- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 11 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kenali dan Waspada Penyakit Kanker Pankreas<\/a><\/h3>
Baru baru ini kita di kagetkan oleh meninggalnya pejabat publik yang diakibatkan oleh penyakit kanker pankreas? Lantas apa sih kanker pankreas itu dan bagaimana kita mewaspadainya? \n\n Kanker pankreas adalah sel kanker yang tumbuh pada area jaringan pankreas. Jenis kanker ini bisa saja terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering dan rentan menyerang orang yang berusia 55 tahun atau lebih. \n\n Pankreas sendiri memiliki banyak fungsi penting bagi aktivitas tubuh, seperti memproduksi hormon glukagon dan insulin untuk menjaga kestabilan kadar gula darah pada tubuh. Selain itu, organ satu ini juga menghasilkan enzim yang berfungsi membantu tubuh untuk mencerna nutrisi pada makanan. \n\n Kanker pankreas terjadi ketika sel pada pankreas tumbuh abnormal dan tidak terkendali Stadium awal kanker ini sering tidak menunjukkan adanya gejala. Biasanya, gejala baru terlihat ketika sel kanker telah menyebar ke organ tubuh lainnya. Kanker pankreas termasuk salah satu jenis kanker yang mematikan. Dari total kasus, hanya sekitar 9 persen pengidap yang mampu bertahan hidup hingga 5 tahun setelah didiagnosis memiliki penyakit ini. \n\n Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Pankreas \n\n Penyebabnya hingga kini masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker satu ini, yaitu: \n\n \n Mengkonsumsi daging merah berlebih \n Memiliki golongan darah A,B dan AB \n Mengidap diabetes, periodontitis, gingivitis, dan pankreatitis kronis. \n Mengidap hepatitis C, sirosis hati, batu empedu, dan infeksi bakteri Helicobacter pylori. \n Terdapat riwayat kelainan genetik yang bisa meningkatkan risiko mengidap kanker, seperti kanker payudara atau ovarium pada keluarga, riwayat pankreatitis, atau neurofibromatosis tipe 1. \n \n\n Gejala Kanker Pankreas \n\n Gejala kanker pankreas pada stadium awal umumnya tidak begitu terlihat. Namun, seiring perkembangan sel kanker dan mencapai stadium lanjut, gejala yang muncul antara lain : \n\n \n Diare \n Sembelit \n Feses berwarna pucat \n Perut kembung \n Hilang nafsu makan \n Penurunan berat badan tanpa sebab \n Tubuh mudah lemah \n Gatal pada kulit \n Demam dan menggigil \n Terjadi penggumpalan darah \n Urine berwarna gelap \n \n\n Selain itu, kondisi ini juga dapat memicu munculnya masalah kesehatan lain, seperti diabetes dan depresi. Meski begitu, penyakit tersebut sering tidak disadari menjadi beberapa bagian dari gejala kanker pankreas. \n\n Cara Mengetahui atau Mendiagnosis Kanker Pankreas \n\n Guna mendapatkan diagnosis yang akurat dan tepat, dokter akan menanyakan semua riwayat penyakit dan gejala yang dirasakan serta kebiasaan gaya hidup pengidap. Selanjutnya, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik, seperti melihat ada atau tidaknya tanda penyakit kuning dan mendeteksi adanya benjolan pada perut. \n\n Setelah itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti: \n\n \n Tes darah guna mendeteksi kadar protein CA19-9 dan mengukur kadar hormon insulin, glukagon, serta somatostatin yang berkaitan dengan sel kanker pankreas. \n Pemindaian dengan CT scan, PET scan, atau MRI, guna mengetahui kondisi pankreas dan organ lain di dalam tubuh. \n Octreotide scan atau octreoscan guna mendeteksi kanker pankreas yang berasal dari sel endokrin. \n Endoscopic ultrasound (EUS) guna mengetahui kondisi pankreas dari dalam perut melalui endoskopi dan USG. \n Pemeriksaan Endoscopic retrograde cholangiopancreatography atau ERCP yaitu jenis pemeriksaan endoskopi yang dibantu dengan Rontgen guna mengetahui kondisi saluran empedu dan pankreas. \n Pengambilan sampel dari jaringan atau biopsi yang dicurigai sebagai kanker pankreas untuk diteliti lebih lanjut menggunakan mikroskop. \n \n\n Setelah pengidap didiagnosis mengidap kanker pankreas, dokter selanjutnya menentukan tingkat keparahan atau stadium kanker pankreas. Penentuan ini membantu dokter menentukan metode pengobatan yang tepat. \n\n Pencegahan Kanker Pankreas \n\n Belum diketahui pasti bagaimana cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit kanker pankreas. Meski demikian, risiko terserang kanker ini dapat dikurangi dengan melakukan beberapa hal berikut : \n\n \n Tidak merokok \n Menjaga berat badan tetap ideal \n Menerapkan pola makanan dengan gizi seimbang \n Tidak Mengkonsumsi minuman beralkohol \n \n\n Segera lakukan pemeriksaan ke dokter di RSU Hermina Medan apabila mengalami gejala di atas, terlebih apabila kamu termasuk dalam kategori orang yang lebih berisiko. Beritahukan pada dokter tentang riwayat kesehatan diri dan keluarga, sehingga kamu bisa mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 11 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Melihat Dunia dengan Sentuhan: Eksplorasi Keajaiban Braille dalam Membuka Pintu Kesempatan bagi Penglihatan Terbatas<\/a><\/h3>
Setiap tanggal 4 Januari 2024, Dunia internasional merayakan hari Braille sedunia. Pada hari tersebut diadakan guna memperingati akan pentingnya braille sebagai sarana komunikasi bagi para tunanetra. Braille sendiri menjadi media pengingat akan pentingnya aksesibilitas dan kemandirian bagi para penunjang disabilitas dengan adanya braille. \n\n \n\n Braile sendiri merupakan representasi taktil dari simbol-simbol angka dan abjad yang menggunakan enam titik untuk mewakili setiap huruf dan angka bahkan simbol-simbol ilmiah serta matematika. Nama braille sendii diberi nama sesuai dengan penemunya, yaitu Louis Brialle dimana hari kelahirannya dijadikan tanggal braille sedunia. \n\n \n\n Awalnya, Kapten Charles Barbier, seorang bekas perwira Napoleon divisi persenjataan berat, terinspirasi menciptakan huruf-huruf yang ditujukan kepada orang buta. Kapten Barbier membuat sandi yang berbentuk sejumlah titik dan garis. Konsep itulah yang dipergunakan dalam pesan yang dituliskan melalui huruf-huruf braille agar dapat dibaca dengan meraba rangkaian dari garis dan titik yang disusun. \n \nLouis Braille melihat garis dan titik ini bisa bermanfaat juga untuk tunanetra yang