- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 11 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada, Penyakit Paru Penyebab Polusi Udara. Kenali penyebabnya !<\/a><\/h3>
Hallo sahabat Hermina, polusi udara sangat memperhatikan kesehatan khusunya paru karena adanya kontaminasi udara oleh zat apa pun yang berbahaya bagi manusia. Ini dapat menyebabkan atau berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan. Mulai dari yang ringan, hingga yang parah dan berbahaya. \n\n Apa Saja Penyebab Polusi Udara? \n\n Polusi udara dapat terjadi karena Polutan udara terbagi menjadi polutan primer dan sekunder. \n\n 1. Polutan primer \n\n Polutan utama yang bertanggung jawab atas polusi udara adalah yang secara langsung menyebabkan polusi udara. Ini termasuk gas berbahaya seperti sulfur dioksida yang berasal dari pabrik. Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu. \n\n Polutan primer adalah polutan yang dihasilkan sebagai akibat langsung dari proses. Belerang dioksida, yang dihasilkan oleh pabrik. \n\n 2. Polutan sekunder \n\n Polutan sekunder terbentuk dari proses intermixing atau percampuran polutan primer. Kabut asap, yang merupakan kombinasi dari kabut dan asap, merupakan polutan sekunder. \n\n Penyakit Paru Apa Saja Yang Ditimbulkan Oleh Penyebab Polusi Udara? \n\n 1. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) \n\n ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, yang menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja. \n\n Berdasarkan data WHO, ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Salah satu penyebabnya karena polutan udara. \n\n \n\n \n\n 2. Asma atau Asthmatic bronchiale \n\n Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. \n\n Penyempitan saluran ini menghasilkan gejala asma seperti: sesak napas, batuk, dan sesak dada. Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini. \n\n 3. Paru-paru basah atau pneumonia \n\n Paru-paru basah atau pneumonia adalah penyakit akibat infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara atau pada alveolus di salah satu bagian paru-paru, atau bahkan keduanya. Paru-paru basah dapat disebabkan oleh serangan (infeksi) virus, jamur, atau bakteri terhadap sistem pernapasan. \n\n Penyakit tersebut diawali dengan gejala demam, batuk dan kesulitan bernapas. Tidak hanya orang dewasa yang dapat terserang paru-paru basah, anak-anak dan lansia pun dapat mengalaminya. \n\n \n\n Konsultasikan Ke Rumah Sakit Hermina Bitung Ke Dokter Spesialis Paru dr. Ditriana, Mked (Paru),SpP, FISR apabila mengalami penyakit paru akibat polusi udara. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apa yang menjadi permasalahan dalam konsep 'Toxic Masculinity''?<\/a><\/h3>
Toxic masculinity beracun mengacu pada gagasan bahwa gagasan sebagian orang tentang “kejantanan” melanggengkan dominasi, homofobia, dan agresi. Toxic masculinity melibatkan tekanan budaya bagi laki-laki untuk berperilaku dengan cara tertentu. Dan kemungkinan besar hal ini mempengaruhi semua anak laki-laki dan laki-laki dengan cara tertentu. Gagasan bahwa laki-laki harus bertindak tegas dan menghindari menunjukkan semua emosi dapat membahayakan kesehatan mental mereka dan dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi masyarakat, yang kemudian dikenal sebagai “Toxic masculinity”. \n\n Toxic masculinity memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara. Berikut adalah tujuh masalah yang dapat ditimbulkan oleh pandangan dunia dan serangkaian perilaku ini: \n\n \n Daya saing dalam hal kerja sama: Bagi sebagian orang, berebut posisi kekuasaan yang lebih besar adalah sebuah norma maskulin dibandingkan mencari peluang untuk bekerja sama. Meskipun persaingan bisa menjadi hal yang sehat dan bahkan berguna dalam banyak skenario, maskulinitas beracun membuat pria memprioritaskan untuk menjadi yang teratas dibandingkan dengan mempertimbangkan perasaan atau keinginan orang lain. Akibatnya, pria bisa menjadi lebih kasar atau sulit diajak bekerja sama. \n Kecenderungan yang lebih besar terhadap kekerasan: Toxic masculinity adalah salah satu penyebab banyaknya kekerasan laki-laki di seluruh masyarakat. Karena beberapa pria menolak menangani emosinya dengan cara yang sehat, konflik antar pasangan dapat berujung pada kekerasan dalam rumah tangga. Demikian pula, beberapa pria bahkan mungkin melakukan kekerasan seksual. \n Tingkat homofobia dan transfobia yang lebih tinggi: Laki-laki heteroseksual dan cisgender yang tidak berupaya memerangi Toxic masculinity mungkin memiliki bias terhadap orang-orang dengan orientasi seksual dan identitas gender yang berbeda. Toxic masculinity menekankan bahwa hanya ada satu cara untuk menjadi seorang laki-laki dan mengecualikan atau bahkan merendahkan pendekatan lain. \n Ketidakmampuan untuk mengakui kerentanan: Ketika seseorang menyuruh seorang anak laki-laki untuk “bersikap jantan”, umumnya implikasinya adalah mereka menyembunyikan emosinya dan kembali mengerjakan tugas yang ada. Sejak usia muda, hal ini menanamkan keyakinan bahwa tidak bisa menjadi “pria sejati” jika mengakui adanya rasa rentan. Akibatnya, banyak pria dewasa menolak mencari perawatan kesehatan mental atau meminta dukungan emosional apa pun, sehingga menyebabkan mereka mengelola kondisi internal dengan cara yang kontraproduktif dan merusak. \n Meningkatnya seksisme terhadap perempuan: Toxic masculinity secara praktis identik dengan misogini. Laki-laki yang menerapkan sikap ini percaya bahwa maskulinitas pada dasarnya lebih unggul daripada feminitas, sehingga membuat mereka mengandalkan stereotip gender yang tidak benar dan berbahaya dalam interaksi mereka dengan perempuan. Dalam kasus ekstrim, hal ini dapat menyebabkan pelecehan seksual. Pada tingkat yang lebih tertutup, hal ini mungkin muncul melalui “mansplaining”, sikap merendahkan, atau mendukung kesenjangan yang terus berlanjut antara laki-laki dan perempuan di seluruh masyarakat. \n Perasaan berhak yang berlebihan: Laki-laki yang Toxic masculinity merasa berhak dalam pekerjaan, hubungan, dan bidang kehidupan lainnya. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti narsisme dan delusi keagungan. Para remaja putra mungkin merasa mereka dapat mengambil risiko berlebihan tanpa konsekuensi karena sikap ini. Konsep Toxic masculinity bahkan dapat berujung pada kekerasan yang tidak disengaja, bahkan ada yang melakukan kejahatan dengan kekerasan dan tidak mengharapkan adanya pembalasan. \n Emosi yang lebih tertekan: Kurangnya ekspresi dan pengelolaan emosi merupakan inti dari maskulinitas beracun. Pria-pria tertentu menukar kemampuan apa pun untuk mengelola masalah kesehatan mental mereka secara efektif demi terus-menerus menunjukkan sifat-sifat stereotip maskulin. Di balik sifat luarnya yang keras dan terkadang kejam sering kali terdapat seseorang yang berada dalam penderitaan emosional yang luar biasa tanpa sumber daya atau pemahaman tentang cara menangani perasaan ini. Oleh karena itu, memendam semua emosi ini juga dapat memengaruhi kesehatan fisik pria. \n \n\n Psikoterapi yang intinya pengobatan dengan cara psikologis seperti terapi perilaku, terapi kognitif dan relaksasi juga sangat diperlukan. Jadi jangan takut untuk ke dokter jiwa untuk berkonsultasi. Satu hal penting yang perlu diingat bahwa gangguan jiwa baik itu skizofrenia, depresi atau kecemasan yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan kerusakan otak. Keadaan ini dapat membuat orang yang menderitanya mengalami penurunan fungsi berpikir yang berat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Perawatan Luka Diabetes<\/a><\/h3>
Diabetes mellitus, atau yang lebih dikenal sebagai diabetes, adalah kondisi medis yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Salah satu komplikasi serius yang dapat muncul akibat diabetes adalah luka diabetes, yang sulit sembuh dan berpotensi menjadi masalah kesehatan yang serius jika tidak dirawat dengan baik. Artikel ini akan membahas perawatan luka diabetes yang efektif, serta memberikan sumber informasi yang dapat dipercaya. \n\n Apa Itu Luka Diabetes? \n\n Luka diabetes adalah luka atau kerusakan kulit yang terjadi pada orang yang mengidap diabetes. Orang dengan diabetes memiliki risiko tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan, termasuk kerusakan saraf dan gangguan aliran darah. Kedua faktor ini dapat berkontribusi pada terbentuknya luka yang sulit sembuh. Luka diabetes sering kali muncul di kaki dan kaki bagian bawah, tetapi juga dapat muncul di bagian tubuh lainnya. \n\n Langkah-langkah Perawatan Luka Diabetes \n\n \n Konsultasi dengan Tenaga Medis: Langkah pertama yang harus diambil adalah berkonsultasi dengan dokter atau perawat yang berpengalaman dalam perawatan luka diabetes. Mereka akan melakukan evaluasi dan memberikan panduan mengenai perawatan yang diperlukan. \n Kontrol Gula Darah: Mengontrol gula darah adalah langkah kunci dalam perawatan luka diabetes. Gula darah yang tinggi dapat menghambat proses penyembuhan. Dokter akan memberikan saran mengenai bagaimana mengatur gula darah Anda, termasuk perubahan dalam diet dan penggunaan obat-obatan. \n Perawatan Luka: Perawatan luka diabetes harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Langkah-langkah umum meliputi membersihkan luka dengan lembut menggunakan larutan antiseptik, mengganti perban secara teratur, dan menjaga luka tetap bersih dan kering. \n Pemakaian Obat Topikal: Dokter dapat meresepkan salep atau krim antibiotik untuk mencegah infeksi pada luka. Selain itu, obat-obatan topikal yang merangsang pertumbuhan jaringan baru mungkin diperlukan. \n Perawatan Saraf dan Aliran Darah: Jika kerusakan saraf atau aliran darah menjadi masalah, dokter dapat merujuk Anda ke spesialis untuk perawatan lebih lanjut, seperti fisioterapi atau prosedur medis yang sesuai. \n Penghindaran Tekanan Berlebih: Jika luka diabetes terletak di kaki, penting untuk menghindari tekanan berlebih pada luka. Ini dapat dilakukan dengan memakai alas kaki yang sesuai dan menjaga kaki tetap terangkat saat duduk atau berbaring. \n Pantau Perkembangan: Penting untuk memantau perkembangan luka secara teratur. Jika ada tanda-tanda infeksi, perdarahan yang tidak normal, atau perubahan warna dan bau pada luka, segera konsultasikan dengan dokter. \n \n\n Program Pencegahan Luka Diabetes \n\n Do \n\n \n Periksa dan lihatlah kaki Anda setiap hari \n Selalu gunakan alas kaki \n Periksa sepatumu sebelum mengenakannya \n Gunakan sepatu yang sesuai \n Beli sepatu pada siang hari. \n Selalu gunakan kaus kaki dari bahan katun \n Cucilah kaki Anda dengan sabun yang lembut, keringkan, dan gunakan lotion pelembap secara teratur \n Periksalah kaki Anda secara berkala oleh tenaga kesehatan profesional (HCP) \n \n\n Don’t \n\n \n Merendam kaki dalam air panas, dengan deterjen \n Menggunakan air panas dalam botol/alat listrik untuk menghangatkan kaki \n Menggunakan batu/pisau/gillette untuk menghilangkan kapalan \n Menggunakan sepatu/kaus kaki yang tidak pas \n Menggunakan obat topikal untuk meredakan "mata ikan" tanpa rekomendasi dokter. \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Anak Flu, Bagaimana Penanganannya?<\/a><\/h3>
