- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 26 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Dislipidemia dan Cara Pencegahannya<\/a><\/h3>
Dislipidemia merupakan kondisi medis yang mempengaruhi kadar lemak dalam tubuh, yaitu kondisi di mana kadar lemak dalam darah meningkat atau turun. Hal ini beresiko menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Dislipidemia tidak menimbulkan gejala dan biasanya baru terdeteksi saat pemeriksaan darah atau medical check-up. \n\n Definisi Dislipidemia \n\n Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan kadar komponen lipid / fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol dan atau trigliserida atau penurunan kadar high-density lipoprotein (HDL). Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (>240mg/dl), kolesterol LDL(>160 mg/dl), kenaikan kadar trigliserida (>200 mg/dl) serta penurunan kadar HDL. \n\n \n\n Penyebab dan Bahaya Dislipidemia \n\n Berdasarkan penyebabnya, dislipidemia dibedakan menjadi 2 tipe, yakni dislipidemia primer dan sekunder. Dislipidemia primer diturunkan dari orang tua ke anak, sedangkan dislipidemia sekunder disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat atau penyakit tertentu misalnya sindroma nefrotik atau hipotiroid. Beberapa kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko dislipidemia adalah: \n\n \n Jarang berolahraga \n Sering mengonsumsi alkohol \n Merokok \n Sering mengongsumsi makanan tinggi gula atau lemak jenuh, seperti daging berlemak, keju, gorengan, dan mentega \n \n\n Sementara itu, kondisi yang bisa meningkatkan risiko dislipidemia adalah: \n\n \n Penyakit hati, sindrom metabolik, penyakit jantung, diabetes yang tidak terkontrol, dan hipotiroid \n Berat badan berlebih atau obesitas \n Penyakit ginjal, seperti batu ginjal dan gagal ginjal \n Konsumsi obat penurun tekanan darah golongan beta blocker, kortikosteroid, diuretik, pengobatan HIV, atau pil KB \n \n\n Kolesterol yang terlalu banyak jumlahnya dapat menumpuk di dinding pembuluh darah arteri dan membentuk plak (aterosklerosis). Akibatnya, aliran darah di dalam tubuh termasuk ke jantung dan otak, jadi terganggu. Hal tersebut dapat menimbulkan sejumlah penyakit, seperti stroke, tekanan darah tinggi, serangan jantung dan penyakit jantung koroner. \n\n \n\n Gejala Dislipidemia \n\n Beberapa orang yang menderita Dislipidemia tidak menunjukkan gejala atau tanda tertentu. Biasanya seseorang baru diketahui memiliki kadar kolesterol jahat yang tinggi setelah menjalani pemeriksaan atau evaluasi karena penyakit kardiovaskular. Karena itu, gejala yang terdeteksi kerap berkaitan dengan masalah kardiovaskular, seperti: \n\n \n \n Nyeri dada \n \n \n Berkeringat dingin \n \n \n Sesak napas \n \n \n Gejala pembuluh darah tersumbat seperti gejala stroke \n \n \n\n \n\n Penanganan Dislipidemia \n\n Kondisi dislipidemia perlu dideteksi melalui pemeriksaan ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah untuk menilai kadar lemak darah. Jika Sahabat Hermina terdiagnosis menderita dislipidemia, beberapa cara berikut ini dapat dilakukan untuk mengurangi kadar lemak darah: \n\n 1. Mengonsumsi obat \n\n Obat-obatan diberikan jika kadar satu atau lebih kolesterol sudah mencapai tingkat yang parah, yaitu: \n\n \n \n Kadar kolesterol LDL lebih dari 190 mg/dL \n \n \n Kadar kolesterol HDL kurang dari 40 mg/dL pada pria atau 50 mg/dL pada wanita \n \n \n Kadar trigliserida lebih dari 200 mg/dL \n \n \n\n Dokter juga bisa saja memberikan obat meski kadar kolesterol darah pasien belum di tingkat yang parah. Biasanya ini dilakukan karena pasien menderita kondisi tertentu, seperti diabetes atau penyakit jantung. Namun secara umum, kadar kolesterol darah yang belum terlalu tinggi dapat ditangani dengan menjalani gaya hidup sehat. \n\n 2. Diet \n\n Diet untuk menurunkan berat badan kerap dipilih sebagai langkah untuk menurunkan kadar kolesterol LDL. Ketika menjalani diet, pasien harus membatasi asupan makanan yang mengandung banyak lemak jenuh, seperti keju, mentega, gorengan, dan daging berlemak. Membatasi asupan kolesterol bukan berarti pantang lemak sama sekali karena kolesterol atau lemak juga sangat diperlukan tubuh sebagai sumber hormon, vitamin D, pembawa vitamin -vitamin yang larut lemak, dsb. \n\n Beberapa jenis makanan, seperti alpukat, gandum utuh, bawang, buah dan sayur yang kaya serat, serta makanan yang mengandung omega-3, dapat menjadi asupan yang baik untuk membantu mengurangi kadar kolesterol LDL. \n\n 3. Rutin berolahraga \n\n Rutin berolahraga dapat mengembalikan kadar kolesterol darah ke tingkat normal. Olahraga rutin selama 20–30 menit, yang dilakukan 5 kali dalam seminggu, dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol jahat, serta meningkatkan kolesterol baik. Olahraga yang bisa dipilih antara lain adalah jogging, renang, atau bersepeda. \n\n 4. Tidak merokok \n\n Berhenti merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol baik atau HDL hingga 5–10%. Selain berhenti merokok, membatasi asupan alkohol juga dapat membantu mengurangi kadar kolesterol dalam darah. \n\n \n\n Pencegahan Dislipidemia \n\n Cara mencegah dislipidemia mirip dengan penanganannya. Jika ada faktor genetik, paling tidak cara ini bisa meminimalkan risiko komplikasi akibat tingginya kadar kolesterol jahat. \n\n \n Menerapkan pola makan gizi seimbang \n Menjaga berat badan yang ideal sesuai dengan batas indeks massa tubuh \n Menjalani gaya hidup sehat dan aktif \n Berhenti merokok atau menjauhi asap rokok \n Mengendalikan stres \n \n\n Sebaiknya Sahabat Hermina rutin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di RSU Hermina Pandanaran. Dokter akan memberitahukan pola diet, jenis olahraga, serta obat yang tepat untuk menurunkan kadar kolesterol, sesuai dengan kondisi kesehatan Sahabat Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 26 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Jangan Anggap Remeh, Simak Penyebab Pendarahan Otak yang Sering Diabaikan<\/a><\/h3>
