- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Stunting - Penyebab, Gejala, dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan pada perkembangan ank yang disebabkan oleh gizi buruk, terserang infeksi secara berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai. Seseorang anak dikatakan sebagai stunting jika tinggi badan anak menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, dibawah dari ketetapan standar pertembuhan anak. \n\n Berdasarkan data menurut WHO, suatu negara dapat mengalami masalah stunting bia jumlah kasusnya berada diatas 20%. Sematara, data kasus stunting di Indonesia pada tahun 2022, jmlah kasusnya sebanyak 24,4% persen dari jumlah keseluruhan balita 23 juta anak. Oleh karena itu, stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang harus segera ditangani. \n\n Postur tubuh anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetic, hormonal, dan asupan nutrisi. Oleh sebab itu, ada anak yang postur tubuhnya pendek karena orang tuanya juga berpostur tubuh pendek. \n\n Akan tetapi, stunting berbeda dengan anak yang berperawakan pendek. Anak yang stunting pasti memiliki tubuh yang pendek, tetapu anak dengan perawakan yang pendek belum tentu mengalami stunting. \n\n \n\n Penyebab Stunting \n\n Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) penyebab stunting memiliki dua, yakni faktor genetik dan lingkungan. Stunting dapat disebabkan dari faktor genetic dan hormonal. Selain disebabkan oleh genetik stunting juga dapat disebabkan, lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga stunting dapat diatasi. Faktor lingkungan berperan dalam menyebabkan perawakan anak pendek antara lain status gizi ibu, pola pemberian makanan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan kejadian infeksi pada anak. Namun hal ini sebagian besar penyebab stunting diakibatkan oleh kekurangan gizi. Kekurangan gizi dalam waktu lama yang terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak 1000 hari pertama kelahiran. Penyebabnya rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan mineral maupun vitamin, dan buruknya sumber protein hewani dan pangan. \n\n \n\n Faktor Risiko Stunting \n\n Risiko stunting pada anak dapat meningkat jika ibu hamil pada anak memiliki beberapa faktor berikut: \n\n \n Berat badan ibu yang tidak naik selama kehamilan \n Kurangnya edukasi tentang stunting \n Kurangnya akses layanan kesehatan \n Tinggal di lingkungan yang miliki sanitasi buruk dan tidak mudah mendapatkan air bersih \n Tidak mendapatkan ASI Eksklusif dari sejak lahir \n Tidak mendapatkan gizi yang cukup \n Menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi \n \n\n \n\n Gejala Stunting \n\n Gejalanya pun berupa anak yang berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi pada tubuh cenderung normal akan tetapi anak tampak lebih kecil untuk seusianya, berat badan rendah, dan pertumbuhan tulang yang terhambat. Bila mengidap penyakit kronis, anak dengan stunting bisa mengalami sejumlah gejaga seperti, batuk kronis, demam serta berkeringat pada malam hari, tubuh anak membiru jika menangis, sesak napas, dan ujung jari yang berbentuk seperti tabuh (clubbing finger). \n\n \n\n Mencegah Stunting \n\n Berikut adalah cara pencegahan stunting pada anak, sebagai berikut: \n\n \n\n \n Memenuhi Kebutuhan gizi sejak kehamilan \n \n\n Tindakan yang dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan menyarankan agar ibu yang sedang mengandung dapat selalu mengonsumsi makanan yang bergizi dan sehat serta mengonsumsi seplemen atas arahan dokter. \n\n \n\n \n Cukupi asupan ASI Eksklusif pada bayi sampai berusia 6 bulan \n \n\n ASI Eksklusif dapat berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro tercukupi. Oleh sebab itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI selama 6 bulan pada anak. ASI juga memiliki kandungan protein dan kolostrum yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. \n\n \n\n \n Dampingi ASI dengan MPASI \n \n\n Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu dapat memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam pemberian MPASI ini pastikan makanan-makanan yang dipilih memenuhi gizi yang sebelumnya hanya berasal dari ASI. WHO merekomendasikan penambahan nutrisi ke dalam makanan. \n\n \n\n \n Memantau Tumbuh Kembang Anak \n \n\n Mengenali anak yang mengalami stunting tidaklah sulit. Dari segi fisik, anak yang biasanya mempunyai postur tubuh pendek dibandingkan anak-anak yang diusianya. Begitu penting untuk ibu memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa anak secara berkala ke posyandu atau klinik khusus anak. Akan lebih mudah untuk mengetahui gejala awal stunting dan penanganannya dengan memastikan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap. \n\n \n\n \n Jaga Kebersihan Lingkungan \n \n\n Perlu diketahui anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama lingkungan sekitarnya kotor. Faktor inilah yang secara tidak langsung meningkatkan stunting pada anak. Diare juga menjadi faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan yang pemicu diare itu sendiri dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh. \n\n Oleh karena itu, stunting merupakan permsalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu cukup lama. Untuk menghindari stunting pada anak dapat kita menerapkan lingkungan yang sehat, penuhi asupan sehat dan bergizi untuk ibu hamil dan anak, memberikan ASI pada anak sejak lahir hingga 6 bulan, dan memantau tumbuh kembang anak dengan konsultasikan ke dokter tumbuh kembang anak agar anak-anak terhindari dari stunting. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Diabetes Retinopati Mengancam Kebutaan<\/a><\/h3>