Sistem kekebalan tubuh yang ada pada balita yang masih kurang optimal bisa menjadikan balita rentan terserang berbagai penyakit termasuk flu. Beberapa gejala klinis yang muncul adalah demam, nyeri pada tubuh, batuk, pilek, dan beberapa gejala penyerta lainnya. Umumnya, anak atau balita yang terserang flu bisa sembuh dalam kurun waktu kurang dari satu minggu, namun ada beberapa anak, flu bisa berlanjut menjadi infeksi yang lebih serius dan memerlukan perawatan di rumah sakit. \n\n Flu pada anak dapat diatasi dengan memberikan cukup cairan dan istirahat dan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter jika anak tampak tidak nyaman untuk diberikan obat yang dapat mengurangi gejala flu. \n\n Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala flu pada balita: \n\n \n Pastikan agar anak selalu merasa nyaman dengan menyesuaikan suhu ruangan agar tidak terlalu dingin ataupun pengap untuk memudahkan pernapasannya. \n Pastikan anak bisa mendapat cukup cairan dan terhidrasi dengan baik. Jika usianya masih di bawah 6 bulan berikan ASI secara rutin, apabila di atas 6 bulan dapat diberikan air minum atau jus buah alami home made. \n Biarkan anak untuk beristirahat lebih banyak. \n Baringkan anak dalam posisi tengkurap, lalu tepuk punggungnya dengan lembut. Tentunya hal ini bisa dilakukan dalam pengawasan penuh dari orangtua. Pastikan kepalanya sudah bisa tegak dan menopang lehernya sendiri. Hal ini dapat meringankan kondisi hidung tersumbat serta memberikan kenyamanan pada anak. \n Meninggikan posisi kepala anak. Pada anak usia 1 tahun ke atas, meninggikan posisi kepala saat sedang tidur atau beristirahat di kasur bisa membantunya bernapas dengan lebih nyaman. \n Memandikan anak dengan air hangat agar ia dapat tidur lebih nyenyak dan membantu lendir lebih mudah keluar. \n \n\n Walaupun flu adalah salah satu penyakit yang umum dialami anak, namun ada beberapa kondisi yang perlu diwaspadai dan segera dikonsultasikan dengan dokter spesialis anak, yaitu: \n\n \n Pilek yang disertai batuk, demam melebihi 39 derajat celcius pada anak dibawah usia 3 bulan, dan demam melebihi 40 derajat celcius pada anak di atas 3 bulan. \n Demam yang bisa berlangsung selama lebih dari 2 hari. \n Batuk semakin parah atau diiringi napas yang cepat, terdengar bunyi mengi saat bayi bernapas. \n Perubahan yang signifikan pada pola makan, pola tidur dan sering mengantuk disertai rewel. \n Bayi menangis saat menyusu sambil menggosok atau menarik telinga, dan menangis ketika diletakkan di tempat tidur. \n Pilek tidak membaik setelah 7-10 hari. \n \n\n Selain hal-hal yang telah disebutkan, untuk menghindari diri agar tidak tertular dari penyakit flu, kita dapat mengoptimalkan usaha dengan melakukan vaksin. Vaksin Influenza dapat diberikan sejak dini pada anak, yang bisa dimulai dari usia 6 bulan. Dosis pertama diberikan sebanyak 2 kali dengan jarak pemberian 1 bulan. Setelah itu vaksinasi dilanjutkan satu tahun sekali, sebab virus Influenza sendiri berpotensi untuk bermutasi. Maka, dibutuhkan vaksin tertentu sesuai dengan keadaan mengenai mutasi tersebut agar mencapai keefektifan. Harapannya yaitu agar tubuh dapat memproduksi antibodi untuk melawan virus Influenza di kemudian hari. Untuk Vaksin Influenza tersedia di RSU Hermina Medan tersedia, untuk itu yuk lakukan vaksin influenza pada anak agar daya tahan tubuh semakin meningkat dan kuat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 07 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Alami Gigi Berlubang, Perlukah Dicabut?<\/a><\/h3>
Gigi berlubang dapat menimbulkan rasa ngilu atau gigi nyeri yang mungkin tidak tertahankan. Selain itu, dalam beberapa kasus juga bisa mengakibatkan komplikasi, mulai dari infeksi, abses gigi, sepsis, hingga gigi tanggal. Karena itu, penting untuk mengobati sakit gigi berlubang yang paling tepat pada artikel berikut. \n\n Beragam cara mengatasi gigi berlubang dapat dilakukan agar lubang pada gigi tidak terus membesar dan gejala yang menyertainya dapat teratasi. Gigi berlubang sering ditandai dengan gigi sensitif dan noda putih atau coklat pada gigi. Lubang pada gigi terbentuk saat plak menempel pada lapisan terluar gigi atau enamel dan terjadi proses fermentasi setelah 4 jam. Plak merupakan lapisan lengket yang terbentuk dari sisa makanan dan bakteri. \n\n Gigi berlubang dapat terjadi karena kombinasi beberapa faktor, seperti terlalu banyak mengonsumsi asupan yang manis, ngemil yang berlebihan, atau tidak membersihkan gigi secara baik dan benar. Jika Sahabat Hermina mengalami gigi berlubang, sebaiknya dicabut atau ditambal, ya? Perawatan gigi berlubang yang utama adalah ditambal. Namun, keputusan akhir untuk menambal atau mencabut gigi akan bergantung pada evaluasi dan konsultasi dengan dokter gigi. \n\n \n\n Kondisi Gigi Berlubang yang Masih Dapat Ditambal \n\n Gigi yang berlubang yang dapat ditambal adalah yang memiliki kerusakan yang masih terbatas pada bagian luar atau email gigi (enamel) dan dentin. Biasanya, gigi yang memiliki kerusakan kecil hingga sedang dapat ditambal dan diperbaiki tanpa perlu dicabut. Berikut contoh kasus gigi berlubang yang dapat ditambal: \n\n 1. Gigi dengan Lubang Sebatas Email \n\n Penambalan bisa dilakukan pada gigi yang mengalami karies email. Kondisi ini terjadi ketika kerusakan gigi hanya sampai ke lapisan permukaan email gigi. Lapisan email merupakan lapisan terluar dari gigi. Pada tahap ini, gigi bisa langsung ditambal permanen. \n\n 2. Gigi dengan Lubang Sebatas Dentin \n\n Kondisi ini terjadi ketika kerusakan gigi sudah lebih dalam lagi sampai ke bagian dentin. Pada tahap ini, menambal gigi berlubang dengan tambalan permanen masih bisa dilakukan. \n\n Namun, jika bagian dentin yang rusak sudah terlalu dalam hingga mendekati ruang pulpa gigi, maka perlu diobati dahulu. Jika diidentifikasi lebih awal, kerusakan dentin dapat segera diatasi dengan tambalan. \n\n 3. Gigi dengan Lubang Sudah Menembus Pulpa \n\n Untuk mengetahui gigi berlubang yang sudah mencapai pulpa tersebut masih bisa dipertahankan atau dicabut, tergantung pada hasil pemeriksaan klinis dan penunjang setelah dilakukan konsultasi dengan dokter gigi. \n\n Pada gigi dengan lubang yang sudah menembus pulpa, artinya kerusakan gigi sudah sampai bagian saraf, pembuluh darah dan pembuluh limfa gigi, sehingga perlu dilakukan serangkaian perawatan saluran akar untuk mempertahankan gigi tersebut. \n\n Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengambil seluruh jaringan pulpa yang sudah terinfeksi. Selain itu, perawatan ini akan membentuk saluran akar