Pendarahan otak merupakan masalah medis darurat yang perlu segera ditangani. Pendarahan pada otak pada dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, kecuali pada seseorang yang mengalami kecelakaan. Gejala awal yang muncul biasanya seperti sakit kepala atau kebas di beberapa bagian tubuh seperti kebas pada kaki, tangan, atau wajah yang bisa terjadi dan sering diabaikan oleh banyak orang. \n\n Pendarahan otak bisa terjadi di bagian otak mana pun, seperti di dalam otak, di antara otak dan selaput yang menutupinya, atau antara tengkorak dan selaput otak. Lantas, faktor apa saja yang bisa menyebabkan pendarahan otak? Ketahui penyebabnya supaya Sahabat Hermina lebih waspada. \n\n \n\n Faktor Penyebab Pendarahan Otak \n\n Trauma kepala sering menjadi penyebab terjadinya pendarahan otak. Kendati demikian, ada berbagai kondisi medis yang juga bisa menyebabkan pendarahan otak. Faktor penyebab pendarahan otak yang perlu diwaspadai adalah trauma kepala. \n\n Trauma kepala merupakan penyebab tersering pendarahan otak, terutama sering terjadi pada usia dewasa muda dimana mobilitasnya tinggi (misal kecelakaan lalu lintas, benturan saat olahraga, perkelahian, dll) \n\n Stroke pendarahan juga dapat terjadi karena faktor risiko lain seperti usia, hipertensi, merokok, diabetes melitus, konsumsi alkohol, malformasi vaskular (gangguan pada struktur atau anatomi pembuluh darah) sehingga rentan terjadi , tumor otak, angiopati amiloid, dan gagal ginjal. \n\n \n\n Gejala Pendarahan Otak \n\n Gejala pendarahan otak dapat bermacam-macam, tergantung pada lokasi pendarahan, tingkat keparahan pendarahan dan jumlah jaringan yang terkena. Perkembangan gejala cenderung terjadi secara tiba-tiba sehingga berisiko cepat memburuk. Gejala pada pendarahan otak tentunya berbeda dengan akibat penyakit yg lain seperti stroke infark/iskemia atau tumor intrakranial. \n\n Pendarahan otak dapat terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial yang akut / tiba-tiba selain dapat mengakibatkan defisit neurologis fokal (lemah anggota gerak, wajah perot, pelo, gangguan penglihatan, dll). Akibat peningkatan TIK (tergantung dari volume perdarahan) secara tiba-tiba dapat mengakibatkan gejala klinis seperti nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran, kaku kuduk, muntah profus, dan kejang. Oleh sebab itu, penting untuk mengenali tanda-tanda pendarahan otak supaya bisa segera mendapat perawatan yang tepat. \n\n Perlu diingat bahwa banyak gejala di atas bisa disebabkan oleh kondisi selain pendarahan otak. Itu sebabnya, segera cari bantuan medis untuk mendapat diagnosis yang tepat. Setelah menemui dokter, mereka akan menentukan bagian otak mana yang terpengaruh berdasarkan gejala yang dialami. Dokter perlu melakukan tes untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya, seperti CT Scan untuk mencari letak dan penyebab pendarahan. \n\n Mengingat pendarahan otak merupakan kondisi yang serius, penting untuk mengontrol berbagai faktor risiko pemicunya. Bila sahabat hermina punya riwayat tekanan darah tinggi, pastikan untuk rutin memeriksa tekanan darah dan terapkan gaya hidup yang lebih sehat. Gaya hidup yang wajib dilakukan dengan konsumsi makanan sehat, teratur berolahraga, dan berhenti merokok. Konsultasikan kesehatan Sahabat Hermina di RSU Hermina Pandanaran. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 23 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Apa Itu Golden Period dalam Penanganan Stroke<\/a><\/h3>
Stroke adalah kondisi medis darurat yang terjadi akibat suplai darah ke bagian otak terganggu atau berkurang. Hal ini menyebabkan jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi sehingga sel-sel otak mulai mati dalam hitungan menit. \n\n Stroke adalah salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan seumur hidup. Stroke mungkin meninggalkan dampak jangka panjang pada kesehatan dan kehidupan. Cara paling baik untuk membantu meminimalkan risiko terjadinya cacat jangka panjang atau kematian adalah memberikan pengobatan dalam golden hour atau golden period. \n\n Sayangnya, kebanyakan orang tidak tahu tentang hal ini. Inilah mengapa tak sedikit pengidap stroke yang berujung mengalami cacat seumur hidup atau bahkan kehilangan nyawa. Sebenarnya, apa itu golden hour atau golden period dalam penanganan stroke? \n\n Golden periode atau golden hour, dalam dunia medis adalah masa ketika nyawa seorang pengidap stroke dapat diselamatkan dengan melakukan penanganan yang tepat sesegera mungkin. \n\n Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu: \n\n \n Stroke Iskemik \n \n\n Terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik. \n\n \n Stroke hemoragik \n \n\n Terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Misalnya hipertensi yang tidak terkendali, dinding pembuluh darah yang lemah, dan sedang menjalani pengobatan dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid. \n\n \n\n Kondisi ini dapat memengaruhi pendengaran, berbicara, makan, bergerak, dan hampir semua proses vital. Inilah sebabnya mengapa perawatan stroke yang tepat selama golden hour sangat krusial bagi nyawa pengidap. \n\n Golden hour atau golden period