\n Diabetes adalah kondisi dimana tubuh tidak memproduksi cukup insulin untuk merubah gula menjadi energi, menyebabkan penumpukan gula dalam darah. Ini mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk Diabetes Retinopati yang merupakan salah satu penyebab utama kebutaan baru pada orang dewasa di Indonesia . \n\n Diabetes Retinopati adalah gangguan pembuluh darah di retina pada pasien yang mengidap diabetes melitus. Ini merupakan penyebab utama kebutaan baru pada orang dewasa di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. \n\n Resiko diabetes retinopati meningkat seiring lamanya penyakit diabetes. Sekitar 60-80% pasien dengan diabetes selama 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan pembuluh darah pada mata mereka. Beberapa pasien ini memiliki resiko mengalami kebutaan. Terutama bagi penderita diabetes dengan gula darah yang tidak terkontrol. \n\n Pada tahap awal, gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah tipis retina, awalnya akan muncul bintik darah kecil dengan kumpulan peradangan pada retina. \n\n Kemudian akan berkembang menjadi Retinopati proliferative (komplikasi yang disebabkan diabetes semakin parah) yang berkembang dari bintik perdarahan kecil menjadi perdarahan bola mata yang merupakan penyebab dari sebagian besar kebutaan pada penderita diabetes. \n\n Pada kondisi ini, pembuluh darah baru tumbuh pada permukaan retina dan saraf optik. Pembuluh darah baru ini cenderung untuk pecah dan darah mengalir ke dalam rongga mata. Luka pada jaringan pembuluh darah yang pecah dapat juga berkontraksi dan menarik retina, menyebabkan terlepasnya retina dan kebutaan. Pada beberapa kasus, pembuluh darah baru dapat juga tumbuh pada iris mata (daerah berbentuk gelang pada mata yang dibatasi oleh pupil/bagian yang memberi warna pada mata dan sklera/bagian putih dari mata) dan menyebabkan terbentuknya glaukoma/kerusakan pada saraf mata, yang juga mengakibatkan kebutaan. \n\n Penglihatan anda mungkin memburam secara bertahap yang sering kali tidak disadari. Pada beberapa pasien, kebocoran pembuluh darah mengalir ke dalam makula mata, yaitu bagian retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan sentral (pusat), menyebabkan hilangnya penglihatan. \n\n Dokter mata mungkin menyarankan prosedur pemeriksaan Funduscopy (pemeriksaan mata yang dinilai dapat mendeteksi dini berbagai penyakit serius secara akurat) kemudian Fundus Fluorescein Angiografi (FFA) yaitu teknik untuk memeriksa sirkulasi retina dan koroid (bagian fundus) menggunakan pewarna fluoresen dan kamera khusus sehingga dapat membantu deteksi dini efek diabetic retinopati. \n\n Pada retinopati proliferatif (komplikasi yang disebabkan diabetes sudah semakin parah), pasien mungkin mengalami penglihatan berkabut atau kebutaan ketika perdarahan terjadi. Walaupun kemungkinan tidak merasa nyeri sama sekali, bentuk diabetic retinopati parah ini membutuhkan perhatian medis secepatnya. \n\n Pada penderita diabetes, sebaiknya mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah untuk mengurangi resiko diabetes retinopati. Sayangnya, meskipun kadar gula darah terkontrol dengan baik, resiko diabetes retinopati tidak sepenuhnya hilang. \n\n Pengobatan laser digunakan untuk menutup kebocoran pembuluh darah yang tidak normal. Pancaran kecil energi laser dapat menutup kebocoran pembuluh darah dan membentuk skar/bekas luka kecil di dalam mata. Skar laser ini mengurangi pertumbuhan pembuluh darah baru dan menyebabkan pembuluh darah muda yang ada mengkerut dan menutup. \n\n Namun, pengobatan laser tidak dapat digunakan pada setiap pasien. Prosedur yang disebut vitrektomi/operasi untuk mengobati berbagai macam gangguan pada retina, bersamaan dengan prosedur operasi lainnya dibutuhkan untuk kasus-kasus kompleks dimana terjadi pendarahan vitreous (perdarahan yang terjadi di dalam bola mata) ke dalam mata dan pembentukan jaringan luka. Deteksi dini melalui pemeriksaan mata dan perawatan yang sesuai adalah kunci kesuksesan pengobatan. \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Tumbuh Daging pada Gigi Berlubang, Berbahayakah?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, pernahkah Anda memperhatikan adanya gusi yang keluar pada gigi berlubang? Hal tersebut dinamakan polip pulpa. \n\n Polip pulpa atau yang dalam istilah medis dikenal dengan sebutan pulpitis hiperplasia kronis, adalah suatu kondisi peradangan pada pulpa gigi, yaitu bagian tengah gigi yang berisi jaringan dan sel pembentuk gigi. Kondisi ini terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel pada jaringan tersebut, sebagai reaksi dari peradangan menahun, dan biasanya terjadi pada gigi yang sarafnya sudah mati. \n\n Adapun peradangan yang terjadi disebabkan oleh iritasi atau infeksi bakteri pada pulpa gigi yang terbuka akibat adanya kerusakan pada mahkota gigi, seperti misalnya pada gigi berlubang. Infeksi tersebut dapat dipicu oleh paparan bakteri, makanan sisa, zat lain yang terdapat di rongga mulut, serta beberapa hal lain, sebagai berikut: \n\n \n Karies gigi, yang mengakibakan banyak hilangnya struktur gigi terutama bagian enamel gigi. \n Kegagalan perbaikan jaringan gigi, sehingga rongga gigi terpapar oleh bakteri dan patogen lain pada rongga mulut. \n Patah gigi akibat cedera. \n Munculnya reaksi hipersensitif pada gigi. \n Pengaruh dari hormon, terutama estrogen dan progesteron. \n Adanya rongga gigi yang terbuka dan masih memiliki aliran darah yang baik. \n \n\n Polip pulpa umumnya muncul di bagian gigi geraham depan dan belakang, karena memiliki rongga gigi yang cukup besar. Polip pulpa sering kali muncul sebagai lesi tunggal pada satu gigi, tetapi kadang bisa juga terjadi pada beberapa gigi. Biasanya, polip akan tumbuh mencapai ukuran maksimum dalam waktu beberapa bulan, dan setelah itu ukuran polip akan menetap. Beberapa gejala lain yang muncul pada rongga mulut ketika mengalami polip pulpa, antara lain: \n\n \n Munculnya suatu benjolan jaringan lunak yang terlihat melalui lubang gigi atau retakan gigi. \n Warna benjolan ini bervariasi, ada yang merah dan ada juga yang merah muda. \n Terjadinya perdarahan pada polip, terutama ketika terkorek tangan atau alat lainnya, dan dapat menimbulkan luka terbuka (ulkus). \n Terasa keras atau bengkak pada daerah pipi dan mulut, terutama di bagian yang dekat dengan polip. \n \n\n Ada beberapa penanganan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi polip pulpa, yaitu: \n\n 1. Pembedahan \n\n Prosedur pembedahan merupakan pengobatan utama dalam menghilangkan polip pulpa. Jenis pembedahan yang dilakukan pun dapat berbeda-beda, sesuai dengan kondisi polip maupun gigi pengidap. Pembedahan yang biasa dilakukan adalah: \n\n \n Pengangkatan gigi yang mengalami polip secara menyeluruh, dilakukan dengan mencopot gigi yang terkena polip beserta akar-akarnya. Pembedahan dilakukan dengan meninggalkan bagian gigi yang terkena polip seminimal mungkin di dalam rongga mulut. Dengan prinsip tersebut, pada saat mengobati gigi yang terkena polip melalui pencabutan, akar gigi juga