gigi yang pada akhirnya akan diisi dengan bahan pengisian gigi. Setelahnya, gigi yang berlubang baru dapat ditambal secara permanen. \n\n 4. Abses \n\n Jika abses telah terbentuk, dokter gigi kemungkinan akan melakukan perawatan saluran akar untuk menghilangkan infeksi. Dalam kasus yang parah, gigi yang terkena kemungkinan perlu dicabut sepenuhnya. \n\n Pemberian medika mentosa seperti antibiotik juga dapat diresepkan untuk membantu proses penyembuhan. Obat ini berfungsi untuk mengurangi infeksi bakteri yang sudah terjadi. \n\n \n\n Kondisi Gigi Berlubang yang Harus Dicabut \n\n Gigi yang sebaiknya dicabut adalah gigi yang mengalami kerusakan yang sangat parah, seperti kerusakan hingga ke akar gigi, infeksi pada gusi dan tulang atau meliputi deformitas wajah, atau gigi yang tidak bisa lagi diperbaiki dengan penambalan. Berikut contoh kasus gigi berlubang yang harus dicabut agar kondisinya tidak semakin bertambah parah: \n\n 1. Gigi Berlubang Besar dan Dalam \n\n Tindakan pencabutan gigi diperlukan pada kondisi gigi yang lubangnya besar dan dalam sampai bagian pulpa gigi, lalu tembus lagi dari dasar kamar pulpa sampai ke percabangan akar gigi (bifurkasi). Pada kondisi tersebut, gigi tidak bisa dirawat lagi karena infeksi telah menyebar ke bagian bawah gigi. \n\n 2. Gigi Berlubang Disertai Goyang \n\n Pada kondisi ini, menambal gigi berlubang akan sia-sia. Pasalnya, gigi akan tetap sakit karena goyangnya gigi tersebut, kecuali dilakukan terapi splinting untuk menstabilkan gigi goyang. Namun, dengan catatan kerusakan tulang alveolar tidak terlalu berat dan gigi masih bisa ditambal. \n\n 3. Gigi Berlubang Tinggal Akar \n\n Untuk mengetahui apakah gigi berlubang Sahabat Hermina perlu dicabut atau cukup ditambal, bisa dilihat dari kondisi ini juga. Bila mengalami gigi berlubang dan menyebabkan gigi hanya tinggal sisa akar, tindakan mencabut lebih baik dilakukan supaya tidak menyebabkan infeksi. \n\n 4. Gigi Berlubang pada Geraham Bungsu yang Tumbuh Miring \n\n Tindakan pencabutan gigi perlu dilakukan pada kondisi gigi geraham bungsu yang berlubang, serta tumbuhnya miring. Hal ini penting untuk mencegah kerusakan pada gigi sebelahnya. \n\n Apabila gigi tidak segera dicabut dan hanya dilakukan penambalan saja pada kondisi-kondisi tersebut, maka gigi dapat mengalami infeksi lebih lanjut. Kondisi ini yang akan membahayakan kesehatan gigi maupun tubuh. \n\n 5. Gigi Berlubang Terletak di Dekat Jaringan Abnormal \n\n Pertumbuhan abnormal bisa terjadi di bagian manapun pada tubuh, termasuk bagian dalam mulut. Jika kamu mengalami gigi berlubang yang letaknya berdekatan dengan jaringan abnormal, kemungkinan gigi tersebut perlu dicabut. Dikhawatirkan gigi berlubang berisiko infeksi dan membahayakan kesehatan, terlebih ada jaringan yang tumbuh tidak normal. \n\n 6. Gigi Berlubang Terjadi Pada Gigi Bertumpuk \n\n Terkadang gigi bisa tumbuh di area yang tidak seharusnya, misalnya berdempetan dengan gigi lain. Kondisi ini menyebabkan kondisi gigi yang tidak rata alias berantakan. Selain mengurangi tampilan gigi, kondisi gigi ini juga bisa menyebabkan rasa tidak nyaman, misalnya bergesekan dengan bagian mulut dalam sehingga mudah sariawan. \n\n Bila gigi yang tumbuh pada lokasi yang tidak tepat ini juga berlubang, dokter mungkin merekomendasikan untuk mencabutnya. \n\n Penting bagi Sahabat Hermina untuk melakukan pemeriksaan ke dokter gigi setiap enam bulan sekali, agar adanya karies / lubang gigi dapat dideteksi sedini dan kerusakan gigi lebih lanjut bisa dicegah. RSU Hermina Pandanaran memiliki klinik gigi spesialistik dengan dokter yang ahli pada bidangnya. Dapatkan kemudahan informasi jadwal dan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi Hermina, Website www.herminahospitals.com, atau Call Center 1500 488. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekanbaru<\/a><\/li>
- 07 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Stroke, Bagaimana Cara Mencegah di usia muda?<\/a><\/h3>
Stroke umumnya menyerang orang berusia di atas 65 tahun, dengan aterosklerosis sebagai faktor etiopatogenik utama pada stroke iskemik. Stroke pada dewasa muda merupakan kasus yang jarang, yaitu sekitar 10% dari seluruh kasus stroke. Kardioemboli dan diseksi arteri merupakan penyebab stroke iskemik terbanyak pada pasien berusia kurang dari 45 tahun. \n\n Jika Anda berpikir bahwa stroke hanya bisa dialami para lansia, berarti Anda salah. Stroke nyatanya bisa terjadi pada semua orang di segala usia, termasuk di usia muda. Baik anak-anak hingga lansia, semua berpotensi terserang penyakit ini. \n \n\n Apa penyebab meningkatnya angka kejadian stroke di usia muda? \n\n Menurut neurolog Diana Green-Chandos, M.D., direktur perawatan neurocritical Ohio State University Wexner Medical Center, AS, kepada Self, meningkatnya stroke pada usia muda disebabkan karena mereka menganggap tes skrining tak perlu dilakukan hingga mereka berusia lanjut, seperti tes kolesterol, tekanan darah, dan gula darah. Pasalnya, tes-tes tersebut bisa membantu dokter mengetahui ada atau tidaknya risiko stroke. \n \n\n Bagaimana Mencegah Stroke di Usia Muda? \n\n Salah satu pemicu stroke adalah berat badan berlebihan, baik dalam kategori overweight atau obesitas. Alasannya karena kelebihan berat badan bisa memicu kolesterol tinggi, diabetes, dan hipertensi yang meningkatkan risiko stroke di usia muda. Cara agar terhindar dari risiko stroke di usia muda yaitu: \n\n - Olahraga teratur setidaknya 20-30 menit per hari. Anda bisa melakukan olahraga yang disukai, seperti jalan kaki, lari, bersepeda, berenang, yoga, dan olahraga lainnya \n\n - Diet sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang, seperti sayur dan buah-buahan \n\n - Menghindari rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan \n\n - Rutin memantau tekanan darah dan memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter \n\n - Hindari rokok, narkoba dan alkohol \n\n Sahabat Hermina, marilah menerapkan gaya hidup yang sehat sejak dini karena dengan itu kita bisa mengurangi risiko stroke. Jangan biarkan masa muda digerogoti dengan penyakit stroke. Stroke dapat dicegah melalui penerapan pola hidup sehat sejak dini. Jika berlanjut konsultasikan segera dengan Dokter Spesialis Saraf. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 06 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Mengucek Mata dapat Menyebakan Infeksi pada Mata<\/a><\/h3>