kemudian dilakukan uji coba kepada para tunanetra dengan garis dan titik timbul yang dicetuskan Barbier. Ternyata para penyandang tunanetra lebih peka dalam menggunakan jari-jari tangan ketika menyusuri titik ketimbang garis-garis. Oleh sebab itulah kini huruf-huruf Braille hanya menggunakan kombinasi antara titik dan ruang kosong. \n\n \n\n Braille sendiri sudah berkembang menjadi 3 jenis huruf \n\n \n\n \n Brille Jepang \n \n\n \nHuruf braille jepang dikenal sebagai Tenji yang artinya dot karakter. Braille jepang merupakan vokal yang berbasis abiguda dimana setiap simbol mewakili konsinan dan vokal tertentu. Pada penulisannya, huruf vokal ditulis di sudut kiti atas sedangkan konsonan ditulis di pojok kanan bawah. Selain itu ada 4 titik untuk penanda. \n\n \n\n \n Huruf braille korea \n \n\n \n\n Huruf braille korea termasuk unik karea adanya sistem grafis dan mencerminkan pola huruf hangeul. Hal ini menyebabkan kononan awal, vokal dan konsonan akhir berkombinasi. Namun untuk karakter angka dan tanda baca, braile masih memiliki sistem yang sama dengan braille asli. \n\n \n\n \n Huruf Braille ASCII \n \n\n \n\n Huruf ini, pada mulanya digunakan di Amerika Utara. Braille ASC II memiliki 64 karakter untuk mewakili semua kemungkinan kombinasi titik dari enam dot-braille.huruf braille inilah yang dirancang menjadi sarana penyimpanan dan pengiriman data secara digital. \n\n \n\n Pada tahun 2023 kemarin tim dari Indonesia dari Mahasiswa Binus Internasional menciptakan alat baca huruf braile dan sukses menjadi salah stu pemenang dalam program google solution challlenge 2023 yang tergabung dalam kelompok Wonder Reader. \n\n \n\n Karya mereka ini akan mepermudah aktivitas belajar mengajar bagi para penyandang tunantera dan tunarungu di berbaga daerah di Indonesia. Tekhnologi yang dikembangkan juga didukung oleh sistem operasi Android karena dinilai lebih mudah dan banyak dimiliki masyarakat di daerah. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 11 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Penyakit Meningokok yang Membahayakan<\/a><\/h3>
Meningokok merupakan penyakit penyebab Meningitis terbanyak pada anak- anak dan terbanyak kedua pada orang dewasa. Penyakit ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung atau melalui droplet, dengan jarak mencapai satu meter. Gejala yang timbul diantaranya \n\n \n Demam dan menggigil \n Perubahan Status Mental \n Mual dan Muntah \n Sakit Kepala Hebat \n Kesadaran Menurun \n Tidak nafsu makan \n \n\n Pada pemeriksaan fisik, akan ditemukan adanya denyut jantung yang cepat, demam, perubahan status mental, ruam kulit dan adanya Brudzinski’s neck sign. \n\n \n\n Penyakit Meningokok merupakan penyakit yang harus di perhatikan karena sudah masuk dalam keadaan darurat medis. Kondisi cuaca, seperti suhu dan kelembapan turut mempengaruhi perkembangbiakan bakteri penyebab Meningokok. Selain itu juga sering melakukan perjalanan lintas negara dan migrasi yang memudahkan penyebaran penyakit meningokok cepat tertular. Oleh sebab itu diperlukan pencegahan agar terhindar dari Penyakit Meningokok, yaitu vaksinasi. \n\n Vaksin rutin diberikan kepada kelompok orang yang berusia 19 - 55 tahun yang mempunyai risiko tinggi terkena infeksi meningokok, antara lain: \n\n \n Mahasiswa baru yang tinggal di asrama \n Ahli mikrobiologi yang secara rutin terpapar isolat N.Meningitidis \n Tentara yang bertugas di daerah endemis \n Wisatawan yang berpergian ke daerah hiperendemi dan epidemi \n Orang yang pergi ke Mekah, Arab Saudi, untuk ibadah haji, umrah, dan tenaga kerja \n \n\n \n\n Masa imunitas Vaksin Meningitis Meningokokus adalah dua tahun yang dibuktikan dalam Kartu International Certificare of Vaccination or Prophylaxis (ICV). Apabila seseorang yang berangkat kedaerah endemis ternyata kurang dari dua tahun, maka vaksin penguat dapat tetap diberikan sebelum masa imunitas berakhir dengan tujuan akan meningkatkan respon memori dan akan meningkatkan antibodi. Pemberian vaksinasi Meningitis Meningokokus wajib diberikan bagi orang yang ingin melakukan perjalanan ke wilayah dengan penyebaran kasus Meningitis Meningokokus yang tinggi, salah satunya Arab Saudi. \n\n \n\n Meningitis berakibat fatal apabila diabaikan, dan tidak diobati. Pengobatan antibiotik yang tepat harus dimulai segera mungkin pada meningitis bakteri. Satu dari lima orang yang selamat dari episode Meningitis bakteri mungkin memiliki efek samping yang bertahan lama. Efek samping ini termasuk gangguan pendengaran, kejang, kelemahan anggota badan, kesulitan dengan penglihatan, bicara, bahasa, memori dan komunikasi serta jaringan parut dan amputasi anggota tubuh setelah sepsis. \n\n Buat Sahabat Hermina, apabila ada gejala yang sudah dirasakan, segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 10 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Sebagai Upaya Pencegahan Kanker Serviks<\/a><\/h3>
Kanker atau kanker leher rahim terjadi akibat infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang biasanya disebarkan melalui hubungan seksual. Penyakit kanker serviks cukup mematikan dan sering kali tidak menimbulkan gejala pada awalnya, namun ketika muncul, gejalanya kerap dianggap sebagai gejala menstruasi atau infeksi saluran kemih. \n\n Gejala yang umum dialami oleh penderita kanker serviks adalah perdarahan saat berhubungan seks atau setelah masa menopause dan menstruasi, keputihan yang mengandung darah dan berbau busuk, nyeri panggul, dan nyeri saat berhubungan intim. \n\n Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang dapat dihindari dan ditekan angka kejadiannya dengan melakukan upaya-upaya pencegahan agar tidak menimbulkan dampak yang fatal. Berikut upaya yang dapat dilakuakn untuk mencegah kanker serviks : \n\n \n Upaya Pencegahan Primer \n \n\n Pencegahan primer dilakuakn untuk mencegah terjadinya kontak dengan karsinogen atau penyebeb utama dari kanker serviks (virus HPV) melalui kegiatan promosi atau edukas, seperti kegiatan penyuluhan atau edukasi kesehatan di masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin HPV dan lain-lain. \n\n \n Upaya Pencegahan Sekunder \n \n\n Upaya ini dilakukan dengan