harus dihilangkan semaksimal mungkin. \n Pulpotomi, yaitu metode pembedahan yang dilakukan dengan cara memotong polip tanpa mengangkat gigi yang mengalami polip. Perlu diingat, meskipun pulpotomi memberikan hasil yang baik, pada polip yang sudah berkembang sejak lama, kerusakan bagian gigi akibat polip tidak dapat diperbaiki kembali. Pada kasus seperti itu, pencabutan bagian gigi beserta akarnya juga harus dilakukan. \n Pemasangan penghalang enamel gigi dan penambahan resin pada akar gigi, guna mencegah perkembangan polip pulpa, terutama pada gigi yang sedang mengalami pertumbuhan. \n \n\n 2. Obat-Obatan \n\n Obat-obatan yang dapat diberikan dalam menangani polip pulpa umumnya adalah antibiotik. Jenis antibiotik yang diberikan biasanya berbentuk pasta, yang digunakan untuk mengurangi infeksi bakteri pada gigi dan polip. Antibiotik minum dapat juga diberikan untuk mengurangi infeksi bakteri sistemik. \n\n Cara mencegah polip pulpa adalah dengan menjaga kesehatan mulut dan gigi serta rutin melakukan pemeriksaan gigi. Apabila Sahabat Hermina memiliki keluhan seperti muncul daging lebih di tempat gigi yang berlubang, segera konsultasikan dengan dokter gigi di RS Hermina terdekat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Perbedaan Cacar Air dan Cacar Api yang Mengganggu Kulit <\/a><\/h3>
Cacar air umumnya diderita anak-anak di bawah usia 10 tahun. Namun, pada beberapa kasus, penyakit ini juga dapat diderita orang dewasa. Bahkan pada orang dewasa, gejalanya cenderung lebih berat dibandingkan penderita anak-anak. Cacar air merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. Itulah sebabnya penyakit ini juga dikenal dengan istilah varisela. Cacar air adalah penyakit kulit yang menular. Virus cacar menular dengan cepat melalui udara saat penderita batuk maupun bersin, serta kontak langsung dari cairan lendir, ludah, maupun dari lepuhan pada kulit. Jadi, tidak ada perbedaan cacar api dan cacar air dari segi penularan. \n\n Ciri khas cacar adalah adanya bentol berisi cairan gatal yang berjumlah banyak. Dalam beberapa waktu, lenting akan pecah dan kering. Namun, bentol yang gatal juga menjadi gejala utama dari herpes zoster atau cacar api. Keduanya memang merupakan penyakit berbeda, tapi saling berkaitan. Nah, bagaimana cara membedakan dua penyakit ini? \n\n \n\n Simak secara lebih lengkapnya pembahasan mengenai perbedaan cacar air dan cacar api ini. \n\n \n\n Keduanya memiliki bentuk gejala utama yang sama-sama mengganggu, ternyata terdapat ciri-ciri lain yang dapat menjadi perbedaan cacar air dan cacar api. \n\n Jika ruam berbentuk bintik merah pada gejala cacar air akan berubah menjadi lenting yang menimbulkan rasa gatal, sedangkan pada cacar api lenting tersebut tidak sekedar menimbulkan rasa gatal tapi juga rasa perih. Ruam pada cacar air biasanya bisa dengan cepat berubah mengering. Waktu penyembuhannya hanya berkisar 1 minggu ditandai dengan keropeng cacar air yang mengelupas atau meninggalkan bekas bekas cacar air yang sulit hilang. \n\n \n\n Sementara cacar api memerlukan waktu yang lebih lama, ruam akan mengering dan hilang dengan sendirinya selama 3-5 minggu. Cacar api (herpes zoster) merupakan sebuah infeksi lanjutan dari virus penyebab cacar air. Jika telah mengalami cacar air, kemungkinan seseorang dapat mengalami cacar api terbilang besar. Perbedaan cacar air dan cacar api juga diperlihatkan melalui penyebaran ruam kulit pada tubuh. Ruam cacar air mulanya di temukan di bagian tengah tubuh seperti wajah dan badan bagian depan. Pada cacar api, ruam cenderung menyebar di salah satu sisi tubuh dengan kumpulan bintik-bintik yang lebih memusat di satu area. Namun, secara bertahap ruam juga bisa muncul pada wajah dan kulit kepala. \n\n \n\n Langkah pencegahan yang cukup efektif dalam menghindari terjadinya cacar adalah dengan menjalani vaksinasi cacar air. Vaksinasi ini dianjurkan untuk anak kecil dan orang dewasa yang belum melakukan vaksinasi. Pada anak kecil, penyuntikan vaksin Varicella atau cacar air pertama dilakukan pada umur 12 hingga 15 bulan, dan penyuntikan lanjutan dilakukan ketika anak berusia 2 hingga 4 tahun. Sedangkan anak yang lebih besar dan dan orang dewasa perlu mendapat 2 (dua) kali vaksinasi, dengan perbedaan waktu setidaknya 28 hari. \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mendapati gejala seperti di sampaikan jangan tunggu nanti, silahkan langsung konsultasi ke Dokter Spesialis Kulit & Kelamin RS Hermina Podomoro. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Gangguan Pertumbuhan dengan Deteksi Dini Hipotiroid Kongenital<\/a><\/h3>
Dalam rangka mencegah adanya berbagai risiko masalah kesehatan serius pada bayi yang baru lahir, Dante Saksono Harbuwono selaku Wakil menteri Kesehatan kembali mengingatkan mengenai bahaya kelainan hormon tiroid atau Hipotiroid Kongenital (HK) pada bayi lahir. \n\n Hipotiroid kongenital sangat di anjurkan untuk dideteksi sedini mungkin, yaitu saat bayi baru lahir. Deteksi dini hipotiroid kongenital melalui skrining pada bayi baru lahir adalah strategi terbaik saat ini. Selain untuk mencegah gangguan pertumbuhan, deteksi dini hipotiroid kongenital dengan pemeriksaan skrining juga dapat mencegah anak mengalami gangguan intelektual di kemudian hari. \n\n Hipotiroid kongenital adalah gangguan fungsi kelenjar tiroid yang dialami sejak lahir (kongenital), sehingga bayi memiliki kadar hormon tiroid yang rendah (hipotiroid). Kondisi ini ditemukan pada 1 dari 2000-3000 bayi yang lahir di Indonesia. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hipotiroid kongenital. \n\n Skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir dilakukan dengan memeriksa TSH. Pemeriksaan TSH pada bayi aterm dilakukan pada usia 2 – 4 hari atau saat akan keluar dari rumah sakit. Skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir dinyatakan positif jika kadar TSH ≥ 20 mU/L. Bayi dengan hasil skrining positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan ulang serum TSH dan FT4. Diagnosis hipotiroid kongenital ditegakkan bila kadar TSH tinggi dan FT4 rendah. Pada bayi yang tidak dilakukan skrining diagnosis ditegakkan melalui gejala klinis dan pemeriksaan serum TSH dan FT4. \n\n \n\n Pemberian terapi awal 2 minggu pertama menunjukkan hasil bermakna dalam outcome intelektual. Berat ringannya hipotiroid kongenital ditentukan dari kadar T4 (makin tinggi makin baik). \n\n Pemantauan yang perlu dilakukan : \n\n 1. Laboratorium \n\n \n \n Menentukan cukup tidaknya dosis obat yg diberikan (FT4 atau t4 total & TSH berkala) \n \n \n Darah diambil paling cepat 4 jam setelah pemberian tiroksin \n \n \n Dilakukan 2 minggu setelah terapi awal levotiroksin \n \n \n Pemantauan selanjutnya 1-3 bulan sampai usia 12 bulan, 2-4 bulan di usia 1-3 th, usia 3 th sampai pertumbuhan berhenti teratur setiap 3-12 bulan \n \n \n Jika ada perubahan dosis levotiroksin TSH dan FT4 diulang 4-6 minggu \n \n \n\n 2. Target pemeriksaan \n\n \n \n Kadar TSH < 5 mU/L dalam 2 minggu setelah terapi dimulai \n \n \n Kadar FT4 dalam kadar nilai rentang sesuai usia \n \n \n\n 3. Reevaluasi hipotiroid kongenital \n\n \n \n Dilakukan usia 3 th \n \n \n Evaluasi berupa pemeriksaan fungsi tiroid lanjut & radiologi rujuk konsultan endokrin \n \n \n\n 4. Jadwal dan pemantauan kunjungan rawat jalan \n\n 5. Edukasi \n\n \n \n Penyebab hipotiroid kongenital \n \n \n\n \n \n Pentingnya skrining awal, diagnosis dan terapi dini \n \n \n Pentingnya minum obat secara teratur sesuai jadwal \n \n \n Tidak menghentikan pengobatan tanpa instruksi dokter \n \n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mendapati buah hati gejala seperti di sampaikan jangan tunggu nanti, silahkan langsung konsultasi ke Dokter Spesialis Anak RS Hermina Podomoro. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 09 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Keseleo Yakin Diurut, Bisa Jadi Berdampak Fatal<\/a><\/h3>
Muscle strain yang sering disebut sebagai keseleo adalah peregangan hingga robeknya otot. Sebagian besar penyebab dari muscle strain, yaitu otot diregangkan melampaui batas atau otot dipaksa berkontraksi terlalu kuat. Dalam kasus yang ringan, hanya beberapa dari serat otot yang teregang atau robek tapi otot masih tetap kuat. Namun dalam kasus yang berat, otot yang teregang mungkin mengalami robekan dan tidak dapat berfungsi dengan baik. \n\n Muscle strain dapat dibagi dalam tiga derajat kerusakan otot : \n\n 1. Grade I atau muscle strain ringan : hanya beberapa dari serat otot yang mengalami regangan atau robekan. Meskipun terasa nyeri, tetapi kekuatan otot masih dapat berfungsi dengan normal. \n\n 2. Grade II atau muscle strain sedang : lebih banyak serat otot yang teregang atau robek dan terdapat nyeri yang lebih berat dibandingkan dengan grade I disertai dengan nyeri tekan pada bagian otot yang cedera. \n\n 3. Grade III atau muscle stain berat : otot mengalami robekan pada tendon bagian atas otot hingga tendon bagian bawah otot. Pada muscle strain derajat III ini, dapat mengakibatkan hilangnya fungsi otot, rasa sakit yang cukup hebat, pembengkakan pada bagian otot yang robek, nyeri tekan dan perubahan warna yang mencolok, serta dapat diikuti dengan terlihatnya celah antara otot satu dengan otot yang lain di bawah kulit. \n\n Gejala yang dirasakan pada muscle strain : \n\n \n Nyeri otot dan nyeri tekan, terutama setelah meregangkan otot. Nyeri biasanya meningkat pada saat melakukan gerakan pada otot yang cedera dan dapat berkurang dengan mengistirahatkan otot yang cedera. \n Pembengkakan otot atau memar dan perubahan warna pada jaringan bawah kulit \n Kaku dan kram pada otot yang cedera \n Fungsi otot yang menurun atau hilangnya fungsi otot pada muscle strain derajat III \n Terdapatnya celah pada otot yang mengalami cedera berat \n Kelemahan pada otot yang cedera \n \n\n Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah cedera pada otot, antara lain : \n\n \n Melakukan pemanasan sebelum beraktivitas atau berolahraga \n Menjaga berat badan ideal, karena kelebihan berat badan dapat menyebabkan stress pada otot terutama di daerah punggung dan kaki \n Meningkatkan intensitas latihan otot secara bertahap \n Melatih postur yang baik saat berdiri dan duduk \n Gunakan teknik yang benar saat mengangkat beban berat \n \n\n Penanganan yang dapat dilakukan saat terjadi cedera pada otot (PRICE), antara lain : \n\n \n Protect \n \n\n lindungi dari cedera lebih lanjut misalnya dengan menggunakan brace \n\n \n Rest \n \n\n Istirahatkan pergelangan kaki selama 48–72 jam setelah cedera. Pertimbangkan menggunakan tongkat berjalan. Akan tetapi, pergelangan kaki tidak boleh diistirahatkan terlalu lama karena dapat menunda penyembuhan. \n\n \n Ice \n \n\n Gunakan segera setelah cedera selama 10–30 menit (kurang dari 10 menit hanya memiliki sedikit efek. Lebih dari 30 menit dapat merusak kulit). Jangan langsung letakkan es pada kulit karena dapat menyebabkan luka dingin. Tekan dengan lembut pada area yang cedera. Pengompresan ini dapat mengurangi nyeri, peradangan dan memar. Beberapa dokter menyarankan untuk mengompres selama 15 menit setiap jam selama 48–72 jam pertama. \n\n \n Compression \n \n\n Penekanan dengan perban dapat mengurangi pembengkakan dan membantu sendi untuk istirahat. Jangan menggunakan perban terlalu kencang. Buka perban sebelum tidur, serta disarankan untuk membuka perban setelah 48 jam sehingga sendi dapat bergerak. \n\n \n Elevation \n \n\n Bertujuan untuk membatasi dan mengurangi pembengkakan. Yang dapat dilakukan dengan cara otot yang cedera diangkat atau diganjal menggunakan bantal dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung agar bengkak yang timbul segera berkurang. \n\n Hindari HARM selama 72 jam setelah cedera : \n\n \n Heat \n \n\n Misalnya air panas, sauna, kompres panas. Panas mendorong aliran darah yang akan meningkatkan memar dan peradangan. Sehingga, panas harus dihindari ketika terjadi peradangan. \n\n \n Alkohol \n \n\n Dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan dan menurunkan penyembuhan. \n\n \n Running \n \n\n Dapat menyebabkan cedera lebih lanjut. \n\n \n Massage \n \n\n Pemijatan dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan. Akan tetapi setelah 72 jam pijat ringan dapat dilakukan. \n\n Apa yang terjadi bila terburu-buru diurut? \n\n Cedera pada otot yang terkilir dapat melibatkan kerusakan pada tendon, kapsul sendi, tulang, tulang rawan, saraf atau jaringan lunak lainnya. Bila pemijatan dilakukan segera dan tanpa dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, pemijatan dapat memperberat cedera (misalnya robekan tendon atau ligamen). \n\n Kontraindikasi diurut/pijatan \n\n \n Putusnya otot pada tahap akut, otot yang putus mungkin masih mengalami perdarahan. Pemijatan akan meningkatkan perdarahan dan kerusakan jaringan, dan memperlambat penyembuhan. Setelah 48–72 jam pertama, pemijatan dapat dilakukan tetapi bergantung pada luasnya otot yang cedera. \n Ruptur atau robekan sebagian pada otot atau tendon \n \n\n Dibuat oleh : dr. Carmelia Suharsa \n\n Ditinjau oleh : dr. Sandy Armandha.,SpOT \n\n Rerensi : \n\n \n https://www.health.harvard.edu/a_to_z/muscle-strain-a-to-z \n https://www.webmd.com/fitness-exercise/guide/muscle-strain \n www.sportsinjuryclinic.net/sport-injuries/ankle-achilles-shin-pain/sprained-ankle/sports-massage-ankle-sprains \n www.sportsinjuryclinic.net/treatments-therapies/sports-massage \n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 08 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Cara Mengenali dan Mencegah Kanker Serviks<\/a><\/h3>