adalah istilah yang digunakan untuk jangka waktu kehidupan pengidap stroke melalui pengobatan dengan segera. Apabila pengidap stroke mendapatkan bantuan medis dalam periode tersebut, besar kemungkinan ia dapat bertahan dari komplikasi stroke. \n\n Pada penyakit stroke, periode golden hour adalah empat setengah jam setelah seseorang mengalami gejala stroke. Tanpa adanya penanganan pada rentang waktu tersebut, pengidap stroke sangat mungkin mengalami kerusakan otak permanen. \n\n Faktor Risiko \n\n Ada tiga faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke, yaitu faktor kesehatan, gaya hidup, dan faktor lainnya. Selain stroke, berbagai faktor tersebut juga berisiko meningkatkan risiko serangan jantung. \n\n Adapun yang termasuk dalam faktor risiko kesehatan, di antaranya: \n\n \n Hipertensi \n Diabetes. \n Kolesterol tinggi. \n Obesitas. \n Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau aritmia. \n Sleep apnea. \n Pernah mengalami transient ischemic attack TIA atau serangan jantung sebelumnya. \n \n\n Sedangkan yang termasuk dalam faktor risiko gaya hidup, yaitu: \n\n \n Merokok. \n Kurang olahraga atau aktivitas fisik. \n Konsumsi obat-obatan terlarang. \n Kecanduan alkohol. \n \n\n Sementara itu, beberapa kondisi yang termasuk dalam faktor risiko lainnya adalah: \n\n \n Faktor keturunan. Seseorang dengan anggota keluarga yang pernah mengalami stroke memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang sama. \n Faktor usia. Semakin bertambah usia, risiko seseorang mengidap stroke juga lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lebih muda. \n \n\n \n\n Gejala Stroke \n\n Setiap bagian otak bertugas mengendalikan bagian tubuh yang berbeda, sehingga gejala stroke bergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Itulah sebabnya, gejala stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, biasanya stroke terjadi secara mendadak. Setidaknya, ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali, yaitu: \n\n \n Salah satu sisi wajah akan terlihat lebih turun dan pengidap tidak mampu tersenyum karena mulut atau mata tampak terkulai. \n Pengidap tidak mampu mengangkat salah satu lengan karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang berada pada sisi yang sama dengan lengan juga mengalami kelemahan. \n Ucapan menjadi tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali meski pengidap terlihat sadar. \n \n\n \n\n Sementara itu, gejala dan tanda stroke lainnya adalah: \n\n \n Mual dan muntah. \n Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing seperti berputar (vertigo). \n Mengalami penurunan kesadaran. \n Sulit menelan (disfagia) sehingga mengakibatkan tersedak. \n Mengalami gangguan pada keseimbangan dan koordinasi. \n Mengalami hilang penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda. \n \n\n \n\n Pencegahan Stroke \n\n Sebagian besar stroke terjadi karena riwayat kesehatan keluarga. Meski demikian, bukan berarti masalah kesehatan ini tidak dapat dicegah kenali dan hindari faktor risiko yang ada serta ikuti anjuran dokter dan menerapkan pola hidup sehat. \n\n Berikut beberapa cara untuk mencegah terjadinya stroke: \n\n \n Menjaga pola makan \n \n\n Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko hipertensi yang memicu terjadinya stroke. Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Selanjutnya, makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit. \n\n \n Rutin berolahraga \n \n\n Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang sehat. \n\n \n Berhenti merokok \n \n\n Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena stroke. Sebab rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti turut mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung. \n\n \n Hindari konsumsi minuman beralkohol \n \n\n Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, seseorang rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak teratur. \n\n \n Hindari penggunaan NAPZA \n \n\n Beberapa jenis Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif (NAPZA) dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah. \n\n \n\n Setelah mengenali munculnya gejala stroke, segera lakukan penanganan dengan membawa pasien ke rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 26 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Darah Tinggi Apakah Bisa Sembuh ?<\/a><\/h3>
Hipertensi ini kerap dianggap sepele. Padahal, masalah kesehatan ini bisa menyebabkan masalah komplikasi yang berat seperti stroke sehingga penting dilakukan pengobatan rutin. \n\n Hipertensi juga dapat menimbulkan penyakin kronis lainnya seperti jantung, stroke, diabetes dan gagal ginjal. Banyak sekali pasien tidak menyadari akan hal itu. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit yang dikenal sebagai “silent killer”. Penyakit ini bisa datang tanpa gejala, lantas diam-diam merusak pembuluh darah dan menyebabkan masalah kesehatan serius. \n\n Seseorang dikatakan memiliki penyakit darah tinggi apabila hasil pemeriksaan tensi darahnya tiga kali berturut-turut berada di atas ambang batas normal dalam rentang waktu 3 bulan. \n\n Hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Orang yang mengidap penyakit hipertensi dapat mengontrol dengan cara menjalani hidup sehat dan tidak berhenti untuk mengonsumsi obat. Maka dari itu, apabila orang yang sudah didiagnosis dengan hipertensi mendapatkan pengobatan, maka tekanan darahnya akan turun. Namun ini bukan berarti pasien akan sembuh. \n\n Sebanyak 85-90 persen hipertensi terjadi tanpa penyebab yang pasti. Hal ini yang kemudian disebut dengan