\n Infeksi mata merupakan kondisi mata yang merah dan bengkak disebabkan oleh agen mikrobiologi seperti virus, bakteri dan jamur. \n\n Konjungtivis (mata merah muda atau merah) merupakan infeksi mata yang paling sering terjadi. Ini adalah peradangan konjungtiva dan bagian dalam permukaan kelopak mata, biasanya akibat infeksi virus atau bakteri. konjungtivitis juga dapat terjadi dikarenakan kondisi alergi. \n\n \n Viral Konjungtivitis (berhubungan dengan Daya Tahan Tubuh), penyembuhannya bisa lebih cepat \n Bacterial Konjungtivitis\n \n Disebabkan karena bakteri, proses radangnya lebih agresif karena dapat merusak kornea sehingga dapat mengancam terjadinya kebutaan. \n Gonorrhea (GO) Konjungtivitis diakibatkan STD (sexual transmitted disease) sering terjadi pada mata bayi baru lahir yang lahir secara spontan melalui intravaginal. GO konjungtivitis juga sering menginfeksi mata orang dewasa yang sering melakukan hub sexual yang tidak sehat/sering bergonta ganti pasangan. \n \n \n Allergic Konjungtivitis\n \n Keratitis merupakan infeksi mata yang cukup serius pada bagian kornea karena dapat mengakibatkan kebutaan. Saat ini keratitis (peradangan pada kornea) sering disebabkan dari pemakaian dan perawatan lensa kontak yang kurang baik, hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi kornea, Trauma pada mata akibat benda yang kotor seperti tanaman, batu, tanah dan lainnya dapat menyebabkan infeksi yang berat pada mata. \n Bintil di tepi kelopak mata juga merupakan bentuk infeksi lainnya yang sering terjadi akibat infeksi folikel rambut di bulu mata. Umumnya terlihat seperti jerawat atau bisul kecil. Jika infeksi lebih parah/meluas, maka kondisi ini disebut blefaritis, atau infeksi kelopak mata. \n \n \n \n\n Gejala Infkesi Mata \n\n Penderita mungkin mengalami salah satu atau lebih dari gejala berikut ini: \n\n \n \n \n \n Mata merah \n Kotoran pada mata (mata berair, berlendir, dapat disertai darah dan nanah) \n Mata tidak nyaman/sakit \n Mata terasa seperti terdapat benda asing \n Mata bengkak atau pembengkakan di daerah sekitar mata \n Mata sulit dibuka \n Gatal yang terus menerus \n Penglihatan buram \n \n \n \n\n Apakah Infeksi pada mata berbahaya? \n\n \n Jika dibiarkan infeksi pada mata dapat menyebar dengan cepat dan bisa menyebabkan kebutaan jika kerusakan akibat infeksi sudah parah. \n Jika infeksi yang berat pada mata menyebar ke sistim saraf otak dapat meyebabkan meningitis (infeksi radang otak) yang dapat mengancam jiwa \n Jika infeksi mengancam terjadinya PERFORASI Pada mata/ Kebocoran isi bola mata/ pecahnya isi bola mata maka dokter spesialis mata akan melakukan tindakan penambalan lapisan yang bocor (jika masih memungkinkan) hingga operasi pengangkatan isi bola mata jika sudah terjadi infeksi yang sangat berat sehingga dapat mengancam jiwa. \n \n \n\n Bagaimana Pengobatannya? Apakah dapat sembuh total? Ataupun berulang \n\n \n Penderita / pasien sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis mata untuk menentukan penyebab infeksi matanya agar memperoleh saran serta pengobatan yang terbaik. Pengobatan umumnya mencakup pemakaian obat tetes antibiotik, salep mata antibiotik hingga antibiotik oral disesuaikan dengan beratnya infeksi pada mata. \n Jika infeksinya ringan dapat sembuh total \n Jika infeksinya berat jika sembuh dapat meninggalkan jaringan parut/bekas luka yang bisa mengganggu tajam penglihatan hingga kebutaan. \n Dapat berulang jika mengalami infeksi kembali. \n \n\n Bagaimana Mencegah Infeksi pada Mata ? \n\n \n Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang mata atau muka \n Hindari pemakaian bersama make up mata dengan orang lain dan memperhatikan kondisi expired-date make up mata (ganti minimal 6 bulan sekali) \n Merawat lensa kontak dengan baik dan jangan berbagi peralatan lensa kontak, tempat atau cairan pencuci dengan orang lain \n Apabila Anda terkena infeksi mata, hindari menggunakan make up mata atau memakai lensa kontak sampai infeksi sembuh. \n Hindari berbagi handuk, sprei, bantal atau sapu tangan. \n Cegah paparan mata terhadap air yang terkontaminasi \n Menggunakan kaca mata renang saat berenang sebagai pelindung Mata \n \n\n Jika sahabat Hermina mengalamai dan merasakan gejala-gejala diatas dengan intensitas yang cukup mengganggu aktivitas, segera cek kesehatan mata Anda di RS Hermina Pasteur. \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 06 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada, Ini Penyebab Kelahiran Bayi Prematur<\/a><\/h3>
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum mencapai usia kehamilan 37 minggu. Biasanya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu. Bayi yang lahir sebelum usia 28 minggu dianggap sebagai bayi prematur ekstrem, sementara yang lahir antara 28 hingga 37 minggu disebut bayi prematur moderat hingga ringan. Setiap tahun, jutaan bayi di seluruh dunia lahir prematur, dan tingkat keberhasilan perawatan mereka terus meningkat. \n\n Mengapa Bayi Prematur Lahir? \n\n Terdapat banyak alasan mengapa bayi prematur bisa lahir, termasuk: \n\n \n \n Infeksi atau Penyakit pada Ibu, penyakit atau infeksi seperti diabetes atau preeklampsia pada ibu bisa menyebabkan kelahiran prematur. \n \n \n Riwayat Kehamilan, jika ibu sebelumnya pernah melahirkan prematur atau memiliki kelainan serviks, risiko kelahiran prematur akan meningkat. \n \n \n Kegemukan atau Kurang