir, bayi, atau seseorang dengan cacat perkembangan. \n\n 2. Memperkirakan sensitivitas pendengaran dalam ruang lingkup terbatas \n\n Untuk melakukan tes ini, dokter atau tenaga medis akan menggunakan alat berbentuk headset yang dapat mengukur getaran suara dalam liang telinga. \n\n Secara garis besar, OAE bekerja sebagai perangsang dan penerima. Rangsangan suara yang memancar melalui headset kemudian ditangkap oleh sel rambut setelah sebelumnya terlebih dahulu menggetarkan gendang telinga dan melalui tulang pendengaran. \n\n Rangsangan yang tertangkap oleh sel rambut ini kemudian menghasilkan getaran yang kembali ditangkap oleh penerima pada alat OAE. \n\n Setelah getaran diterima, barulah dapat diputuskan apakah koklea berfungsi dengan baik atau tidak. Kesimpulan ini diambil berdasarkan perbedaan amplitudo yang telah diterima. \n\n Jenis Pemeriksaan Otoacoustic Emissions (OAE) \n\n Pada pemeriksaan OAE, petugas medis menempelkan sejenis earphone kecil ke telinga bayi/anak selama beberapa detik. OAE screener biasanya dilengkapi dengan speaker dan mikrofon mini yang terbuat dari bahan lembut dan tidak berbahaya untuk anak. Speaker akan menghantarkan suara rangsangan ke liang telinga, dan akan direspon oleh koklea. Setelah itu, responnya akan dideteksi oleh mikrofon dan hasilnya dapat dilihat pada screener. \n\n Ada empat jenis pemeriksaan OAE pada anak yang bisa Anda lakukan dalam dunia medis, yaitu: \n\n 1. Transient Otoacoustic Emissions (OAEs). Dalam pemeriksaan ini, suara yang dipancarkan merupakan respons terhadap rangsangan akustik, dan didengarkan dalam durasi yang sangat singkat. Rangsangan suara bisa berupa bunyi klik, atau bisa juga berupa nada semburan. \n\n 2. Distortion Product Otoacoustic Emission (DPOAEs). Dalam pemeriksaan ini, suara dipancarkan sebagai respon terhadap 2 nada yang diperdengarkan secara berurutan dengan frekuensi yang berbeda. \n\n 3. Spontaneous otoacoustic emissions (OAEs). rangsangan suara yang dipancarkan oleh OAE tanpa stimulus akustik, tetapi secara spontan. \n\n 4. Transient otoacoustic (SF OAEs). Suara yang dipancarkan oleh pemancar OAE merupakan respon terhadap nada kontinu. \n\n Anda perlu melakukan pemeriksaan otoacoustic emission (OAE) sedini mungkin, bahkan ketika bayi baru lahir. Dengan pemeriksaan ini, Anda dapat mendeteksi secara dini gejala atau tanda adanya gangguan pendengaran pada anak. Pemeriksaan OAE dapat dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap. \n\n Pemeriksaan awal tes OAE ini adalah dengan melakukan pengecekan menggunakan empat frekuensi berbeda, yaitu 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, dan 5000 Hz. Pemeriksaan dilakukan dalam ruangan khusus yang memenuhi standar penggunaan suara dengan frekuensi di atas 40 desibel, yang diketahui dengan pengukuran sound level meter. \n\n Bayi-bayi yang lahir dengan resiko tinggi dan gagal pada tes pendengaran yang pertama, perlu melakukan skrining kedua setidaknya satu bulan setelahnya. Bayi-bayi yang gagal dalam pemeriksaan pemeriksaan tersebut seharusnya menjalani rehabilitasi awal. Rehabilitasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari perkembangan sistem sensorik. \n\n Upaya pencegahan juga bisa dilakukan dengan menjaga kehamilan sebaik mungkin. Selama masa pertumbuhan janin dalam kandungan, ibu bisa melakukan beberapa hal, seperti kontrol sesuai jadwal sepanjang masa kehamilan. Ibu hamil juga perlu melakukan pemeriksaan TORCHS, dan sebaiknya menghindari pemakaian obat-obatan yang bersifat toksik bagi telinga bayi, terutama pada trimester pertama kehamilan. \n\n Tes OAE pada