Kanker adalah penyakit tumor ganas yang dapat menyebar (metastasis) ke organ-organ yang lain dan menyebabkan kematian. Kanker Serviks adalah kanker pada serviks (leher rahim) – area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina. \n\n Apa penyebab Kanker Leher Rahim? \n\n \n \n Infeksi Virus HPV yang onkogenik pada perempuan \n \n \n\n \n \n Perempuan yang terinfeksi mempunyai Faktor Risiko \n \n \n\n HPV adalah Virus papilloma relatif kecil—hanya ada dua strand DNA dalam satu sel bundar, atau amplop, yang menyerupai bola golf ketika diperbesar dengan mikroskop elektron \n\n Bagaimana seorang perempuan dapat terinfeksi virus HPV? \n\n Kebanyakan sebagian besar melalui kontak seksual, hal ini dibuktikan dengan sebagian besar penularan HPV terjadi akibat adanya sentuhan langsung kulit ke kulit dengan pengidap. Demikian pula dengan benda yang terkontaminasi virus HPV. Hubungan seksual juga termasuk salah satu sarana penularan virus ini pada kelamin. Misalnya melalui kontak langsung dengan kulit kelamin, membran mukosa, pertukaran cairan tubuh, serta seks oral atau anal. \n\n Estimasi kasus kanker serviks \n\n Seluruh dunia Setiap 1 menit 1 kasus baru, Setiap 2 menit 1 kematian. Indonesia Setiap hari 41 kasus baru, Setiap hari 20 kematian \n\n Besarnya masalah Kanker Leher Rahim \n\n \n \n Kanker leher rahim adalah kanker urutan kedua terbanyak pada perempuan di dunia \n \n \n Kanker terbanyak pada perempuan di Indonesia \n \n \n Dialami > 1,4 juta wanita di seluruh dunia \n \n \n Sering datang ke Rumah Sakit dalam keadaan terlambat \n \n \n >460.000 kasus/tahun dan fatal, karena menyebabkan kematian pada 50% kasus \n \n \n\n Fakta tentang Kanker Leher Rahim \n\n \n \n Disebabkan oleh virus HPV (human papilloma virus) \n \n \n Hanya diderita oleh perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual \n \n \n Perkembangan penyakit membutuhkan waktu lama , antara 10-20 tahun \n \n \n Pada fase prakanker dan pada stadium awal tidak menimbulkan gejala \n \n \n Dapat dicegah! \n \n \n\n Bagaimana Mencegah Kanker Leher Rahim? \n\n \n \n Bila mungkin, hindari Faktor Risiko! \n \n \n Memeriksakan diri secara teratur , minimal satu tahun sekali untuk dilakukan tes skrining terhadap Kanker Leher Rahim (tes Pap, tes IVA- inspeksi visual dengan aplikasi asam asetat, tes HPV) \n \n \n Imunisasi HPV \n \n \n\n Pemeriksaan Skrining Kanker Leher Rahim \n\n \n \n Tes HPV dapat mendeteksi adanya infeksi HPV risiko tinggi yang menyebabkan Kanker Leher Rahim \n \n \n Tes Pap, tes IVA, dapat mendeteksi kondisi epitel leher rahim yang berpotensi untuk berubah menjadi kanker (mendeteksi perubahan epitel pada fase prakanker- sebelum menjadi kanker serviks) \n \n \n Bila ditemukan pada fase prakanker , keberhasilan pengobatan mendekati 100 persen! \n \n \n\n \nJika kamu mempunyai pertanyaan terkait virus tersebut, segera konsultasikan dengan dokter spesialis obgyn di fasilitas kesehatanterdekat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Yogya<\/a><\/li>
- 07 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Tanda Sakit Kepala Karena Tumor Otak<\/a><\/h3>
Tanda Sakit Kepala Karena Tumor Otak \n\n Saat Sahabat Hermina mengalami sakit kepala, sebaiknya patut curiga. Apalagi jika sakit kepala tidak kunjung hilang meski telah diberi obat. Pasalnya, sakit kepala tersebut mungkin saja sakit kepala akibat tumor otak. \n\n Sakit kepala ini memang sedikit mirip dengan sakit kepala tipe tegang. Rasa yang ditimbulkan seperti sakit saat kepala baru dihantam oleh benda keras. Perbedaan antara keduanya adalah sakit kepala tegang masih tergolong ringan dan tidak berubah menjadi semakin berat. \n\n Sementara itu, sakit kepala akibat tumor otak sedikit berbeda. Awalnya, mungkin hanya merasakan sakit kepala yang tergolong ringan. Namun, sakit kepala ini bersifat chronic progressive. Artinya, rasa sakit kepala yang dirasakan akibat tumor otak akan bertambah parah seiring dengan berjalannya waktu. Pada dasarnya, sakit kepala akibat tumor otak adalah gejala awal yang muncul saat terdapat tumor di kepala. Rasa sakit ini pasti dirasakan, apalagi jika ukuran tumor sudah membesar dan menekan jaringan otak. Justru, rasa sakit ini penanda bahwa kondisi tumor sudah mulai mengkhawatirkan. \n\n Tumor otak adalah massa atau pertumbuhan abnormal sel di otak. Terdapat 2 jenis sifat tumor otak, yaitu tumor otak bersifat jinak dan beberapa tumor otak bersifat ganas (Kanker). \n\n Gejala sakit kepala karena tumor otak dapat disertai dengan munculnya keluhan lain di tubuh. \n\n Keluhan tersebut diantaranya : \n\n \n Rasa mual \n Muntah yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya \n \n\n Gejala lain yang mungkin timbul tergantung letak tumor itu sendiri, sebab letak tumor otak yang berbeda akan menghasilkan gejala yang berbeda seperti, jika tumor muncul pada otak bagian depan, mungkin terjadi kelumpuhan di sisi lainnya. Artinya, jika tumor muncul di otak bagian kanan depan, maka yang berpotensi mengalami kelumpuhan adalah tubuh bagian kiri dan begitu sebaliknya. \n\n Gejala lain yang mungkin timbul adalah gangguan berbicara. Biasanya, ini terjadi pada orang yang tumornya muncul pada otak bagian kiri depan. Sehingga, selain mengalami kelemahan di anggota gerak bagian kanan, pasien akan kesulitan berkomunikasi. Jika tumor muncul di bagian tengah otak, gejala lain yang mungkin mengikuti adalah menyempitnya pandangan. Hal ini menyebabkan semakin sedikit hal yang bisa dilihat oleh kedua matanya akibat lapang pandang menjadi semakin sempit. Lalu, jika tumor berada di bagian permukaan otak, gejala yang mungkin mengikuti adalah kejang. \n\n Sakit kepala akibat tumor otak sebenarnya masih bisa diatasi, namun hanya untuk sementara waktu. Sakit kepala ini hanya akan benar-benar hilang jika tumor bisa diangkat dari kepala. Pada kasus tumor otak sendiri apabila diagnosis sudah ditegakkan oleh spesialis bedah saraf, maka pengobatan yang sesuai perlu diberikan oleh dokter yang menangani. Obat-obatan yang diberikan bergantung baik dari gejala yang dirasakan, derajat beratnya tumor dan sebagainya. Mengenai sakit kepala yang dialami, untuk mengurangi nya salah satunya dapat mengonsumsi antinyeri seperti paracetamol. Selain itu sebaiknya mengonsumsi makanan bergizi, menghindari stres, konsumsi cairan yang cukup, melakukan gerakan relaksasi dan sebagainya. Pada gejala yang tidak tertahankan sebaiknya berkonsultasi pada dokter segera. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 07 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Perbedaan Premenopause, Menopause, dan Postmenopause<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, \n\n Seperti yang kita ketahui bahwa Menopause merupakan suatu masa dimana menstruasi terhenti pada setiap wanita direntang diusia rata-rata mulai 40 - 50 tahun. Terjadinya menopause merupakan tanda berakhirnya usia reproduksi seorang wanita. \n\n Menopause dapat menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh. Gejala – gejala ini disebabkan karena berkurangnya produksi hormon estrogen dan progesteron di dalam ovarium. \n\n Adapun gejala yang paling sering dirasakan ialah rasa kepanasan, peningkatan berat badan, dan keringnya vagina. Pada beberapa kasus dapat terjadi atrofi vagina (dinding vagina menipis) akibat keringnya vagina. Hal ini menyebabkan rasa tidak nyaman hingga nyeri pada saat berhubungan seksual. Selain itu, Menopause dapat juga meningkatkan risiko osteoporosis. \n\n Menopause alami terjadi bukan karena proses operasi, ataupun kondisi kesehatan tertentu, dan merupakan suatu proses alami akibat penuaan. Seiring bertambahnya usia, siklus reproduksi akan melambat dan pada akhirnya akan terhenti. Siklus reproduksi dimulai saat pubertas, dan terus menerus berfungsi setelahnya. Saat mendekati menopause, hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium akan berkurang. Ketika hal ini terjadi, siklus menstruasi akan berubah. Menstruasi dapat menjadi tidak teratur hingga akhirnya terhenti dan akan ada beberapa perubahan fisik yang dapat terjadi dikarenakan tubuh beradaptasi dengan perubahan kadar hormon ini. Saat mendekati menopause, ovarium tidak lagi melepaskan sel telur ke tuba fallopi, dan Anda akan mengalami akhir menstruasi. \n\n Menopause alami merupakan akhir menstruasi yang bukan disebabkan karena terapi medis maupun kondisi kesehatan tertentu. \n\n Ada 3 fase yang terjadi, yaitu: \n\n \n Premenopause atau transisi menopause \n Premenopause terjadi 8 hingga 10 tahun lebih awal sebelum terjadi menopause, ketika ovarium mulai memproduksi lebih sedikit estrogen secara gradual. Umumnya dimulai saat wanita berusia 40 tahun, namun juga dapat terjadi lebih awal. Perimenopause akan bertahan hingga terjadi menopause, saat dimana ovarium benar – benar berhenti melepaskan sel telur. Pada satu hingga dua tahun terakhir masa perimenopause, kecepatan turunnya kadar estrogen akan semakin bertambah. Pada saat inilah, wanita umumnya mengalami gejala menopause. Pada saat ini, wanita masih mengalami menstruasi yang artinya masih berpotensi untuk hamil. \n Menopause \n Menopause merupakan saat dimana wanita sama sekali tidak mengalami menstruasi. Pada fase ini, ovarium berhenti melepaskan sel telur dan berhenti memproduksi estrogen. Menopause didiagnosis ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut – turut. \n \n\n Gejala yang diantaranya sering dialami adalah kurang bersemangat , mudah tersinggung dan hot flush dan keringat di malam hari. \n\n Perubahan siklus menstruasi – menjadi lebih sering atau lebih tidak teratur – adalah salah satu tanda pertama menopause semakin dekat. \n\n \n Postmenopause \n Fase ini terjadi setelah fase menopause, yaitu apabila seorang wanita sudah melalui menopause, dimana tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan secara berturut – turut. Pada fase ini, gejala – gejala yang dialami misalnya sering merasa kepanasan dapat hilang. Namun pada beberapa kasus, gejala menopause dapat bertahan lebih lama. Sebagai akibat dari menurunnya kadar estrogen, wanita pada fase postmenopause dapat berisiko tinggi terhadap beberapa masalah kesehatan misalnya osteoporosis dan lainnya. \n \n\n Persiapkan diri Anda untuk menghadapi masa menopause dengan mencari tahu segala fakta yang berhubungan dengan kondisi tersebut. Jangan lupa untuk terus menerapkan gaya hidup sehat dengan konsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga teratur, cukup tidur, kelola stres dan hindari rokok maupun alkohol. Dan yang tak kalah penting, periksa ke dokter secara berkala agar kondisi kesehatan senantiasa terpantau. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 07 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kecanduan Alkohol Meningkatkan Risiko Kebutaan<\/a><\/h3>
Jenis alkohol yang berpotensi menyebabkan kebutaan adalah metanol. Zat tersebut dapat segera merusak sistem saraf termasuk saraf mata. Awalnya menyebabkan peradangan terlebih dahulu kemudian kematian jaringan sistem saraf yang dapat menyebabkan kebutaan hingga berujung kematian. \n\n Kadar alkohol pada minuman beralkohol berbeda-beda. Kebanyakan jenis minuman beralkohol yang diminum adalah jenis senyawa etanol dengan rumusan molekul C2H5OH. Jenis alkohol tersebut dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga ketika alkohol itu diminum sudah tentu akan menyebabkan orang yang mengkonsumsi kehilangan kesadaran dan dalam kondisi yang parah dapat menyebabkan kematian. \n\n Pada pembuatan alkohol oplosan (diracik sendiri) sering dicampur dengan zat metanol (CH3OH) atau benzena (C6H6). Bahan tersebut juga bisa menyebabkan keracunan dan menyebabkan kerusakan Saraf permanen (kebutaan ataupun kematian). \n\n Bahan campuran tersebut telah menyatu dengan alkohol dan tidak dapat dipisahkan/diuraikan. Metanol adalah jenis zat kimia yang dapat menyebabkan kebutaan dan kelumpuhan apabila dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Pada kasus yang ringan, benzena menyebabkan kekurangan eritrosit (kondisi ketika kadar sel darah merah di dalam tubuh berkurang hingga di bawah kisaran normal) dan leukosit (kondisi ketika jumlah sel darah putih di dalam tubuh mengalami penurunan hingga di bawah nilai normal). Sedangkan dalam kasus yang berat, benzena akan menyebabkan mual bahkan kematian karena kegagalan fungsi jantung dan sistem pernapasan. \n\n Untuk kasus penglihatan buram mendadak, Dokter Spesialis Mata akan memberikan terapi maksimal berupa injeksi obat dosis tinggi. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi pembengkakan saraf optik akibat Intoksikasi/Keracunan metanol atau alkohol. \n\n Respon individu berbeda-‐beda dari terapi yang diberikan, jika belum terlambat kadangkala tajam penglihatan bisa membaik tapi jika sudah terjadi kerusakan jaringan total akan sulit kembali normal sehingga terjadi kebutaan. \n\n Terjadinya kematian memang tidak bisa kita prediksi. Namun, alkohol yang telah dicampurkan dengan zat kimia metanol sangat berbahaya bila dikonsumsi. Konsumsi alkohol 70% yang telah bercampur dengan metanol dapat menyebabkan kebutaan dan kelumpuhan. Dalam kasus yang berat, dapat menyebabkan henti jantung hingga kematian dan kasusnya cukup banyak di masyarakat kita. \n\n Tentu banyak sekali beberapa jenis kanker juga dipicu oleh konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dapat memicu kanker di beberapa wilayah tubuh yang meliputi mulut, kerongkongan, tenggorokan, laring (bagian dari sistem pernapasan), dan hati. \n\n Dalam tubuh manusia, alkohol akan mengaktifkan beberapa jenis enzim yang memicu perkembangan sel kanker. Alkohol juga akan merusak DNA dalam tubuh sehingga beberapa bagian sel dalam tubuh akan tumbuh dan berlipat ganda secara tidak terkendali. \n\n Mengingat bahayanya yang dapat menyebabkan Kebutaan hingga Kematian sudah sepantasnya kita semua menjauhi alkohol dan mulai menerapkan hidup sehat tanpa alkohol. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Serpong<\/a><\/li>
- 03 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Batuk Biasa dan Batuk TBC<\/a><\/h3>
Batuk merupakan salah satu refleks tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan, termasuk bakteri dan virus. Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, batuk yang berkepanjangan merupakan salah satu gejala yang harus kita waspadai. \nBatuk yang berkepanjangan dapat menjadi tanda bahwa terdapat masalah pada saluran pernapasan. Salah satu penyakit yang menimbulkan keluhan batuk adalah tuberkulosis atau biasanya disebut TBC. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman yang disebut Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui droplet yang keluar bersama dengan batuk atau bersin orang yang telah terinfeksi TBC. \n\n TBC adalah penyakit berbahaya yang dapat disembuhkan jika diobati dengan tepat, teratur dan disiplin. Keluhan batuk TBC dan batuk biasa tentu berbeda. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengenali perbedaan batuk biasa dengan batuk TBC dengan membaca ulasan di bawah ini. \n\n 1. Beda Penyebabnya. \nTBC adalah kondisi yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Selain paru, bakteri ini dapat menyerang organ lain di tubuh seperti kelenjar getah bening, tulang belakang, lapisan otak, hingga ke saluran pencernaan. \nSelain itu, penyakit ini sangat mudah menular melalui udara yang terpapar bakteri. Penularan akan lebih rentan terjadi jika penderita TBC tidak menutup mulut dengan benar ketika batuk atau bersin. \nSementara itu, batuk biasa umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri lainnya, virus, asma, alergi, atau iritasi di saluran pernapasan. \n\n 2. Lamanya Batuk \nSalah satu perbedaan paling nyata antara batuk TBC dengan batuk biasa adalah durasi atau lamanya batuk. \nBatuk TBC biasanya berlangsung > 2 minggu. \nSementara itu, batuk biasa dapat berlangsung sebentar atau beberapa hari saja dan biasanya dapat hilang/sembuh sendiri, tergantung dari penyebabnya. \n3. Warna Dahak \nSama halnya dengan batuk, dahak atau lendir di saluran pernapasan merupakan sesuatu yang bersifat fisiologis atau mekanisme normal tubuh. \nLendir bertujuan melembapkan dan melicinkan saluran pernapasan agar tidak mudah terkontaminasi debu, bakteri, virus, dan lainnya serta memudahkan mekanisme pembersihan saluran napas. \nCiri-ciri batuk TBC biasanya mengeluarkan dahak berwarna kekuningan atau hojau dan kental karena proses infeksi dan peradangan oleh bakteri penyebabnya. Pada beberapa kasus, batuk TBC dapat disertai bercak darah. Sementara batuk biasa dahak cenderung berwarna bening atau putih dan encer atau tidak terlalu kental. \n4. Tahapan Kemunculan Batuk \nTahap kemunculan batuk dapat menjadi perbedaan batuk TBC dengan batuk biasa. Batuk biasa umumnya muncul secara tiba-tiba, lalu menghilang dengan cepat dalam beberapa hari. \nSementara itu, penderita TBC melalui dua tahapan setelah terinfeksi, yakni tahap awal dan tahap aktif. Pada tahap awal, bakteri sudah masuk masuk ke dalam paru, tetapi belum menyebabkan keluhan dan belum menular karena bakteri belum aktif. \nSaat memasuki tahap aktif, penderita akan mengalami keluhan seperti batuk yang cukup parah. Pada tahap ini, penyakit TBC dapat menular kepada orang lain. \nNah, waktu peningkatan dari tahap awal ke tahap aktif berbeda-beda, tergantung dari sistem imunitas masing - masing individu. Ada yang memakan waktu hanya beberapa minggu, ada pula yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. \n5. Waktu Pengobatan \nPenyakit tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun, penting bagi pasien untuk meminum semua obat dengan teratur dan disiplin selama 6-8 bulan atau lebih lama lagi tergantung ada tidaknya organ lain yang ikut terinfeksi bakteri TBC. \nTBC yang resisten terhadap obat akan lebih sulit diobati, biayanya lebih mahal, dan bisa berakibat fatal. \nObat anti TBC lini pertama yang membentuk inti dari rejimen pengobatan adalah: \n• Isoniazid \n• Rifampisin \n• Etambutol \n• Pirazinamid \nRejimen untuk mengobati penyakit TBC terdiri dari fase intensif selama dua bulan, diikuti dengan fase lanjutan selama empat atau enam bulan (atau lebih lama lagi). \nSementara itu, pengobatan batuk jenis lainnya akan bergantung dari penyebabnya. Jika batuk disebabkan oleh bakteri lain, biasanya dokter akan