Gizi, terlalu kurus atau terlalu gemuk saat hamil juga dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur. \n \n \n Kehamilan Ganda, kehamilan kembar atau lebih tinggi memiliki risiko yang lebih besar untuk kelahiran prematur. \n \n \n Merokok dan Narkoba, konsumsi rokok, alkohol, atau narkoba selama kehamilan dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur. \n \n \n\n Tanda-tanda bayi akan lahir prematur dapat meliputi: \n\n \n Kontraksi rahim yang teratur dan nyeri. \n Perubahan cairan vagina, seperti keputihan berlebihan atau pendarahan. \n Tekanan di perut bagian bawah. \n Nyeri punggung yang terus-menerus. \n Air ketuban yang pecah sebelum waktunya (ketuban pecah dini). \n \n\n Diagnosis kehamilan prematur seringkali didasarkan pada gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik oleh tenaga medis. Selain itu, pemeriksaan ultrasonografi dapat membantu menentukan usia kehamilan dan melihat apakah serviks telah mulai memendek, yang merupakan tanda kehamilan prematur. \n\n Bayi prematur seringkali menghadapi tantangan fisik dan medis yang serius. Sistem organ mereka mungkin belum sepenuhnya berkembang, sehingga mereka memerlukan perawatan intensif di unit perawatan neonatal (NICU). Di NICU, bayi prematur dapat mendapatkan bantuan pernapasan, perawatan khusus, dan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. RS Hermina Purwokerto menjadi rumah sakit yang memiliki fasilitas perawatan NICU bagi bayi-bayi yang prematur dan dokter spesialis anak anak. \n\n Untuk memudahkan mengakses pelayanan & pendaftaran di RS Hermina Purwokerto, berikut caranya: \n\n \n Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n Hubungi Call Center 1500488 \n Melalui website -> www.herminahospitals.com \n Melalui aplikasi Halodoc \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 06 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali dan Waspadai Penyakit Paru Akibat Kerja !<\/a><\/h3>
Bekerja merupakan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan mendapatkan penghasilan. Masalah kesehatan juga bisa muncul di tempat kerja, hal ini karena ada bahaya potensial berupa pajanan pada pekerja yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan. Bahaya ini dapat bersumber dari banyak hal seperti lingkungan kerja, cara kerja dan alat yang digunakan saat bekerja. Selain itu gangguan kesehatan juga berkaitan erat dengan jumlah waktu pajanan saat bekerja, semakin lama pajanan maka semakin besar pula risiko yang akan ditimbulkan. \n\n \n\n Penyebab Penyakit Akibat Kerja \n\n \n Fisika \n \n\n Suhu ekstrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi pengion dan non pengion dan tekanan udara. \n\n \n Kimia \n \n\n Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan, kabut, partikel nano dan lain-lain. \n\n \n Biologi \n \n\n Bakteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain. \n\n \n Ergonomi \n \n\n Angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis, gerak repetitif, penerangan, Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain. \n\n \n Psikososial \n \n\n Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain. \n\n \n\n Apa itu Penyakit Paru Akibat Kerja? \n\n Penyakit Paru akibat kerja adalah Penyakit atau kerusakan paru disebabkan oleh bahan iritatif seperti debu/asap/serat/ gas berbahaya yang terhirup oleh pekerja di tempat pekerjaannya. Penyakit ini mungkin membutuhkan waktu lama (>10-20 tahun) untuk berkembang dan muncul sebagai penyakit setelah seseorang berhenti dari pekerjaannya. Gejala Klinis PPAK mirip dengan penyakit paru lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. \n\n Klasifikasi Penyakit Paru Akibat Kerja : \n\n \n Iritasi jalan napas atas yang bisa disebabkan oleh gas iritan, uap dan debu. \n Kelainan jalan napas. Bahan penyebab bisa berupa ; diisosianat, anhdrat, debu kayu, Allergen dari binatang, lateks, Gas Iritan, asap, Debu Kapas, Biji-bijian, Debu mineral, batubara, uap, dan debu \n Jejas inhalasi akut Bahan penyebab bisa berupa; Gas Iritan, logam, Oksida logam, seng, tembaga, Plastik dan Produk Pembakaran Pneumonitis Toksik Demam Uap logam Demam Uap polimer Inhalasi Asap \n Pneumonitis hipersensitif/ Radang pada parenkim paru (alveoli, bronkiolus terminal , intersisial ) yang bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, protein binatang \n Penyakit infeksi seperti tuberkulosis, virus, atau yang disebabkan oleh bakteri \n Pneumokoniosis / penumpukan debu dalam paru sehingga timbul rx jaringan. Bahan penyebab dapat berupa asbes, silika, batubara, berilium, dan kobalt \n Keganasan pada paru yang bisa disebabkan oleh Debu kayu, Asbes, radon, silika Asbes Kanker sinonasal Kanker Paru Mesotelioma Termasuk Polusi udara \n \n\n \n\n Cara Mencegah Penyakit Paru Akibat Kerja \n\n \n Pencegahan Primer \n \n\n melakukan intervensi sebelum dampak Kesehatan terjadi , serta mengeliminasi paparan factor risiko \n\n \n Pencegahan sekunder \n \n\n melakukan identifikasi penyakit pada tahap awal sebelum muncul gejala \n\n \n Pencegahan tersier \n \n\n manajemen penyakit akibat kerja setelah diagnosis di tegakkan untuk menghentiakn , memperlambat progresifitas , melakukan rehabilitasi dan skrining untuk komplikasi \n\n Jadi Sahabat Hermina, penting untuki kita melakukan deteksi dan diagnosis penyakit akibat kerja agar bahaya dan dampak pekerjaan terhadap kesehatan tubuh terutama pada paru dapat dicegah dan diobati dengan penanganan yang tepat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 06 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Interventional Pain Management, Cara Atasi Nyeri Bagi yang Tidak Suka Minum Obat<\/a><\/h3>