hipertensi esensial atau hipertensi primer. Umumnya, jenis hipertensi ini terjadi karena faktor genetik, usia, kegemukan atau obestitas, atau menerapkan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebihan, malas bergerak, atau mengonsumsi makanan penyebab hipertensi. \n\n Adapun sisanya, yaitu sebanyak 10-15 persen penderita hipertensi dapat diketahui penyebabnya, yang umumnya terjadi karena kondisi medis lain. Hipertensi jenis ini kemudian disebut dengan hipertensi sekunder. \n\n Beberapa penyebab hipertensi sekunder, yaitu penyakit ginjal, tumor atau kelainan kelenjar adrenal lainnya, penyakit tiroid, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti pil KB, serta penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain dan metamfetamin. \n\n Dengan terkontrol nya tekanan darah tinggi, dapat menurunkan risiko seseorang terkena serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan penyakit lainnya juga dapat ditekan. Selain minum obat darah tinggi, perubahan gaya hidup yang signifikan dapat menurunkan level tekanan darah menjadi normal, meskipun pengelolaan penyakit ini tetap harus dilanjutkan. \n\n Berikut beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi pada seseorang, di antaranya: \n\n -Mengurangi asupan yang mengandung lemak jahatseperti gorengan, jeroan, daging merah, makanan olahan, dll. \n\n -Aktif bergerak dan olahraga secara teratur. Melakukan olahraga ringan minimal 30 menit per hari, dan upayakan beranjak dari tempat duduk atau rebahan per 30 menit sekali kecuali saat istirahat malam. \n\n -Mengurangi asupan garam, natrium, dan sodium. Dan juga minimalkan asupan tinggi garam seperti makanan berpengawet, makanan ringan, dan makanan cepat saji. \n\n -Jaga berat badan agar tetap ideal. \n\n -Berhenti merokok dan minuman beralkohol. \n\n -Minum obat darah tinggi sesuai anjuran dokter. \n\n -Kurangi stres dengan berlatih teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, tai chi, dll. \n\n Dengan konsisten menajalani gaya hidup sehat untuk dapat menurunkan tekanan darah tinggi, dapat juga mencegah beragam komplikasi penyakit yang dapat ditimbulkan dari tekanan darah tinggi. \n\n Selain itu, dapat juga meningkatkan kualitas hidupnya dan badan jadi terasa lebih sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 21 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasi Nyeri Punggung Bawah<\/a><\/h3>
Nyeri punggung bawah atau dalam istilah medis dikenal dengan low back pain merupakan kejadian yang paling sering kita temui di masyarakat. Rasa nyeri pada pinggang atau tulang punggung bagian bawah bisa terasa hingga ke bokong dan paha. Bahkan pada beberapa kasus, nyeri bisa menjalar hingga ke kaki. Punggung bagian bawah tersusun dari tulang punggung, ligamen, dan otot. Bagian tubuh ini merupakan struktur yang kuat dan berperan penting dalam menopang tubuh saat berdiri tegak maupun saat bergerak ke berbagai arah. Bahkan menurut penelitian, setiap orang, semasa hidupnya 60 hingga 90% pernah mengalami nyeri punggung bawah. Sekitar 50-80 % orang dewasa yang bekerja pernah menderita Nyeri Punggung Bawah. \n\n Tanda dan Gejala Nyeri Punggung Bawah \n\n Nyeri punggung bawah dapat terasa ringan atau bisa parah. Kondisi ini juga bisa terjadi tiba-tiba, atau bisa juga perlahan, hingga terasa datang dan pergi tetapi secara bertahap menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Tergantung pada penyebab yang mendasari rasa sakit, gejala dapat dialami dalam berbagai cara, seperti: \n\n \n Nyeri / Pegal bagian punggung bawah \n Nyeri menjalar hingga tungkai \n Nyeri tertusuk, panas dan kesemutan \n Keterbatasasan gerak pada pinggang \n \n\n Karakter2 nyeri ini semua tergantung penyebab nyerinya. \n\n Penyebab Nyeri Punggung Bawah \n\n Penyebab paling umum dari nyeri punggung bawah atau low back pain adalah otot maupun ligamen yang robek atau tertarik. Hal ini bisa dalam bentuk keseleo atau ketegangan punggung bawah bisa terjadi tiba-tiba, atau bisa berkembang perlahan seiring waktu karena gerakan berulang. Nyeri punggung bagian bawah juga dapat disebabkan oleh sejumlah faktor seperti: \n\n \n Masalah pada Otot & ligament \n Masalah pada tulang belakang, misalnya: spondilosis, spondilolistesis, fraktur/patah \n Masalah pada discus, misalnya: adanya herniasi/ penonjolan pada discus vertebra \n Adanya keganasan, infeksi dan rematik. \n Adanya masalah pada organ tertentu missalnya: pada organ reproduksi, ginjal atau organ pencernaan(gastrointestinal). \n Merokok menyebabkan elastisitas sendi berkurang. \n \n\n Selain karena beberapa penyebab di atas, nyeri punggung bawah juga lebih berisiko dialami oleh orang yang memiliki kondisi berikut ini: \n\n \n Berusia 30–50 tahun \n Obesitas \n Sedang hamil \n Gangguan postur tubuh \n Gangguan psikis (stress, depresi, cemas dll) \n Jarang berolahraga \n Memiliki pekerjaan yang mengharuskan untuk banyak duduk, membungkuk, atau mengangkat benda berat \n Terlalu sering mengenakan sepatu hak tinggi \n \n\n Apa yang harus dilakukan bila kita menderita nyeri punggung bawah? \n\n \n Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mencegah atau mengurangi semua aktivitas yang memberi tekanan/beban pada tulang belakang dan yang memperparah nyeri. \n Memberikan kompres dingin pada punggung 15-20 menit selama tiga hari setelah nyeri punggung muncul, ganti dengan kompres hangat. \n Bila diperlukan dapat diberikan obat penghilang nyeri sederhana (parasetamol). \n Segera berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat sesuai dengan penyebabnya. \n Melakukan Fisioterapi sesuai