skrining/deteksi dini dan terapi lesi prakanker dan lesi invasif dini. Mendeteksi kanker serviks sedini mungkin juga merupakan bagian dari upaya mencegah dampak yang lebih serius. \n\n Berikut adalah beberapa cara mendeteksi kanker serviks secara dini: \n\n IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat ) \n\n IVA merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. Pemeriksaan ini biasanya lebih murah, praktis, dan mudah untuk dilakukan dengan peralatan sederhana serta bisa dilaksanakan juga oleh selain dokter ginekologi seperti dilakukan di puskesmas. Tujuan pemeriksaan IVA adalah untuk mengurangi morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher rahim. \n\n Syarat Mengikuti Test IVA \n\n \n Sudah pernah melakukan hubungan seksual \n Tidak dalam keadaan menstruasi/ haid \n Tidak dalam keadaan hamil \n Tidak melakukan hubungan intim minimal 24 jam sebelum melakukan pemeriksaan \n \n\n PAPSMEAR \n\n Pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada wanita. Pap smear juga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) di leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker. Skrining dengan metode pap smear dilakukan untuk melihat perubahan sel dari normal, pra kanker hingga kanker. Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks. Setelah itu, sampel sel tadi akan diteliti di laboratorium agar diketahui apakah di dalam sampel tersebut terdapat sel prakanker atau sel kanker. Pap smear juga bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi atau peradangan pada serviks. Metode papsmear perlu dokter spesialis patologi anatami untuk melakukan penilaian. \n\n Tes HPV DNA \n\n Pemeriksaan HPV DNA adalah prosedur untuk mendeteksi infeksi HPV (human papilloma virus) tipe risiko tinggi pada wanita seperti wanita yang menderita HIV, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, terkena paparan diethylstilbestrol (DES) sebelum lahir, mendapatkan hasil abnormal (lesi prakanker) tingkat tinggi pada pap smear. Infeksi HPV dapat memicu perubahan abnormal pada sel serviks yang berpotensi menjadi kanker serviks atau jenis kanker lainnya, seperti kanker vagina dan kanker anus. \n\n Pemeriksaan HPV DNA dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim (serviks). Sampel tersebut akan diperiksa di laboratorium untuk diketahui apakah terdapat materi genetik (DNA) dari HPV di dalam sel serviks. Tes HPV jauh lebih sensitif dari papsmea dan dikerjakan dengan metode PCR sehingga lebih akurat. Tes ini dapat dilakukan 3 tahun sekali jika hasil negatif \n\n Kanker serviks dapat dicegah dengan rutin melakukan deteksi dini. Dan jika sahabat hermina tetap ingin sehat dan terhindar dari bahaya kanker serviks, tentunya sahabat hermina harus selalu menjaga pola hidup yang sehat dan mulai untuk peduli akan diri dengan melakukan deteksi dini atau skrining dini untuk mengetahui kondisi kesehatan terkini. Dan jangan takut untuk memeriksakan diri ke dokter, karena semakin cepat di ketahui semakin cepat pula tindakan pengobatan yang tepat bisa dilakukan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 10 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Berdarah Saat BAK? - Hematuria<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, pernah mendengar seseorang atau mengalami urine mengandung warna yang tidak biasa atau kencing berdarah. Kondisi ini ditandai dengan adanya perubahan warna urine menjadi kecoklatan atau kemerahan akibat adanya darah yang tercampur pada urine. \n\n \n\n Kencing berdarah atau yang dikenal dengan hematuria adalah sel darah atau darah yang ada dalam urin. Ditemukannya darah dalam urin adalah keadaan yang tidak normal, baik yang bersifat makroskopis ataupun juga secara mikroskopi. Mikroskopis ditanda dengan warna urin tampak jernih namun ada sel darah ditemukan dalam pemeriksaan urin melalui mikroskop. Sedangkan makroskopis terlihat jelas dengan mata karena terdapat perubahan warna urin menjadi kemerahan, kecoklatan atau merah terang. Kasus ini lebih banyak ditemukan karena pasien dapat langsung mengenalinya. \n\n \n\n Penyebab Hematuria \n\n Hematuria dapat disebabkan dari berbagai faktor, tetapi umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran kemih atau ginjal, antara lainnya: \n\n \n Infeksi saluran kemih. Infeksi terjadi masuknya bakteri melalui uretra dan berkembang biak dalam kandung kemih. Kondisi ini selain menyebabkan hematuria juga akan menyebabkan penderitanya memiliki keinginan buang air kecil secara terus menerus, nyeri saat BAK, hingga urin berbau. \n Infeksi ginjal. Terjadi ketika bakteri memasuki ke dalam ginjal melalui aliran darah pada ginjal sehingga memicu terjadinya infeksi. \n Kanker seperti, kanker ginjal, kanker kandung kemih, dan prostat berisiko memicu hematuria pada penderitanya. \n Efek samping obat-obatan. Mengonsumsi obat-obatan seperti Cytoxan atau penicillin dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko munculnya hematuria atau sel darah merah dalam urin. \n Dan cedera ginjal juga menjadi salah satu munculnya sel darah merah pada urin. Sebab biasanya terjadi pasca trauma atau tindakan invasif pada area ginjal. \n \n\n \n\n Faktor Risiko Hematuria \n\n Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang mengalami hematuria diantaranya, sebagai berikut: \n\n \n Usia di atas 50 tahun. \n Memiliki riwayat hematuria pada keluarga. \n Efek mengonsumsi obat-obatan, seperti antiinflamasi, antibiotic dalam jangka panjang. \n Melalukan aktivitas yang berat. \n Terpapar radiasi atau bahan kimia tertentu. \n Dan memiliki kebiasaan merokok. \n \n\n \n\n Gejala Hematuria \n\n Hematuria memiliki tanda gejala seperti urine berwarna merah menyala, kecoklatan, dan kemerahan. Namun terkadang, pengidapnya tidak dapa melihat darah dalam urine. Hanya melalukan tes laboratorium yang dapat menemukan sel darah merah pada urine. Selain itu pengidap juga mungkin tidak memiliki gejala lain. \n\n Hematuria yang disertai gejala akan memunculkan beberapa kondisi seperti: \n\n \n Nyeri saat BAK \n Nyeri pada pinggang dan perut \n Meningkatnya frekuensi BAK \n Demam, mual dan muntah \n \n\n \n\n Diagnosis Hematuria \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami tanda-tanda gejala hematuria jangan ragu untuk mengunjungi rumah sakit terdekat agar gejala yang dialami bisa segera diketahui penyebabnya. Untuk diagnosis dokter akan memastikan riwayat kesehatan terlebih dahulu. \n\n Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan secara fisik untuk memastikan penyebab gejala, dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan lainnya seperti: \n\n \n Tes Urine \n CT-Scan \n USG \n Sistoskopi \n Biopsi Ginjal \n \n\n \n\n Oleh karena itu, perlu diwaspadai adanya sel darah merah dalam urine bisa menjadi salah satu dari tanda penyakit serius. Apabila Sahabat Hermina mengalami gejala yang menyerupai hematuria, untuk tidak ragu berkonsultasi ke dokter. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 10 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kenali dan Waspadai Kanker Serviks<\/a><\/h3>