Penanganan nyeri merupakan hal yang kompleks, personal, dan berbeda bagi setiap pasien tergantung kondisi kesehatan yang dimiliki. Orang yang mengalami nyeri akan berusaha untuk mengurangi rasa nyeri yang diderita, karena nyeri akan mempengaruhi kualitas hidup sesorang. Dan saat ini, telah tersedia manajemen intervensi nyeri atau Interventional Pain Management (IPM) yang bisa menunjang pengelolaan dan penanganan nyeri lebih optimal untuk beragam kasus nyeri. \n\n \n\n Apa Itu Interventional Pain Management? \n\n Interventional Pain Management merupakan Tindakan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami nyeri dengan pendekatan minimal invasif. Tindakan ini dilakukan dengan panduan alat untuk mengobati nyeri akut dan kronik secara jangka panjang atau permanen. Intervensi nyeri ini bertujuan untuk mngurangi, menghilangkan, atau mencegah terjadinya nyeri pada seseorang. \n\n Terdapat 3 teknik yang dapat dilakukan untuk penerapan IPM. Pemilihan teknik tergantung pada jenis nyeri, kondisi kesehatan, dan derajat keparahan nyeri yang dimiliki pasien, yaitu : \n\n 1. Penyuntikan obat pada lokasi penyebab nyeri \n\n Penyuntikan bisa berupa steroid yang bermanfaat untuk mengurangi peradangan pada asal nyeri secara sempurna. Selain steroid, obat regeneratif (Platelet Rich Plasma & Proloterapi) juga bisa diberikan yaitu obat yang memperbaiki struktur jaringan misalnya otot & tendon yang mengalami kerusakan dan menjadi sumber nyeri. Pemberian obat wajib dilakukan menggunakan pedoman alat USG & C-Arm supaya tepat pada sumber nyeri. \n\n 2. Blok Saraf \n\n Blok saraf akan menganggu sinyal saraf ke otak yang membantu menghilangkan rasa sakit. Blok saraf dilakukan menggunakan pedoman USG & C-Arm menuju saraf asal nyeri, sehingga bisa mengurangi rasa nyeri beberapa minggu maupun bulan. Dalam beberapa kasus, bahkan bisa sebagai blok permanen, tergantung dalam teknik & obat yang digunakan. \n\n 3. Radiofrekuensi Ablasi/Neuromodulasi \n\n Gelombang radiofrekuensi dipakai untuk menonaktifkan/menenangkan jaringan saraf yang menghantarkan sinyal nyeri,sehingga sinyal nyeri yang dipancarkan dari asal nyeri berkurang. Gelombang radiofrekuensi ini dihasilkan alat khusus & dihantarkan melalui jarum yang diarahkan menuju saraf asal nyeri dengan menggunakan pedoman USG & C-Arm. \n\n \n\n Kondisi nyeri yang bisa mendapatkan penatalksanaan IPM \n\n Interventional Pain Management sebagai pilihan penatalaksanaan nyeri lebih lanjut dapat dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan kondisi sebagai berikut : \n\n \n Mengalami nyeri akut, kronik, & kanker, terutama bila pengobatan secara medikamentosa (obat-obatan penghilang rasa nyeri) tidak berhasil mengurangi nyeri yang ada. \n Pasien sudah memakai obat penghilang nyeri dalam waktu lama, sebagai akibatnya ada gangguan efek samping penggunaan obat, misalnya gangguan lambung & ginjal. \n Tidak mampu minum obat nyeri lantaran alergi, mempunyai penyakit gangguan ginjal, gangguan pencernaan, & lainnya. \n Pernah menjalani operasi, namun masih mengalami rasa sakit. \n Ingin menghindari operasi bila memungkinkan. \n \n\n Jadi sahabat Hermina, bagi sahabat Hermina yang sering mengalami nyeri dan tidak suka untuk minum obat mendapatkan tindakan intervensi nyeri bisa menjadi pilihan opsi untuk pengobatan, karena tindakan intervensi nyeri tanpa meminum obat tetapi bisa dilakukan pada sumber nyeri berada. Jangan lupa selalu konsultasikan kasus nyeri ke dokter untuk memperoleh diagnosis dan penanganan medis secara tepat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 05 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Batu Empedu Hilang, Sayatan Tak Terpandang Dengan Laparoskopi<\/a><\/h3>
Batu empedu atau disebut dengan cholelithiasis adalah kondisi medis seseorang yang diakibatkan karena terbentuknya kantong empedu di dalam kantong empedu. Kantong empedu merupakan organ kecil manusia yang terdapat pada sebelah sisi kanan perut dan tepat berada dibawah hati. Kantong empedu memproduksi dan menyimpan cairan empedu yang berfungsi dalam proses pencernaan seseorang. Mencerna kolestrol dalam tubuh merupakan tugas utama kantong empedu dan menjadikan salah satu organ pentimg dalam tubuh manusia karena batu empedu yang terbentuk berasal dari endapan kolestrol yang mengeras. \n\n Hingga saat ini, belum diketahui penyebab terbentuknya batu empedu. Namun, ada beberapa faktor yang membuat seseorang berisiko menderita batu empedu. Beberapa faktor tersebut meliputi kehamilan, obesitas, pola makan tidak sehat, diabetes, dan kondisi tertentu seperti anemia, leukemia, serta penyakit liver. Jumlah batu empedu yang dimiliki penderita bervariasi, bisa hanya satu, bisa juga beberapa buah. Ukurannya pun bermacam-macam, mulai dari sekecil butiran pasir hingga sebesar bola golf. \n\n Kapan Operasi Batu Empedu Diperlukan? \n\n Seseorang yang mengalami batu empedu biasanya merasakan sakit perut, mual, muntah, sakit bahu, sakit punggung diantara tulang belikat hingga mengalami demam tinggi. Pengobatan untuk penyakit batu empedu akan disesuaikan dengan kondisi penderita serta jenis, lokasi, dan ukuran batu empedu. Secara spesifik, batu empedu dikatakan besar yang wajib dioperasi adalah jika ukurannya mencapai 5 cm atau lebih. Akan tetapi, batu empedu yang kecil pun, jika jumlahnya banyak, memicu gejala berat, atau menyumbat saluran empedu/ pankreas seringnya tidak cukup juga ditangani dengan terapi konservatif, seperti lewat modifikasi pola makan, gaya hidup, dan obat-obatan semata. Jadi, memang tidak hanya ukurannya yang dijadikan acuan dalam menentukan penanganan terbaik. \n\n Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengastasi sakit batu empedu yaitu dengan melakukan tindakan laparaskopi. Laparoskopi operasi batu empedu adalah pengangkatan batu dan kantong empedu melalui beberapa sayatan kecil, kurang lebih 0,5 sampai 1 cm. Tidak semua pasien yang mengalami sakit batu empedu dapat melakukan laparaskopi misalnya seseorang yang sebelumnya pernah melakukan operasi di area sekitar kandung empedu karena berisiko akan terjadi pendarahan. Tetapi, apabila pasien belum pernah melakukan operasi di area batu empedu