anak ini sangat penting, karena apabila dibiarkan, tumbuh dengan gangguan pendengaran yang tidak dapat terdeteksi. Jika hal ini terjadi, resiko gangguan kemampuan bicara pada anak akan makin tinggi. Pencegahan sejak dini tentu akan sangat membantu anak untuk bisa tumbuh dengan sempurna dan sehat semua alat inderanya. Cegah risiko gangguan pendengaran pada anak dengan melakukan tes OAE sejak dini. \n\n Konsultasikan langsung dengan dokter spesialis THT di RS. Hermina terdekat atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 23 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Tetanus Neonatorum pada Bayi Baru Lahir!<\/a><\/h3>
Tetanus Neonatorum merupakan sebuah penyakit tetanus yang menyerang pada bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir berisiko tinggi terkena tetanus neonatorum apabila Sibayi dilahirkan dengan bantuan peralatan persalinan yang tidak steril. \n\n Pencegahan dini dari tetanus neonatorum lebih diutamakan daripada pengobatan, dikarenakan tingkat kematian penderita sangat tinggi. Tetanus neonatorum banyak ditemukan di daerah perdesaan atau terpencil di mana fasilitas kesehatan dan tenaga medis masih sulit untuk ditemukan. \n\n \n\n Penyebab Tetanus Neonatorum pada Bayi \n\n Penyebab paling utama adalah infeksi oleh bakteri Clostridium tetani, yaitu bakteri yang dapat menghasilkan racun yang racunnya dapat menyerang sistem saraf pusat dan otak. Bakteri ini biasanya ditemukan di kotoran hewa, debu, dan tanah. Bakteri Clostridium tetani dapat menginfeksi seseorang, termasuk bayi baru lahir dengan melalui luka goresan, sobekan, atau luka tusukan yang disebabkan oleh benda-benda yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut. \n\n Pada bayi yang baru lahir tetanus terjadi akibat bakteri masuk ke dalam tubuh bayi melalui persalinan yang tidak higienis atau steril, seperti memotong tali pusar dengan alat-alat yang tidak steril. Risiko bayi menderita tetanus neonatorum juga dapat meningkat oleh ibunya yang tidak terlindungi oleh vaksin tetanus toxoid (TT) pada masa kehamilan. Beberapa faktor risiko lain tetanus neonatorum, diantaraya: \n\n \n Pada proses pesalinan di rumah dengan alat yang tidak steril. \n Mempunyai riwayat tetanus neonatorum pada anak sebelumnya. \n Adanya paparan bahan yang berpotensi menularkan bakteri pada alat yang digunakan untuk persalinan maupun merawat tali pusat \n \n\n Beberapa gejala yang ditimbulkan jika bayi baru lahir terinfeksi tetanus neonatorum antara lain: \n\n \n Mulut pada bayi terasa kaku seakan terkunci dan bayi tidak bisa menyusui \n Otot wajah dan rahang mengencang pada hari ke 2 sampai 3 pasca kelahiran \n Terjadi kejang yang diakibatkan oleh suara, cahaya, atau sentuhan \n Otot tubuh kaku secara menyeluruh yang menyebabkan tubuh Si bayi menegang atau tampak melengkung ke belakang \n \n\n Jika tidak diobati dan ditangani secepat mungkin, kondisi ini dapat membuat bayi tidak dapatbernapas. Sebagian besar kematian bayi akibat infeksi tetanus neonatorum terjadi antara hari ke 3 hingga 28 setelah kelahiran. \n\n \n\n Pencegahan Dini Tetanus Neonatorum \n\n Pencegahan umum yang dapat dilakukan adalah pemberikan vaksinasi TT bagi para ibu hamil untuk melindungi tubuh dari penyakit tetanus. Pemberian vaksin biasanya dilakukan oleh dokter saat usia kandungan ibu hamil sudah trimester ketiga. Dosis kedua diberikan 4 minggu setelah dosis pertama diberikan. \n\n Selain menggunakan vaksin, prosedur dan persalinan medis yang steril dirumah sakit dapat mencegah bayi terinfeksi tetanus noenatorum. Dikarenakan sebagian besar bayi yang mmeninggal karena