\n Kanker adalah istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Jenis kanker yang menyasar sel-sel rahim di leher rahim, dimana adanya pertumbuhan sel dan jaringan yang abnormal dan tidak terkendali pada leher rahim ( serviks ) disebut dengan kanker serviks. \n\n \n\n Penyebab Kanker Serviks \n\n Penyebab kanker serviks bermula ketika sel-sel di leher rahim berkembang secara tidak normal. penyebab utama kanker serviks adalah Human papillomavirus (HPV). HPV menjadi penyebab pasti dari kanker servik dan kanker serviks tidak akan terjadi atau tidak akan berkembang kalau HPV DNA yang bersifat presistent tidak ada. Infeksi virus ini sangat rentan menyasar individu yang melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan. \n\n Perilaku seksual yang berisiko tinggi, seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang tidak dicuci terlebih dahulu juga bisa meningkatkan risikonya. Selain itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV juga lebih berisiko terinfeksi HPV. \n\n \n\n Faktor Risiko Kanker Serviks \n\n Berikut ini adalah faktor risiko kanker leher rahim atau Kanker serviks yang harus diwaspadai, diantaranya adalah: \n\n \n Menikah muda, usia di bawah 20 tahun \n Melakukan hubungan seksual diusia muda, yaitu dibawah 18 tahun \n Bergonta-ganti pasangan seksual \n Melakukan hubungan seksual dengan pria yang sering bergonta-ganti pasangan seksual \n Merokok ataupun sebagai perokok pasif \n Infeksi berulang pada jalan kelamin, salah satunya karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin \n Defisiensi Vit A./Vit C/Vit E \n Memiliki riwayat keluarga dengan kanker \n Adanya riwayat tes pap smear yang abnormal sebelumnya. \n \n\n Faktor risiko kanker serviks diatas penting untuk sahabat hermina ketahui supaya kedepannya sahabat hermina dapat lebih berhati-hati dan bila perlu rutin untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk melakukan deteksi dini menghindari keterlambatan penanganan kanker. \n\n \n\n Gejala Kanker Serviks \n\n Gejala kanker serviks akan muncul saat tumor sudah tumbuh dan kemudian dapat mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat. \n\n Berikut ini gejala kanker serviks yang perlu sahabat hermina waspadai: \n\n \n Perdarahan di antara periode menstruasi, setelah hubungan, atau setelah menopause dapat menjadi gejala awal kanker serviks. \n Siklus menstruasi yang tidak teratur atau perdarahan yang lebih berat atau lebih lama juga termasuk tanda-tandanya. \n Keputihan yang berubah warna, bau, atau konsistensi, terutama jika keluar bersama darah. \n Nyeri di daerah panggul atau punggung bagian bawah dapat terjadi ketika kanker telah menyebar ke jaringan atau organ di sekitarnya. \n Rasa sakit atau ketidaknyamanan saat berhubungan seksual (dispareunia) bisa menjadi tanda kanker, terutama jika telah mencapai tahap lebih lanjut. \n Pada tahap lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelelahan yang berlebihan dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas dapat terjadi. \n \n\n \n\n Jika sahabat hermina memiliki beberapa gejala atau keluhan yang menunjukan gejala yang mengarah pada kanker serviks jangan takut untuk diperiksakan secepat mungkin, agar mendapatkan penanganan dan pengobatan dengan tepat, sehingga bahayanya dapat di minimalisir. \n\n \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Risiko Tinggi pada Ibu Hamil<\/a><\/h3>
Kehamilan adalah sesuatu hal yang sangat istimewa dan ditunggu oleh pasangan suami istri yang menginginkan buah hati, tetapi kehamilan juga memiliki beberapa risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan. Meskipun banyak kehamilan berjalan lancar, beberapa ibu hamil menghadapi risiko tinggi yang memerlukan perhatian medis khusus. Kehamilan dengan risiko tinggi adalah kondisi di mana ibu hamil atau janinnya berpotensi mengalami komplikasi yang lebih tinggi dari kehamilan biasa.Maka dari itu sangat penting bagi ibu untuk mengetahui risiko-risiko agar dapat memastikan kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan. \n\n Kehamilan yang memiliki resiko lebih besar untuk terjadinya : \n\n \n Komplikasi \n Meninggalnya bayi / ibu \n Melahirkan bayi yang cacat \n \n\n Kemudian untuk hal-hal yang bisa terjadi apabila memiliki risiko tinggi pada kehamilan meliputi : \n\n \n Bayi lahir belum cukup bulan (prematur). \n Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) \n Keguguran (abortus). \n Persalinan tidak lancar / macet. \n Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan. \n Janin mati di dalam kandungan. \n Ibu hamil / ibu bersalin meninggal dunia. \n Keracunan kehamilan / kejang-kejang. \n \n\n Faktor-faktor yang berpengaruh risiko tinggi pada kehamilan . \n\n \n Usia ibu saat hamil <20 th atau >35 th. \n Anak lebih dari 4 (terlalu banyak anak/ terlalu sering melahirkan). \n Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari dua tahun (terlalu dekat jarak kehamilan) atau lebih dari 10 tahun (terlalu lama). \n Tinggi badan kurang dari 145 cm. \n Ibu yang terlalu kurus (berat badan kurang dari 33 kg/lingkar lengan atas kurang dari 23, 5 cm) ataupun terlalu gemuk (obesitas). \n Bentuk panggul ibu yang tidak normal (terlalu sempit). \n Sering terjadi keguguran sebelumnya. \n Ada kesulitan pada