memberikan obat antibiotik selama 5-14 hari tergantung dari jenis bakterinya, sementara bila penyebabnya virus atau alergi hanya diberikan obat-obatan suportif untuk mengurangi gejala. \n\n 6. Gejala Lain yang Muncul \nPerbedaan batuk TBC dengan batuk biasa dapat dilihat dari gejala penyerta yang muncul. Penyakit TBC biasanya disertai gejala lain, sedangkan batuk biasa umumnya tidak disertai gejala-gejala lain yang khas. \nGejala penyerta batuk TBC, antara lain: \n• Demam yang hilang timbul \n• Menggigil \n• Berkeringat pada malam hari \n• Hilang nafsu makan \n• Berat badan turun drastis \n• Nyeri dada \n• Sesak napas \n\n Sementara gejala penyerta dari batuk biasa umumnya hanya demam ringan, sakit kepala atau bahkan tanpa gejala penyerta. \n\n Demikian beberapa perbedaan batuk TBC dengan batuk biasa. Jika Anda mengalami batuk tidak biasa dan menemukan gejala yang cocok dengan ciri-ciri batuk TBC, segera periksakan diri ke dokter Spesialis paru di RS Hermina Serpong yaitu dengan dr. Iin Rahmania I, Sp.P \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 03 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Apa Itu Gigi Natal dan Neonatal<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, Pertumbuhan gigi pertama bayi akan terjadi pada usia rentang 6-8 bulan. Pada keyataannya terdapat beberapa kasu tumbuh gigi bayi pada usia lebih dini dari 6 bulan dan lebih lama dari 8 bulan. Ada juga kasus bayi lahir dengan gigi yang sudah tumbuh yang disebut dengan natal tooth. Jika kemunculan gigi terjadi dalam 30 hari pertama setelah bayi lahir, gigi ini disebut neonatal tooth. \n\n \n\n Pertanyaan yang sering diajukan terkait dengan natal dan neonatal tooth ini yaitu apakah hal tersebut disebabkan karena konsumsi kalsium yang berlebihan saat ibu hamil? Ternyata, sampai saat ini penyebab tersebut belum diketahui. Namun, ada beberapa dugaan yang mengatakan bahwa kemunculan gigi natal atau neonatal dipengaruhi oleh pertumbuhan gusi yang lebih rendah atau tidak terbentuk dengan baik. Dugaan lainya, gigi seri rahang bawah biasanya tumbuh lebih dahulu saat bayi berusai 6 bulan. Tak menutup kemungkinan jika erupsi gigi yang cepat ini dipengaruhi oleh faktor keturunan. Kemungkinan terburuk, erupsi gigi natal dan neonatal ini merupakan pertanda adanya sindrom gangguan, seperti: Ellis van Creveld syndrome, Hallermann-Streiff syndrome, Oier Robin syndrome, dan Soto’s syndrome. Natal maupun neonatal tooth umunya tumbuh di rahang bawah depan, tidak pernah di bagian belakang. \n\n \n\n Jumlahnya, bisa satu atau dua, tetapi yang paling sering dijumpai adalah bayi baru lahir dengan satu gigi. Kejadian natal tooth tergolong jarang, perbandingannya 1:2.000-3.000, sedangkan kejadian (prevalensi) neonatal tooth sangat bervariasi, biasanya 1 bayi dari 2.000 kelahiran. Karena termasuk kejadian langka, natal maupun neonatal tooth digolongkan sebagai kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi. Bentuknya pun kurang sempurna dan ukurannya cenderung kecil. Biasanya gigi tersebut goyang karena akarnya belum terbentuk sempurna dan hanya berpegang pada tepi gusi. Pematangan gigi umumnya berawal di bagian mahkota yang terlihat dari kemunculannya di permukaan gusi. Selanjutnya diikuti bagian akar setelah mahkota menembus gusi. Jika akar tidak kuat, mahkota gigi akan goyang. Natal dan neonatal tooth yang goyang karena akarnya tidak perlu dikhawatirkan akan terlepas sendiri dan masuk ke dalam saluran pernafasan bayi hingga membuatnya tersendak dan sulit bernapas. Memang setelah gigi ini dicabut, bayi tidak akan memiliki gigi susu bagian depan lagi. Namun, tak perlu khawatir karena gigi permanen akan muncul saat anak berusia 5-6 tahun. Alasan lain, bagian dasar lidah bayi dapat terluka akibat gesekan dengan gigi natal dan neonatal yang terus menerus. Luka di bagian dasar lidah ini tentunya dapat mengurangi nafsu menyusui bayi karena terasa rasa sakit. Natal dan neonatal tooth juga akan bergesekan dengan puting ibu saat menyusui, sehingga dapat menyebabkan lecet. \n\n \n\n Solusinya, ibu dapat memompa dan memberikan ASI kepada si kecil dengan bantuan sendok. Jadi jika gigi bayi tidak goyang, lidah bayi tidak terluka, atau puting ibu tidak lecet, tidak perlu mencabut gigi tersebut. Pertumbuhan natal dan neonatal tooth hanya terjadi pada sedikit kasus yang ditemukan saat bayi lahir, dan secara umum bayi terlahir tanpa gigi. Kemudian apakah rongga mulut bayi perlu dibersihkan seperti setelah tumbuh gigi? Jawabannya tentu sangat diperlukan, karena kebersihan rongga mulut bayi merupakan faktor penting untuk menjaga kesehatan bayi sebagai pertahanan pertama tubuh terhadap penyakit. \n\n \n\n Cara membersihkan rongga mulut bayi dapat dilakukan dengan menggunakan kasa yang telah dibasahi air matang, sapukan kain kasa ke seluruh permukaan gusi, lidah dan pipi secara menyeluruh. Lakukan pembersihan gigi setelah bayi diberi ASI untuk mencegah terjadinya pertumbuhan jamur pada rongga mulut. Selain dengan kain kasa, pembersihan rongga mulut juga dapat dilakukan dengan cotton bud yang dibasahi air matang hangat. Pada bayi yang telah tumbuh gigi, gunakan sikat gigi khusus untuk bayi. Arah membersihkannya bisa vertical ataupun horizontal. \n\n \n\n Hal penting saat proses sikat gigi yaitu seluruh permukaan gigi tersikat bersih, baik bagian luar maupun dalam (yang menghadap lidah), dan sela-selanya ikut dibersihkan. Jangan lupa untuk membersihkan lidah bayi karena sisa susu yang nempel pada lidah dapat menjadi makanan bakteri sehingga dapat menyebabkan gigi bolong. Jangan remehkan perawatan gigi sejak dini ini, karena gigi susu akan membantu mengunyah dengan baik, sehingga memaksimalkan penyerapan nutrisi. Gigi susu yang baik juga menentukan kualitas gigi permanen yang akan tumbuh. Kunjungi Dokter Spesialis Gigi Anak di RS Hermina Balikpapan untuk konsultasi lebih lanjut. Di nomor Pendaftaran 0813-4680-9035. Salam Sehat \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 03 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 03 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 07 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 07 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 07 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 08 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 09 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>