tetanus disebabkan oleh persalinan di rumah tanpa prosedur steril yang memadai dan lingkungan yang tidak bersih. \n\n Oleh karena itu, penempatan bidan desa di dalam wilayah kerja puskesmas juga menjadi salah satu upaya kementerian kesehatan RI untuk menjaga dan mencegah terjadinya tetanus neonatorum pada bayi baru lahir, dan menjaga status kesehatan khususnya ibu hamil, membantu persalinan, serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. \n\n Tetanus neonatorum dapat berakibat fatal pada bayi, sehingga penting untuk melakukan tindakan pencegahan. Jika tampak gejala tetanus neonatorum pada bayi baru lahir, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 06 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Menyusui Untuk Masa Depan yang Lebih Baik<\/a><\/h3>
Air susu ibu (ASI) merupakan asupan terbaik bagi bayi. ASI eksklusif selama 6 bulan sangat dianjurkan sejak awal kelahiran si kecil. ASI diyakini akan membuat imun tubuh bayi lebih kuat. Selain itu, akan memperkuat bonding antara ibu dan bayi. Penting untuk diketahui bahwa ASI adalah awal dari masa depan yang lebih baik. Dengan ASI, kebutuhan gizi bayi akan senantiasa terpenuhi sehingga dirinya akan memiliki tumbuh kembang yang paling optimal. Tidak ada asupan yang lebih baik untuk bayi selain ASI. Air susu yang diproduksi secara alami oleh tubuh ini memiliki kandungan nutrisi yang penting bagi tumbuh kembang bayi, seperti vitamin, protein, karbohidrat, dan lemak. Tidak hanya itu, komposisinya ASI pun selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi dan lebih mudah dicerna ketimbang susu formula. \n\n Manfaat ASI bagi ibu dan bayi \n\n Kegiatan menyusui memberikan banyak manfaat bagi ibu dan bayi. Beberapa manfaat yang dimaksud, antara lain: \n\n \n Mendukung perkembangan kognitif dan sensorik bayi \n ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi di 6 bulan pertama kehidupannya. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, ASI bermanfaat dalam mendukung perkembangan kognitif dan sensorik bayi. Dengan kata lain, pemberian ASI di 6 bulan pertama terbukti mampu membuat bayi memiliki kemampuan otak yang lebih cerdas, sehingga dirinya cenderung tidak mengalami kesulitan saat belajar kelak. \n Antibodi \n Tahukah Anda bahwa ASI juga mengandung zat antibodi yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh bayi? Ya, ini karena zat antibodi yang ada pada ASI mampu membangun dan mengoptimalkan daya tahan tubuh untuk melawan serangan virus maupun bakteri. Faktanya, pemberian ASI eksklusif dapat membantu menurunkan angka kematian bayi akibat berbagai penyakit yang sering timbul di masa kanak-kanak, seperti diare dan pneumonia (infeksi pada paru-paru). Selain itu, ASI eksklusif juga turut membantu proses pemulihan bayi saat dirinya sakit. \n Menurunkan risiko kanker pada ibu \n Selain bermanfaat bagi si Kecil, ASI juga memberikan kebaikan yang besar bagi ibu. Pemberian ASI dapat membantu menurunkan berat badan ibu setelah melahirkan, serta menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium pada ibu. \n Memperkuat ikatan antara ibu dan bayi \n Ibu yang menyusui secara langsung mendapatkan manfaat dalam membangun ikatan (bonding) yang lebih erat pada bayi. Risiko depresi setelah melahirkan juga ditemukan lebih rendah pada ibu yang menyusui bayinya dibandingkan dengan yang tidak. \n Kontrasepsi alami \n Pemberian ASI yang berkelanjutan dapat menghentikan proses ovulasi dan menstruasi sementara waktu. Oleh karena itu, menyusui juga sering digunakan sebagai salah satu metode \n kontrasepsi. \n \n\n Namun, metode kontrasepsi