kehamilan / persalinan yang lalu. \n Ibu hamil dengan penyakit penyerta (misalnya:kencing manis,darah tinggi, asma, dll ). \n Kebiasaan ibu (merokok, alkohol, dan obat-obatan). \n Infeksi virus sebelum/selama kehamilan. \n \n\n Tanda dan bahaya hamil risiko tinggi. \n\n \n Pendarahan. \n Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan kejang. \n Demam / panas tinggi. \n Keluar air ketuban sebelum waktunya. \n Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak. \n Ibu muntah terus dan tidak mau makan. \n \n\n Kehamilan dengan risiko tinggi memerlukan perhatian medis yang lebih intensif. Pemantauan yang lebih sering, perawatan yang lebih hati-hati, dan manajemen yang cermat dari faktor risiko adalah penting untuk meminimalkan risiko komplikasi dan memastikan keberhasilan kelahiran yang sehat bagi ibu dan bayinya. Untuk Sahabat Hermina yang mengalami atau merupakan hamil risiko tinggi, bisa langsung di konsultasikan rutin dengan spesialis kebidanan dan kandungan di RS Hermina Purwokerto. \n\n Akses pendaftaran bisa melalui 4 cara berikut ini: \n1. Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n2. Hubungi Call Center 1500488 \n3. Melalui website -> www.herminahospitals.com \n4. Melalui aplikasi Halodoc \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Berapa Banyak Olahraga yang Kita Perlukan untuk Menjaga Kesehatan?<\/a><\/h3>
Apakah Anda melakukan aktivitas fisik yang memacu jantung (aerobik) setidaknya 150 menit (2,5 jam) per minggu? Jika tidak, Anda tidak sendirian. Hanya sekitar satu dari lima orang dewasa dan remaja yang secara optimal berolahraga (150 menit per minggu) untuk menjaga kesehatan. Menjadi lebih aktif dapat membantu semua orang berpikir, merasa dan tidur lebih baik serta melakukan tugas sehari-hari dengan lebih mudah. Dan jika Anda adalah orang yang tidak banyak bergerak, maka mulailah dengan mengurangi aktivitas duduk. \n\n Saat ini sudah ada pedoman terkait rekomendasi aktivitas fisik yang didasarkan pada bukti ilmiah terbaru yang mendukung hubungannya dengan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan, termasuk pencegahan penyakit, dan kualitas hidup. Adapun rekomendasinya sebagai berikut: \n\n \n\n Rekomendasi untuk Dewasa \n\n • Lakukan setidaknya 150 menit per minggu aktivitas aerobik intensitas sedang atau 75 menit per minggu aktivitas aerobik intensitas berat, atau kombinasi keduanya, sebaiknya dilakukan sepanjang minggu, misalnya dibagi dalam beberapa hari. \n\n • Tambahkan aktivitas penguatan otot dengan intensitas sedang hingga tinggi (seperti resistensi atau angkat beban) setidaknya 2 hari per minggu. \n\n • Menghabiskan lebih sedikit waktu untuk duduk. Bahkan aktivitas dengan intensitas ringan pun dapat mengimbangi beberapa risiko yang dapat muncul akibat tidak banyak bergerak. \n\n • Dapatkan lebih banyak lagi manfaat dengan aktif minimal 300 menit (5 jam) per minggu. \n\n • Tingkatkan jumlah dan intensitas secara bertahap seiring berjalannya waktu. \n\n \n\n Rekomendasi untuk Anak-Anak \n\n • Anak usia 3-5 tahun harus aktif secara fisik dan mempunyai banyak kesempatan untuk bergerak sepanjang hari. \n\n • Anak usia 6-17 tahun harus melakukan aktivitas fisik intensitas sedang hingga berat setidaknya 60 menit per hari, sebagian besar aerobik. \n\n • Sertakan aktivitas dengan intensitas tinggi setidaknya 3 hari per minggu. \n\n • Sertakan aktivitas penguatan otot dan tulang (menahan beban/angkat beban) setidaknya 3 hari dalam seminggu. \n\n • Tingkatkan jumlah dan intensitas secara bertahap seiring berjalannya waktu. \n\n \n\n Apa itu intensitas? \n\n Aktivitas fisik adalah segala sesuatu yang menggerakkan tubuh dan membakar kalori. Ini termasuk hal-hal seperti berjalan, menaiki tangga, dan melakukan peregangan. \n\n Aktivitas aerobik (atau “kardio”) meningkatkan detak jantung Anda dan bermanfaat bagi jantung Anda dengan meningkatkan kebugaran kardiorespirasi. Jika dilakukan dengan intensitas sedang, jantung Anda akan berdetak lebih cepat dan Anda akan bernapas lebih berat dari biasanya, namun Anda tetap dapat berbicara. \n\n Contoh aktivitas aerobik intensitas sedang: \n\n • jalan cepat (setidaknya 4 km per jam) \n\n • aktivitas aerobik dalam air \n\n • dansa \n\n • berkebun \n\n • tenis (ganda) \n\n • bersepeda lebih lambat dari 16 km per jam \n\n Aktivitas intensitas tinggi akan mempekerjakan tubuh Anda dengan lebih berat. Mereka akan membutuhkan usaha yang lebih besar. Anda mungkin akan merasa panas dan mulai berkeringat. Anda tidak akan bisa berbicara banyak tanpa kehabisan napas. \n\n Contoh aktivitas aerobik intensitas berat: \n\n • mendaki bukit atau dengan ransel yang berat \n\n •berlari \n\n • berenang beberapa putaran \n\n • menari aerobik \n\n • Pekerjaan pekarangan yang berat seperti menggali atau mencangkul terus-menerus \n\n • tenis (tunggal) \n\n • bersepeda 16 km per jam atau lebih cepat \n\n • lompat tali \n\n Intensitas juga dapat diketahui dengan mengukur denyut jantung saat berolah raga/aktivitas fisik. Frekuensi denyut jantung tertentu akan menggambarkan tingkat intensitas dari aktivitas fisik yang dilakukan. \n\n \n\n Bagaimana jika saya baru mulai aktif? \n\n Jangan khawatir jika Anda belum bisa mencapai 150 menit per minggu. Setiap orang harus mulai di suatu tempat. Sekalipun Anda sudah bertahun-tahun tidak aktif bergerak, tidak ada kata terlambat untuk mulai melakkan perubahan sehat dalam hidup Anda. Tetapkan tujuan yang dapat dicapai untuk hari ini. Anda dapat meningkatkan jumlah yang disarankan dengan menambah waktu seiring bertambahnya kekuatan. Jangan biarkan pemikiran “semua atau tidak sama sekali” menghalangi Anda melakukan apa yang Anda bisa setiap hari. \n\n Cara paling sederhana untuk bergerak dan meningkatkan kesehatan Anda adalah dengan mulai berjalan kaki. Gratis, mudah, dan dapat dilakukan di mana saja, bahkan bisa berjalan di tempat. \n\n Jumlah gerakan berapa pun lebih baik daripada tidak sama sekali. Dan Anda dapat membaginya menjadi beberapa aktivitas singkat sepanjang hari. Jalan cepat selama lima atau sepuluh menit beberapa kali sehari sudah cukup. \n\n Jika Anda memiliki kondisi kronis atau kecacatan, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan Anda tentang jenis dan jumlah aktivitas fisik yang tepat untuk Anda sebelum melakukan terlalu banyak perubahan. Namun Anda dapat memulainya hari ini hanya dengan mengurangi duduk dan lebih banyak bergerak, apa pun yang Anda ingin lakukan. \n\n \n\n Kesimpulannya: Bergeraklah lebih banyak, secara bertahap dengan intensitas lebih tinggi, dan kurangi duduk. \n\n Banyak penelitian-penelitian skala besar, yang menemukan hubungan antara kebiasaan hidup yang tidak aktif dan terlalu banyak duduk dengan risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, kanker usus besar dan paru-paru, serta kematian lebih dini. \n\n Terbukti bahwa menjadi lebih aktif memberikan manfaat bagi semua orang dan membantu kita hidup lebih lama dan lebih sehat. \n\n Berikut beberapa keuntungan utama dari olah raga dan aktivitas fisik : \n\n • Menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, demensia dan Alzheimer, beberapa jenis kanker, dan beberapa komplikasi kehamilan \n\n • Tidur yang lebih baik, termasuk perbaikan pada insomnia dan apnea tidur obstruktif \n\n • Peningkatan kognisi, termasuk memori, perhatian dan kecepatan pemrosesan \n\n • Berkurangnya penambahan berat badan, obesitas dan kondisi kesehatan kronis terkait \n\n • Kesehatan dan keseimbangan tulang yang lebih baik, dengan risiko cedera akibat jatuh yang lebih kecil \n\n • Lebih sedikit gejala depresi dan kecemasan \n\n • Kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih baik \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Langkah Cegah Skoliosis, Menjaga Punggung Tetap Sehat<\/a><\/h3>
Skoliosis merupakan kelainan pada tulang belakang yang dapat mengubah postur tubuh penderitanya. Jika dilihat dari belakang, tulang belakang pada skoliosis akan berbentuk seperti huruf “C” atau “S”. Skoliosis dapat mempengaruhi dari segala usia, mulai dari bayi hingga orang dewasa. Lantas, bagaimana cara mencegah skoliosis? Mari, simak penjelasan lengkap pada artikel berikut. \n\n \n\n Pengertian Skoliosis \n\n Berdasarkan definisi, Kata Skoliosis berasal dari bahasa Yunani skoliosis yang berarti bengkok. Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang berupa lengkungan ke samping/ lateral. Jika dilihat dari belakang, tulang belakang pada skoliosis akan berbentuk seperti huruf “C” atau “S”. \n\n Pengidap skoliosis dewasa jika tulang belakang melengkung semakin parah akan merasakan sulitnya bernapas, timbulnya rasa nyeri, serta kelainan bentuk pada tulang belakang. Jika terus dibiarkan, mungkin saja kelumpuhan dapat terjadi. Maka dari itu, penanganan perlu dilakukan segera saat masalahnya masih dalam tahap ringan untuk mencegah berbagai komplikasi yang dapat membahayakan. \n\n \n\n Faktor Risiko Skoliosis \n\n Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti dari skoliosis tidak dapat diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risikonya, yaitu: \n\n \n Usia. Meski bisa terjadi pada usia berapa pun, kelainan tulang belakang ini lebih umum terjadi pada anak-anak, remaja, dan lansia. \n Jenis kelamin. Dibanding anak laki-laki, risiko pengembangan penyakit skoliosis lebih buruk pada anak perempuan. \n Riwayat kesehatan keluarga. Meski jarang, memiliki anggota keluarga dengan riwayat skoliosis dapat meningkatkan risiko. \n \n\n \n\n Penyebab Skoliosis \n\n Kebanyakan kasus skoliosis tidak diketahui penyebabnya, yang disebut juga dengan skoliosis idiopatik. Masalah ini tidak dapat dicegah dan dianggap tidak berhubungan dengan beberapa hal lainnya, seperti postur tubuh yang buruk, dampak dari olahraga serta diet. Namun, faktor keturunan atau gen dapat membuat seseorang lebih rentan untuk mengalaminya. Selain skoliosis idiopatik, berikut ini beberapa penyebab dari masalah tulang ini: \n\n \n Skoliosis degeneratif. Penyebab ini terjadi karena adanya kerusakan bagian tulang belakang dan sering terjadi pada orang dewasa seiring bertambahnya usia. \n Skoliosis idiopatik. Pada kasus idiopatik kali ini, terjadi karena faktor genetika. \n Skoliosis kongenital. Penyebab kongenital terjadi karena tulang belakang yang tidak tumbuh dengan normal pada saat bayi didalam kandungan. \n \n\n \n\n Gejala Skoliosis \n\n Jika lengkungan dari skoliosis semakin parah, tulang belakang juga dapat mengalami berputar atau melintir, selain melengkung ke satu sisi ke sisi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan tulang rusuk di satu sisi tubuh lebih menonjol dibanding sisi lainnya. \n\n Gejala skoliosis lainnya yang dapat dilihat dari adanya perubahan penampilan pada bagian dada, pinggul dan bahu, seperti: \n\n \n Condong ke satu sisi. \n Salah satu bagian bahu akan terlihat lebih tinggi. \n Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol. \n Adanya tonjolan pada salah satu bagian pinggul. \n Nyeri punggung bawah. \n Kekakuan punggung. \n Nyeri dan mati rasa di kaki Anda (karena saraf terjepit). \n Kelelahan karena ketegangan otot. \n \n\n \n\n Untuk memastikan diagnosis skoliosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan riwayat penyakit yang dimiliki. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, dengan meminta pengidap untuk berdiri atau membungkuk, serta memeriksa kondisi saraf. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan rontgen dan CT-SCAN untuk mengetahui adanya skoliosis dan tingkat keparahan lengkungan tulang belakang yang dialami. \n\n Bagi sahabat hermina yang mengalami gejala skoliosis dapat melakukan konsultasi pada dokter spesialis ortopedi di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter dapat melalui mobile aplikasi HALO HERMINA, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com. \n\n Sehat Bersama Hermina \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Hidrosefalus Pada Bayi<\/a><\/h3>