disarankan melakukan laparaskopi karena operasi laparaskopi mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan operasi konvensional. \n\n Keunggulan Operasi dengan Laparaskopi \n\n Operasi batu empedu dengan laparaskopi adalah tindakan dengan cara pembuatan luka kecil berupa sayatan di perut guna pengangkatan kandung serta batu empedu. Keunggulan melakukan operasi laparaskopi batu empedu yaitu : \n\n \n \n Luka bekas operasi kecil \n \n \n Rasa sakit lebih ringan setalah melakukan operasi \n \n \n Pendarahan minimal \n \n \n Masa rawat inap di rumah sakit lebih singkat \n \n \n Masa pemulihan lebih cepat dibanding dengan operasi laparatomi \n \n \n\n Sebelum melakukan Operasi Laparaskopi Batu Empedu \n\n Sebelum melakukan operasi laparaskopi batu empedu pasien melakukan beberapa pemeriksaan yaitu melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh termasuk melakukan cek darah dan foto rontgen. Persiapan lainnya yang dilakukan pasien yaitu : \n\n \n Tidak makan dan minum beberapa jam sebelum melakukan operasi \n Mandi dengan menggunakan sabun antiseptik \n Minum air putih 2 jam sebelum menjelang laparaskopi \n Mengkonsumsi obat pencahar supaya dapat membersihkan feses di dalam usus \n Tidak menggunakan perhiasan selama perawatan \n \n\n Prosedur Operasi Batu Empedu dengan Laparaskopi \n\n Sebelum menjalani operasi, dokter melakukan bius total supaya pasien tidak dapat merasakan nyeri selama operasi. Dokter bedah digestif menjalankan prosedur operasi dengan membuat sayatan kecil di perut pasien. Disalah satu sayatan yang dibuat oleh dokter memasukan kamera untuk mengamati lokasi batu empedu dan sayatan yang lain dokter akan memotong dan mengangkat kandung empedu. \n\n Setelah melakukan Operasi Laparaskopi Batu Empedu \n\n Operasi laparaskopi batu empedu tidak membutuhkan waktu pemulihan yang lama. Penyembuhan setelah melakukan operasi laparaskopi umumnya berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Apabila pasien melakukan operasi konvensional penyembuhan pasien bisa berlangsung lebih lama. \n\n Bagi sahabat hermina yang memiliki keluhan seputar batu empedu dapat melakukan konsultasi dengan dokter spesialis bedah digestif RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan jadwal dan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi Hermina, Website www.herminahospitals.com, atau Call Center 1500 488 \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 05 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Otot Kaku Lakukan dengan Terapi Panas<\/a><\/h3>
Modalitas terapi panas adalah salah satu bentuk terapi fisik yang sering digunakan dalam rehabilitasi medik untuk mengurangi nyeri, meningkatkan pergerakan, mengurangi kekakuan otot dan sendi, serta mempercepat proses penyembuhan. Terapi panas telah digunakan sejak zaman kuno sebagai metode pengobatan alternatif untuk berbagai kondisi medis, dan saat ini masih menjadi salah satu modalitas yang populer dalam rehabilitasi medik. \n\n Ada beberapa jenis modalitas terapi panas yang umum digunakan dalam rehabilitasi medik, antara lain pemanasan lokal, kompres panas, hot pack, parafin wax, whirlpool, ultrasound terapeutik, serta lampu inframerah. Setiap jenis modalitas terapi panas memiliki cara kerja dan manfaat yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya mereka bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, merelaksasi otot, mengurangi nyeri, serta mengurangi peradangan. \n\n Salah satu bentuk modalitas terapi panas yang umum digunakan adalah hot pack. Hot pack adalah kantung yang diisi dengan bahan yang bisa dipanaskan, seperti air panas atau gel, yang ditempatkan pada area yang membutuhkan terapi. Panas yang dihasilkan oleh hot pack akan merangsang aliran darah, mengurangi kekakuan otot dan sendi, serta meredakan nyeri pada area yang diterapi. Hot pack dapat digunakan pada berbagai kondisi medis, seperti cedera otot, artritis, tendonitis, atau kondisi inflamasi lainnya. \n\n Parafin wax adalah jenis modalitas terapi panas lainnya yang umum digunakan dalam rehabilitasi medik. Parafin wax adalah bahan yang dapat dicairkan dan diaplikasikan pada area yang membutuhkan terapi. Ketika parafin wax mengeras, panas yang dihasilkan akan meredakan nyeri dan meningkatkan sirkulasi darah pada area tersebut. Parafin wax sering digunakan untuk mengatasi kondisi seperti osteoarthritis, terutama pada tangan dan kaki. \n\n Selain itu, ultrasound terapeutik juga merupakan bentuk modalitas terapi panas yang sering digunakan dalam rehabilitasi medik. Ultrasound terapeutik menggunakan gelombang suara yang berfrekuensi tinggi untuk menghasilkan panas dalam jaringan tubuh. Panas yang dihasilkan akan merangsang perbaikan jaringan, mengurangi peradangan, serta meredakan nyeri. Ultrasound terapeutik biasanya digunakan untuk mengobati cedera jaringan lunak, seperti tendinitis, bursitis, atau cedera otot. \n\n Modalitas terapi panas juga dapat digunakan dalam kombinasi dengan modalitas terapi lainnya, seperti latihan fisik, terapi olahraga, atau terapi fisik secara keseluruhan untuk mencapai hasil rehabilitasi yang optimal. Sebelum menggunakan terapi panas, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis terlatih, seperti fisioterapis atau dokter, untuk memastikan bahwa terapi tersebut sesuai dengan kondisi medis Anda dan tidak menimbulkan risiko yang tidak diinginkan. \n\n Namun, terdapat beberapa kontraindikasi dalam penggunaan terapi panas, seperti luka terbuka, infeksi akut. \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses kesehatan dan pendaftaran ke RS Hermina Arcamanik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 05 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 05 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 07 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 07 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 11 September 2023<\/li><\/ul><\/div>