dengan menyusui hanya efektif apabila dilakukan secara tepat. Oleh karena itu, jika Anda ingin merasakan manfaat kontrasepsi alami dari kegiatan menyusui, berkonsultasilah lebih lanjut pada dokter. \n\n Beberapa manfaat diatas merupakan manfaat ASI yang dapat dijadikan investasi bagi masa depan. ASI merupakan satu-satunya bekal sempurna yang diciptakan tuhan untuk bayi untuk ibu, keluarga, bahkan untuk Negara dan Dunia yang tidak dapat tergantikan dengan apapun. Meskipun dalam kenyataannya memberikan ASI tidak semudah yang kita harapkan, namun demi masa depan yang membanggakan, kita perlu terus berusaha untuk memberikan dukungan terbaik sehingga para ibu bisa terus memberikan ASI eksklusif bagi buah hatinya. Karena keberhasilan ibu dalam menyusui butuh dukungan dari orang sekelilingnya, terutama ayah, keluarga, teman, serta orang-orang yang berada dilingkungannya termasuk kita semua. Untuk itu mari kita dukung ibu untuk terus menyusui dengan program ASI eksklusif. Karena ASI merupakan investasi terbesar bagi generasi penerus. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
Rokok Bagi Kesuburan Pria dan Wanita<\/a><\/h3>
Sahabat hermina pasti sering mendengar bahwa kebiasaan merokok dapat merusak kesehatan. Namun tahukah sahabat hermina jika rokok yang kita hisap juga bisa mempengaruhi kesuburan, baik itu kesuburan pada pria maupun wanita. Karena menurut beberapa penelitian 1 batang rokok dapat mengandung lebih dari 1000 bahan kimia yang sangat berbahaya, selain berbahaya bagi kesehatan paru juga sangat berpengaruh buruk kepada kesuburan. Untuk itu, jika saat ini sahabat hermina sedang melalukan program kehamilan maka disarankan untuk segera berhenti merokok \n\n \n\n \n Kualitas sperma pada pria prokok \n \n\n Kebanyakan pria yang merokok mengalami penurunan kualitas sperma, mulai dari konsentrasi, bentuk hingga pergerakan sperma itu sendiri. Ini semua disebabkan oleh paparan bahan kimia yang terdapat dalam rokok. Menurunnya kualitas sperma ini tentunya akan menyebabkan sperma sulit untuk membuahi sel telur. Peneliti menyebutkan kualitas sperma pada prokok dapat menurun hingga 23%, Sperma akan mengalami bentuk abnormal yang meningkat dan berpengaruh terhadap pergerakan sperma yang13% lebih lambat. Dalam beberapa kasus terdapat kerusakan DNA sperma yang mengakibatkan risiko keguguran, gangguan pada perkembangan janin dan bisa juga mengakibatkan cacat lahir. Merokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya disfungsi ereksi hingga 2x lipat. \n\n \n Pengaruh terhadap pasangan \n \n\n Prokok pasif juga dapat mengalami beberapa efek negatif dari paparan asap rokok itu sendiri. Saat pasangan melakukan program bayi tabung perempuan yang memiliki suami perokok mengalami penurunan tingkat kesuksesan, Perlu sahabat hermina ketahui bahwa efek merokok bukan hanya terjadi pada rokok konvensional, tetapi terjadi juga pada rokok elektrik atau sering juga disebut vape. \n\n Banyaknya efek samping dari rokok dan paparan asap rokok bagi kesuburan maka disarankan untuk pasangan yang sedang menjalani program kehamilan untuk segera berhenti merokok mulai dari sekarang. \n\n Dengan mengetahui efek samping dari rokok dan paparan asap rokok bagi kesuburan, diharapkan sahabat hermina untuk segera berhenti merokok mulai dari sekarang. Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar bahaya rokok bagi kesuburan pria dan wanita kepada dokter spesialis kandungan di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 28 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 04 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>