Hidrosefalus merupakan kondisi di mana terdapat penumpukan cairan dalam rongga otak yang berlebihan sehingga menyebabkan tekanan di dalam kepala meningkat. Hidrosefalus yang terjadi pada bayi dapat mengakibatkan ukuran kepala membesar. Dalam keadaan normal, memang terdapat cairan otak yang mengisi ruangan-ruangan (ventrikel) di dalam otak. \n\n Cairan dalam rongga otak yang dimaksud bernama cairan serebrospinal, yaitu cairan bening dan tidak berwarna yang mengalir di dalam serta sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Cairan ini berfungsi untuk menjaga otak tetap mengambang di rongga kepala, menjadi bantalan dan melindungi otak dari benturan, menjaga keseimbangan tekanan di dalam otak, serta membuang produk sisa metabolisme otak. \n\n Penumpukan cairan serebrospinal yang berlebihan dapat disebabkan oleh tidak seimbangnya produksi cairan serebrospinal dengan penyerapan kembali cairan tersebut, misalnya karena terdapat sumbatan pada saluran cairan otak, penyerapan yang tidak maksimal, atau produksi yang berlebihan. Padahal, peningkatan tekanan di dalam kepala yang terlalu tinggi akibat hidrosefalus dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak dam menghambat pembentukan sel saraf baru, yang nantinya dapat mengganggu tumbuh kembang anak; serta dapat menimbulkan berbagai macam gangguan fungsi otak lainnya, bahkan kematian. \n\n \n\n Jenis Hidrosefalus \n\n \n Hidrosefalus Kongenital \n \n\n Jenis ini merupakan kelainan bawaan yang terjadi karena gangguan di dalam kandungan. Hal macam ini bisa terjadi karena gangguan yang dialami sang ibu saat hamil. Misalnya sang ibu terkena infeksi toksoplasma, kekurangan asam folat, atau beberapa sebab lainnya. \n\n \n Hidrosefalus Didapat (Acquired Hydrocephalus) \n \n\n Terjadi karena gangguan di otak, misalnya karena stroke, radang selaput otak, atau tumor otak. Penyakit tersebut menyebabkan terganggunya sirkulasi atau penyerapan cairan otak sehingga hidrosefalus dapat terjadi. \n\n \n\n Penyebab Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi pada bayi umumnya akibat infeksi saat kehamilan. Infeksi tersebut disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis, atau toksoplasma. Sementara itu, hidrosefalus yang baru terjadi setelah lahir (acquired hydrocephalus) umumnya disebabkan karena penyakit di otak yang menimbulkan gangguan sirkulasi cairan otak. Misalnya karena perdarahan otak, tumor otak, radang otak atau radang selaput otak. \n\n \n\n Diagnosis Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi akibat infeksi dalam kehamilan ibu sebenarnya dapat dideteksi sejak bayi masih dalam kandungan, yaitu dengan pemeriksaan USG. Sementara itu, saat bayi lahir, hidrosefalus mulai dapat diduga saat dilakukan pengukuran lingkar kepala bayi. \n\n Bayi yang mengalami hidrosefalus memiliki lingkar kepala yang lebih besar dibandingkan bayi lain seusianya. Untuk memastikan adanya hidrosefalus, biasanya diperlukan pemeriksaan CT-scan otak. Pada beberapa kasus, MRI juga diperlukan untuk mengetahui penyebab terjadinya hidrosefalus. \n\n \n\n Gejala Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi saat bayi baru lahir biasanya dapat menunjukkan gejala berupa: \n\n \n Bayi terlihat mengantuk terus atau kurang responsif terhadap kondisi di sekitarnya. \n Kaki dan tangan berkontraksi terus sehingga terlihat kaku dan sulit digerakkan. \n Bayi mengalami keterlambatan perkembangan, misalnya umur 6 bulan belum bisa tengkurap, atau umur 9 bulan belum bisa duduk. \n Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah besar setiap saat dibandingkan anak seusianya. \n Kulit kepala bayi tipis, dan pembuluh darahnya dapat terlihat dengan jelas. \n Napas tidak teratur. \n Mengalami kejang berulang. \n \n\n \n\n Pencegahan Hidrosefalus \n\n Pencegahan hidrosefalus dimulai sejak dalam kehamilan. Ibu hamil harus melakukan kontrol berkala agar bila ada infeksi virus, dapat diketahui dan ditangani segera. Pastikan bahwa ibu hamil, bayi, dan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap sesuai dengan jadwal pemerintah. Beberapa penyebab hidrosefalus seperti infeksi rubella, radang selaput otak, dan radang otak dapat dicegah dengan imunisasi. \n\n Konsultasi kesehatan secara rutin di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile Aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Yogya<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Akibat Kehilangan Gigi dan Tanpa Digantikan Gigi Tiruan<\/a><\/h3>
\n Akibat Kehilangan Gigi dan Tanpa Digantikan Gigi Tiruan \n\n Gigi memiliki fungsi penting untuk kehidupan manusia dalam hal estetis, pengunyahan (mastikasi) serta fungsi bicara (fonasi). Kehilangan sebagian gigi atau bahkan seluruh gigi dapat mengakibatkan berkurang atau hilangnya fungsi-fungsi tersebut. \n\n Untuk menggantikan fungsi yang hilang tersebut seseorang dapat menggunakan gigi tiruan (gigi palsu) yang dibuatkan oleh seorang dokter gigi. Penggunaan gigi tiruan ini sangat penting karena kehilangan gigi dalam mulut jika dibiarkan begitu saja lama kelamaan dapat berpotensi menimbulkan dampak buruk pada keadaan gigi lainnya. \n\n Kehilangan gigi terkadang diangap biasa saja oleh beberapa orang padahal jika ada gigi yang hilang maka fungsi dari gigi itu sendiri tidak dapat berjalan secara maksimal dan dapat mengganggu kesehatan tubuh seseorang. Kehilangan satu gigi juga disebut sebagai salah satu kecacatan. Faktor yang menyebabkan kehilangan gigi seseorang adalah sebagai berikut : \n\n \n Gigi tercabut / tanggal, \n Karena kerusakan gigi/ karies \n Karena kerusakan jaringan pendukung gigi/ mobiliti \n Kecelakaan / trauma \n \n\n GANGGUAN AKIBAT KEHILANGAN GIGI \n\n Mengubah Susunan Gigi Geligi ( migrasi dan rotasi) \n\n Kehilangan gigi menyebabkan adanya ruang kosong pada rahang bekas gigi yang hilang. Hal tersebut dapat membuat gigi-gigi tetangganya bergerak (migrasi) menempati ruang kosong tersebut. Perpindahan tersebut dapat disertai perputaran gigi (rotasi) atau perubahan kemiringan gigi. Hal ini menyebabkan susunan gigi menjadi tidak teratur dan tampak tidak estetis akibat gigi terlihat miring atau renggang satu sama lain. \n\n Erupsi berlebih/Gigi turun (over eruption) \n\n Apabila gigi di salah satu rahang hilang maka gigi yang menjadi antagonisnya di rahang yang lain tidak mempunyai titik kontak dengan apapun. Hal tersebut dapat menyebabkan gigi mengalami erupsi (pergerakan gigi keluar dari socketnya) atau disebut juga esktrusi. \n\n Efek pada Kebersihan Mulut \n\n Perubahan posisi gigi sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya dapat membuat ruang-ruang kecil diantara gigi. Ruang-ruang tersebut berpotensi ditempati sisa makanan dan terkadang lebih sulit dibersihkan sehingga dapat menurunkan kebersihan mulut dan memperbesar potensi terbentuknya gigi berlubang dan karang gigi. Selain itu, seseorang yang kehilangan gigi pada salah satu sisi rahang cenderung menggunakan sisi rahang sebelahnya untuk mengunyah. Pengunyahan hanya di satu sisi ini meningkatkan potensi terbentuknya karang gigi di sisi rahang yang tidak digunakan. \n\n Penurunan efisiensi kunyah \n\n Kehilangan banyak gigi di bagian belakang (gigi geraham) akan membuat berkurang atau hilangnya fungsi pengunyahan. Penurunan efisiensi pengunyahan tersebut akan berdampak pada tidak sempurnanya proses pencernaan makanan yang masuk ke dalam tubuh. Hal tersebut tentu mempengaruhi \n \n\n penyerapan gizi dari makanan yang dikonsumsi dan dapat berefek sitemik pada tubuh seseorang dalam jangka panjang. \n\n Gangguan pada sendi rahang (temporo mandibula) \n\n Kehilangan gigi bagian belakang (posterior) dapat menyebabkan hilangyna kontak pengunyahan sekaligus dimensi vertikal gigi yang normal. Kontak pengunyahan yang tidak tepat tersebut berefek pula pada pergerakan sendi rahang (temporomandibular) yang merupakan sendi utama dalam fungsi pengunyahan. \n\n Beban berlebih pada salah satu gigi \n\n Bila ada gigi yang hilang maka beban pengunyahan akan dialihkan kepada gigi yang lainnya yang tersisa. Hal ini bisa saja mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi (periodontal) dari gigi yang masih ada akibat kelebihan beban pengunyahan. Kerusakan tersebut dapat berujung pada kegoyahan gigi akibat tulang pendukung gigi yang terus berkurang karena tekanan pada gigi yang terlalu besar. \n\n Kelainan bicara dan penampilan \n\n Kehilangan gigi di terutama di bagian depan (anterior) dapat menyebabkan terganggunya fungsi bicara (fonasi). Hal tersebut karena pengucapan beberapa huruf membutuhkan kontak lidah dengan gigi depan. Selain itu, kehilangan gigi depan tentu mempengaruhi penampilan seseorang sehingga terlihat tidak menarik. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi rasa percaya diri seseorang untuk bergaul dengan lingkungannya. \n\n Demikian beberapa dampak buruk kehilangan gigi, untuk mencegah beberapa dampak tersebut disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi terdekat apabila ada gigi anda yang sudah hilang/dicabut agar dapat digantikan dengan gigi tiruan/palsu yang cocok dengan kondisi anda. Selain itu, jika memang gigi yang bermasalah masih bisa dipertahankan dengan cara ditambal atau dirawat saluran akar, maka sebaiknya gigi tersebut tidak langsung dilakukan pencabutan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 08 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Pertusis: Penyakit yang Perlu Diwaspadai<\/a><\/h3>
\n\n Pertusis, yang juga dikenal sebagai batuk rejan atau whooping cough, adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Meskipun telah ada vaksin untuk pertusis, penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di beberapa bagian dunia. Untuk lebih memahami pertusis, mari kita lihat lebih dekat penyebab, gejala, penyebaran, pengobatan, dan upaya pencegahan. \n\n Penyebab Pertusis \n\n Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Bakteri ini menyerang saluran pernapasan bagian atas, menyebabkan peradangan dan menghasilkan racun yang menyebabkan gejala khas penyakit ini. Pertusis sangat menular dan dapat menyebar melalui tetesan kecil yang dilepaskan ke udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. \n\n Gejala Pertusis \n\n Gejala pertusis dapat berkembang dengan lambat dan seringkali mirip dengan gejala pilek ringan pada awalnya. Gejala umumnya termasuk batuk kering, hidung tersumbat, dan bersin-bersin. Namun, setelah beberapa minggu, batuk menjadi lebih parah dan disertai dengan serangan batuk yang kuat dan berulang, yang bisa membuat sulit bernapas. Ketika seseorang mencoba mengambil napas setelah serangan batuk, dapat terjadi suara "whoop" yang khas, sehingga penyakit ini juga dikenal sebagai "whooping cough." \n\n Penyebaran Pertusis \n\n Pertusis menyebar dengan cepat melalui tetesan kecil yang dilepaskan ke udara saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Penyebaran ini terutama rentan pada bayi dan anak-anak kecil yang belum mendapatkan dosis lengkap vaksin. Pertusis dapat menyebar dengan mudah dalam keluarga, sekolah, atau komunitas yang padat penduduk. \n\n Pengobatan Pertusis \n\n Pengobatan pertusis biasanya melibatkan antibiotik, seperti azitromisin atau eritromisin. Pengobatan ini lebih efektif jika dimulai pada tahap awal penyakit sebelum gejala yang parah muncul. Meskipun antibiotik dapat membantu mengurangi durasi dan keparahan penyakit, serangan batuk dapat tetap berlanjut selama beberapa minggu. \n\n Pencegahan Pertusis \n\n Vaksinasi adalah cara terbaik untuk mencegah pertusis. Vaksin DTP (difteri, tetanus, dan pertusis) atau DTaP (difteri, tetanus, dan pertusis versi termodifikasi untuk anak-anak) biasanya diberikan selama masa kanak-kanak sebagai bagian dari jadwal imunisasi rutin. Imunisasi ini membantu melindungi anak-anak dari penyakit dan mencegah penyebaran infeksi ke orang lain. \n\n Selain vaksinasi, langkah-langkah kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan dengan sabun dan air, dapat membantu mengurangi risiko penyebaran pertusis. Orang yang didiagnosis dengan pertusis sebaiknya menghindari kontak dengan bayi dan orang-orang yang rentan terhadap penyakit ini. \n\n Kesimpulan \n\n Pertusis, meskipun telah dikendalikan dengan vaksinasi, tetap menjadi masalah kesehatan yang perlu diwaspadai. Mengenali gejala awal, mendapatkan perawatan yang tepat, dan menjalani vaksinasi sesuai jadwal dapat membantu melindungi diri sendiri dan masyarakat dari dampak yang serius akibat penyakit ini. Penting untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya vaksinasi dan tindakan pencegahan lainnya guna mengurangi angka kasus pertusis di seluruh dunia. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 08 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>