dengan anjuran dokter \n \n\n Bagaimana upaya mencegah terjadinya nyeri punggung bawah? \n\n \n Olahraga teratur 3 kali seminggu dengan minimal durasi 30 menit guna memperkuat otot, sehingga dapat menstabilkan dan menyokong tulang belakang dengan lebih baik (terdapat gerakan-gerakan khusus untuk hal ini). \n Jaga postur tubuh yang baik, baik saat bekerja, ataupun istirahat, untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang dan diskus intervertebralis. \n Mengangkat benda berat dengan posisi tubuh yang benar, dengan lebih bertumpu pada kaki dan bukan pada punggung. \n Berhenti merokok \n \n\n Bagi sahabat hermina mengalami nyeri punggung bawah dapat melakukan konsultasi di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi halo hermina, call center 1500488 dan website www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 21 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Fakta tentang Penyakit TBC, Hindari Mitosnya!<\/a><\/h3>
TBC atau tuberkulosis merupakan penyakit menular yang biasanya menyerang paru-paru, meskipun dapat mengenai organ apa pun di dalam tubuh. Infeksi TBC berkembang ketika bakteri masuk melalui droplet di udara. TBC bisa berakibat fatal, tetapi dalam banyak kasus,TBC dapat dicegah dan diobati. Di masa lalu, TBC adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Setelah perbaikan dalam terapi dan perkembangan antibiotik, prevalensi TBC turun secara dramatis di negara-negara industri. \n\n \n\n Apa itu TBC? \nSeseorang dapat terinfeksi TBC setelah menghirup bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Ketika TBC mengenai paru-paru, TB menjadi sangat menular, tetapi seseorang biasanya hanya akan menjadi sakit setelah kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB paru. \n\n \n\n Penyebab penyakit TBC \nBakteri M. tuberculosis menyebabkan TBC. Mereka dapat menyebar melalui udara dalam droplet ketika seseorang dengan TB paru batuk, bersin, meludah, tertawa, atau berbicara. Hanya orang dengan TB aktif yang dapat menularkan infeksi. Namun, sebagian besar orang dengan penyakit ini tidak lagi menularkan bakteri setelah mereka menerima terapi yang sesuai untuk setidaknya 2 minggu. \n\n \n\n Gejala penyakit TBC \nFakta penyakit TBC selanjutnya yang harus diketahui adalah gejala yang biasanya timbul ketika seseorang memiliki TBC, yaitu: Seseorang dengan penyakit TB dapat mengalami batuk yang menghasilkan dahak, kelelahan, demam, kedinginan, dan kehilangan nafsu makan dan berat badan. Gejala biasanya memburuk dari waktu ke waktu, tetapi dapat juga hilang timbul. \n\n \n\n Mitos dan Fakta Penyakit TBC \n\n Banyaknya jumlah kasus TBC ini juga diiringi dengan pemahaman keliru masyarakat mengenai penyakit ini. Untuk itu, kita perlu memahami beberapa fakta tentang TBC seperti penjelasan berikut ini: \n\n \n\n Mitos: TBC hanya menyerang paru-paru \n\n Fakta: TBC dapat menyerang organ lain, termasuk otak \n\n Kebanyakan infeksi TBC memang terjadi di paru-paru, namun dapat berkembang dan menyebar ke organ tubuh lain lewat aliran darah apabila tidak ditangani dengan baik. Jenis tuberkulosis lain yang perlu diwaspadai adalah tuberkulosis tulang, kelenjar getah benih, dan usus. Pada kasus yang jarang terjadi, Myctobacterium tubercolosis dapat menyerang jantung dan otak manusia. Jenis tuberkulosis selain paru biasanya bersifat tidak menular. \n\n \n\n Mitos: TBC tidak dapat disembuhkan \n\n Fakta: TBC bisa sembuh dengan pengobatan minimal 6-9 bulan \n\n Walaupun angka kematian penyakit ini tinggi, namun TBC dapat disembuhkan. Pengobatan TBC memerlukan waktu cukup lama dan harus konsisten, yaitu minimal 6-9 bulan. Jika tidak konsisten dilakukan, bakteri dapat melemah sesaat dan muncul kembali hingga menjadi resisten (dikenal sebagai kondisi multidrug-resistant tuberculosis atau MDR-TB). \n\n \n\n Mitos: TBC Penyakit masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah \n\n Fakta: Setiap orang berisiko terkena TBC \n\n Status sosial adalah salah satu yang sering dikaitkan dengan penyakit ini. Nyatanya, TBC tidak memandang bulu dan dapat menyerang siapa saja, mampu atau kurang mampu dan berpendidikan ataupun tidak. \n\n \n\n Berikut ini adalah beberapa kondisi yang memungkinkan seseorang terkena TBC: \n\n \n Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pengidap diabetes, pasien kemoterapi, atau pengidap HIV/AIDS. \n Mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. \n Aktif merokok. \n Menggunakan alkohol dan obat terlarang. \n Aktif berhubungan langsung dengan pengidap TBC dalam jangka waktu yang cukup panjang. \n Tinggal di lingkungan yang lembab dan tidak terpapar sinar matahari. \n \n\n \n\n Tidak dapat kita pungkiri bahwa TBC merupakan penyakit menular dan berbahaya. Dengan demikian, fakta seputar TBC penting dipahami secara benar oleh masyarakat agar kepedulian terhadap penyakit ini dapat semakin ditingkatkan, demikian pula pencegahannya. Jika Sahabat Hermina memiliki keluarga atau teman yang mengidap TBC, beri dukungan terhadap mereka untuk berobat hingga tuntas. Jangan lupa untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri serta lingkungan. Periksakan segera jika mengalami gejala TBC dapat konsultasi ke dokter spesialis paru di RSU Hermina Pandanaran. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 16 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Dengue Shock Syndrome (DSS) pada Anak, Komplikasi DBD yang Berbahaya<\/a><\/h3>
\n\n Sahabat Hermina, Virus Demam Berdarah cenderung menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun dan bisa menyebabkan kematian. Kebanyakan yang ditakutkan para orang tua dengan DBD atau demam berdarah jika trombosit mulai turun, padahal sebenarnya yang berbahaya bukanlah trombosit yang menurun. Yang berbahaya pada demam berdarah adalah apabila terjadi kebocoran plasma. Kebocoran plasma adalah cairan dalam pembuluh darah keluar dari pembuluh darah hingga habis. Ibaratkan minuman bobba yang yang tidak ada airnya, pasti merasakan “seret” kan? Nah, apabila itu terjadi pada pembuluh darah manusia akan terjadi gagal sirkulasi. Nah kejadian gagal sirkulasi inilah yang disebut dengan Dengue Shock Syndrome (DSS). \n\n \n\n Dengue Shock Syndrome (DSS) akan menyebabkan sirkulasi di dalam tubuh tidak dapat mengantarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh organ. Hal inilah yang seharusnya para orang tua waspadai ketika anak terserang DBD. \n\n \n\n Demam berdarah memiliki banyak spektrum, mulai dari yang ringan hingga yang paling berat adalah Dengue Shock Syndrome ini. Ada beberapa faktor resiko yang dapat memperparah BDD pada Anak hingga DSS antara lain: \n\n \n \n Bayi usia dibawah 1 (Satu) tahun \n \n \n Berat badan bayi dan anak yang besar (obesitas) \n \n \n Sudah pernah terkena demam berdarah sebelumnya \n \n \n\n \n\n Kapan harus segera ke rumah sakit? \n\n Sebelum melakukan cek laboratorium, biasanya kita masih belum bisa meyakini apakah ini demam berdarah atau bukan. Namun, kita dapat mewaspadai apabila pola demam yang terus menerus, apabila diberikan obat penurun demam, demam akan turun dan kembali naik lagi. Selain itu hal yang perlu diwaspadai adalah apabila anak mengalami nyeri perut yang herbat, muntah-muntah dan tidak bisa masuk makan dan minum kedalam tubuh. Apabila anak berada dalam kondisi tersebut, segera bawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan. \n\n \n\n Apakah pasien BDB ataupun DSS dapat dilakukan perawatan dirumah? \n\n Untuk kondisi anak yang terkena DBD dapat dilakukan perawatan dirumah atau tidak butuh penilaian dari dokter. Apabila diperbolehkan untuk dirawat dirumah perlu pemantauan oleh orang rumah dan juga tetap dipantau hasil pemeriksaan darah per-24 jam. Pastikan juga anak bisa makan dan minum, kencingnya cukup. Bagi Anak yang terkena DBD tetap disarankan untuk dilakukan perawatan di rumah sakit agar mendapatkan perawatan dan pemantauan oleh tim medis. Apabila anak sudah mengalami DSS, maka akan dilakukan perawatan secara intensive di ruangan PICU (Pediatric Intensive Care Unit) untuk dilakukan pemantauan denyut jantung, pernafasan, produksi urin, secara intensive. \n\n \n\n Apakah madu kurma dan jus jambu biji dapat menyembuhkan DBD / DSS? \n\n Hingga saat ini belum ada bukti-bukti yang cukup kuat yang membuktikan bahwa madu kurma dan jus jambu biji dapat meningkatkan trombosit. Trombosit akan naik dengan sendirinya apabila sudah masuk kedalam fase penyembuhan. \n\n \n\n Segera bawa Anak Ke Rumah Sakit apabila mengalami gejala di atas ya Sahabat Hermina! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 31 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Disebut "Si Pencuri Penglihatan", Apa Itu Penyakit Mata Glaukoma?<\/a><\/h3>
\n\n Sahabat Hermina, Glaukoma merupakan penyebab salah satu kebutaan terbanyak setelah katarak. Namun, penyakit mata glaukoma menjadi salah satu penyakit mata yang jarang terdengar. Seringkali penyakit mata yang terdengar dalam mata minus atau plus dan penyakit mata katarak. Penyakit mata glaukoma disebut sebagai “Si Pencuri Penglihatan”. Mengapa demikian? \n\n \n\n Penyakit mata glaukoma, suatu kumpulan dari gejala penyakit yang terdiri dari kerusakan saraf optik, disertai dengan penurunan lapang pandang yang dapat atau tidak disertai oleh tekanan intraokular (tekanan di dalam bola mata yang terbentuk sebagai akibat dari produksi dan sirkulasi cairan bola mata secara terus menerus). Gejala awal glaukoma kerap tidak disadari oleh penderita, penderita biasanya menyadari jika sudah dalam tahap lanjut. Oleh karena itu glaukoma disebut sebagai “Si Pencuri Penglihatan” \n\n \n\n Gejala yang harus diwaspadai (tahap lanjut): \n\n \n \n Penglihatan buram \n \n \n Mata seperti melihat ke terowongan atau lobang kunci (lapang pandang menyempit) \n \n \n Mata merah \n \n \n Melihat bayangan lingkaran apabila melihat cahaya \n \n \n Tekanan bola mata yang tinggi \n \n \n Mata berair \n \n \n Nyeri kepala hingga mual muntah \n \n \n\n \n\n Berbeda dengan katarak yang penderitanya didominasi oleh usia lanjut, glaukoma bisa ada dan menyerang semua usia dari bai, anak-anak hingga dewasa dan lansia. Bahkan glaukoma terjadi tanpa menimbulkan gejala di tahap awal. Lalu, kapan saatnya memeriksakan kesehatan mata saat tidak ada gejala? \n\n \n\n Waktu yang direkomendasikan melakukan pemeriksaan mata: \n\n \n \n Bayi usia 6 bulan \n \n \n Anak usia 3 tahun \n \n \n Anak usia preschool \n \n \n Setiap tahun setelah memasuki sekolah \n \n \n Untuk dewasa setiap 6 bulan sekali \n \n \n\n \n\n Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi glaukoma \n\n \n \n Tes tajam penglihatan \n \n \n Cek tekanan bola mata \n \n \n Pemeriksaan saraf optik untuk mencari tanda-tanda glaukoma \n \n \n Pemeriksaan lapang pandang \n \n \n\n \n \n\n Faktor resiko yang meningkatkan glaukoma \n\n Glaukoma dapat menyerang siapa saja, namun ada beberapa faktor yang dapat memicu glaukoma seperti: \n\n \n \n Usia di atas 40 tahun \n \n \n Punya kelainan refraksi (mata minus, mata plus) yang tinggi \n \n \n Pasien yang mengkonsumsi obat-obat jangka panjang seperti steroid, obat asma \n \n \n Orang dengan penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi \n \n \n Memiliki riwayat keluarga penderita glaukoma \n \n \n\n \n\n Meskipun glaukoma sering disebut “Si Pencuri Penglihatan” ternyata glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang dapat dihindari selain mata minus, dan katarak. Oleh karena itu deteksi dini sangat penting untuk dapat mencegah glaukoma mengingat gelaja yang timbul justru pada saat glaukoma memasuki tahap lanjut. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 26 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kulit Bayi Sensitif dan Rentan Alergi? Orang Tua Wajib Tahu, Begini Cara Pencegahanya!<\/a><\/h3>
Kulit bayi yang baru lahir rentan mengalami masalah kulit. Kulit bayi sensitif sehingga mudah mengalami iritasi, kekeringan, radang, ruam, dan kemerahan. Apalagi, bayi juga mudah mengalami alergi yang disebabkan karena banyak faktor, salah satunya adalah faktor bahan kimia yang terdapat pada suatu produk. \n\n \n\n Berikut adalah berbagai jenis alergi yang biasa dialami pada anak diantaranya : \n\n \n \n Alergi makanan \n \n \n Dermatitis atopi (echzema) ASI Protein tinggi \n \n \n Asma \n \n \n Rinitis alergi \n \n \n\n \n\n Kenali faktor penyebab terjadinya alergi salah satunya adalah dari faktor genetik, anak mendapatkan "bakat" alergi yang diturunkan dari orang tuanya. Anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat alergi, memiliki peluang mengalami alergi yang tinggi dibandingkan dengan yang tidak. \n \n \n \n\n Kali ini akan kita bahas seputar Alergi yang umum terjadi pada bayi yaitu Atopic Dermatitis atau Eczema.. \n\n Dermatitis Atopik adalah sebuah penyakit kulit yang ditandai dengan gejala seperti kulit kering, gatal secara terus-menerus, dan ruam merah di kulit. Kondisi ini dapat muncul pada beberapa daerah bagian tubuh, dan umumnya terjadi di sekitaran wajah, kaki, dan lengan. Peradangan biasanya terjadi cukup lama. \n\n \n\n Setiap pengidap dapat merasakan gejala yang berbeda-beda. Pada balita, gejala penyakit ini berupa kulit bersisik, memerah, dan berkerak di sekitaran area pipi, kulit kepala, tangan dan bagian kaki. Sedangkan pada anak-anak dan orang dewasa, gejala yang sering muncul eksim atopik adalah ruam merah dan terasa sangat gatal di area leher bagian belakang, lutut, dan siku. \n\n Gejala lain dermatitis atopik yang juga dapat dirasakan, yaitu: \n\n \n \n Kulit kering \n \n \n Sabun, detergen, wool \n \n \n Pergantian musim \n \n \n Panas \n \n \n Berkeringat \n \n \n Infeksi \n \n \n Stres \n \n \n Alergi makanan \n \n \n\n \n\n Pengobatan dermatitis apotik (eksim) bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul pada pasien, seperti kemerahan, kulit gatal, hingga infeksi. Metode pengobatannya beragam diantaranya meliputi obat-obatan, terapi, serta perawatan mandiri di rumah. Untuk mencegah terjadinya dermatitis atopik, ada beberapa hal yang perlu dilakukan unutk menghindari faktor yg memperberat seperti : \n\n \n \n Menggunakan bahan katun dan menghindari panas yang terlalu menyengat \n \n \n Sabun yang aman dr bahan kimia dan pewangi \n \n \n Menghindari mandi dengan air panas, sebaiknya air hangat atau dingin \n \n \n Penggunaan pelembab (emollient) secara efektif dan reguler : krim, lotion, balsam atau gel \n \n \n Zat yg bisa disebut emolien : silicon, minyak tumbuhan (zaitun), butter, alcohol, hingga turunan petroleum \n \n \n\n \n\n Jika muncul gejala seperti diatas pada buah hati Anda dan dalam jangka waktu yang lama segera konsultasikan ke dokter spesialis anak di rumah sakit terdekat. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 21 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Bukan Hanya Orang Dewasa, TBC Juga Menyerang Anak-Anak<\/a><\/h3>
TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang organ paru-paru. TBC (tuberculosis) merupakan penyakit infeksi yang bisa menyerang segala usia termasuk anak-anak. TBC pada anak cenderung lebih sulit dideteksi yang mengakibatkan anak bisa saja terlambat ditangani, padahal anak lebih rentan untuk terkena infeksi TBC karena daya tahan tubuh yang belum optimal. Penyakit TBC bisa menular kepada anak ketika penderita TB aktif batuk, bicara, bersin, bernyanyi, serta berbicara tanpa masker atau pelindung. Percikan cairan dari saluran pernapasan yang mengandung bakteri penyebab TBC ini dapat terhirup dan masuk ke paru-paru anak. \n\n Data menyebutkan pada 2021, jumlah anak-anak dengan umur 0-14 tahun yang terinfeksi TBC mencapai 36.533. Jumlah ini mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan jumlah kasus TBC pada anak setahun sebelumnya yang mencapai 70.341. Meski demikian hal ini perlu diwaspadai. Dalam laporan WHO, kematian karena infeksi TBC lebih banyak terjadi dibandingkan malaria atau AIDS. \n\n \n\n Ada beberapa ciri-ciri TBC pada anak yang perlu diwaspadai, antara lain: \n\n 1. Baru kontak erat dengan pengidap TBC \n\n 2. Sering demam atau demam berkepanjangan lebih dari dua minggu, \n\n 3. Suhu tubuh demam terkait TBC biasanya tidak terlalu tinggi \n\n 4. Nafsu makan menurun \n\n 5. Berat badan turun atau tidak naik dalam waktu dua bulan berturut-turut \n\n 6. Batuk terus-menerus lebih dari tiga minggu dan tidak sembuh setelah diobati \n\n 7. Badan tampak lemas dan tidak aktif \n\n 8. Berkeringat di malam hari \n\n 9. Pembengkakan kelenjar getah bening (biasanya terlihat dari adanya benjolan di sekitar leher atau bawah rahang anak). \n\n \n\n Pengobatan TBC \n\n Melakukan diagnosa TBC pada anak sedikit berbeda dengan orang dewasa. Pemeriksaan dahak pada dewasa biasanya dengan dahak namun bila pemeriksaan dahak pada anak biasanya agak sulit dan jika hasilnya negatif ada akses tuberkulin atau foto toraks, pemeriksaan TB anak dilakukan penilaian dengan sistem pembobotan (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang. \n\n TBC anak bisa disembuhkan dengan pengobatan TBC yang tepat. Jika obat tidak diminum dengan disiplin dan sampai tuntas, maka dapat beresiko menjadi TBC resistan atau kebal obat. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan TBC pada anak yaitu: \n\n \n\n 1.Vaksinasi BCG pada bayi yang baru lahir \n\n \n\n 2.Pemberian asupan gizi seimbang untuk menjaga imunitas anak \n\n \n\n 3.Cari sumber penularan, adakah orang yang sakit TBC tinggal serumah atau yang kontak erat dengan anak. Orang yang sakit TBC ini harus mendapat pengobatan TBC yang memadai dan tuntas. \n\n \n\n 4.Pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) kepada anak yang kontak serumah dengan pasien TBC aktif. \n\n \n\n 5.Upayakan menjaga lingkungan rumah/ tempat tinggal tetap bersih, tidak lembab dan pastikan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah. \n\n \n\n Apabila orangtua mendapati beberapa gejala TBC pada anak di atas, ada baiknya segera memeriksakan buah hatinya ke dokter. Setelah terpapar bakteri TBC, anak lebih rentan mengembangkan kondisi TBC laten menjadi penyakit TBC aktif. TBC laten adalah kondisi ketika bakteri telah berada dalam tubuh, tapi tidak aktif berkembang biak. Terdapat perbedaan pengobatan pada kasus TB laten dan TB aktif. \n\n \n\n 1. Pengobatan TBC laten pada anak \n\n Anak-anak dengan TBC laten biasanya akan menerima pengobatan dengan isoniazid-rifapentine selama 12 minggu. Obat alternatif yang mungkin dokter berikan untuk mengatasi TB laten pada anak adalah rifampin selama 4 bulan, atau isoniazid selama 9 bulan. \n\n \n\n 2. Pengobatan penyakit TBC aktif pada anak \n\n Jika TBC laten telah berkembang menjadi penyakit TBC, anak harus menjalani pengobatan selama 6 hingga 9 bulan.Obat TBC yang biasanya dokter berikan tidak berbeda jauh dengan obat-obatan TB laten, seperti isoniazid dan rifampicin. \n\n \n\n Penting untuk orangtua ingat bahwa anak harus minum obat sampai habis dan sesuai dengan resep dokter. Jika tidak, anak berisiko mengalami kekambuhan ketika sudah beranjak dewasa, serta berpotensi terkena resistensi obat. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 13 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cara Sederhana Yang Bisa Dilakukan Bunda Dalam Menjaga Kesehatan dan Kebersihan Tubuh Buah Hati Tercinta<\/a><\/h3>
Menjaga Kesehatan dan Kebersihan Tubuh Buah Hati Tercinta adalah tanggung jawab yang dilakukan orang tua. Hal ini penting Bunda lakukan agar Si Kecil terhindar dari berbagai penyakit. Anak-anak, terutama yang berusia di bawah 5 tahun, dapat mengalami demam sebanyak 6–8 kali dalam setahun. Tidak hanya demam, beberapa penyakit yang juga kerap dialami anak-anak adalah infeksi kulit, diare, dan radang tenggorokan. \n\n \n\n Yuk ketahui, mengapa kita bisa sakit? \n\n Tubuh sering sakit-sakitan bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari lemahnya daya tahan tubuh atau seringnya terpapar kuman, virus, atau parasit. Hal ini bisa disebabkan gaya hidup yang kurang sehat, lingkungan hidup yang tidak higienis, hingga gangguan kesehatan tertentu. Yuk kenali lebih jauh apa sih itu kuman, virus, atau parasit yang bisa membuat kita sakit. \n\n \n\n Apa sih kuman itu? \n\n Virus merupakan parasit obligat intraseluler. Virus mengandung asam nukleat DNA atau RNA sajatetapi tidak kombinasi keduanya, dan yang diselubungi oleh bahan pelindung terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Dalam kehidupan sehari-hari virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacammacam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah) maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. \n\n \n\n Bakteri \n\n Bakteri merupakan organisme yang memiliki sel tunggal, tidak memiliki membran inti sel (bersifat prokariotik), serta memiliki ukuran mikroskopik artinya diperlukan mikroskop untuk bisa melihatnya. Struktur sel bakteri tergolong sederhana jika dibanding dengan makhluk hidup lain. Bakteri hidup sebagai parasit atau bersimbiosis dengan organisme lain, termasuk dengan tubuh manusia. Bakteri bisa berpindah tempat dengan bantuan angin maupun melalui perpindahan organisme yang ditumpanginya.Bakteri hidup sebagai parasit atau bersimbiosis dengan organisme lain, termasuk dengan tubuh manusia. \n\n \n\n Jamur \n\n Jamur yang biasanya menimbulkan penyakit pada manusia, hidup pada zat organik atau di tanah yang mengandung zat organik yaitu humus, tinja bunatang atau burung. Dalam keadaan demikian, jamur tersebut dapat hidup terus-menerus sebagai saprofit tanpa melaui daur sebagai parasit pada manusia. Manusia selalu terpapar terhadap kemungkinan infeksi oleh jamur yang dapat tumbuh hampir di semua tempat di daerah tropis. Meskipun demikian tidak semua orang terkena penyakit jamur. Ini disebabkan adanya sistem kekebalan. Sistem kekebalan bawaan melindungi kita dari masuknya jamur ke dalam tubuh, dan sistem kekebalan akan diaktifkan bila jamur masuk ke dalam jaringan tubuh \n\n \n\n Parasit \n\n Parasit adalah bagian dari kelompok besar organisme yang disebut eukariota. Parasit berbeda dari bakteri atau virus karena sel mereka berbagi banyak fitur dengan sel manusia. Mereka menggantungkan hidup pada organisme lain. \n\n \n\n Bagaimana kuman masuk ke tubuh? \n\n Kuman bisa menyebar melalui tangan manusia, yaitu dari tangan yang menyentuh benda-benda kotor. Kuman juga bisa menyebar melalui udara, debu, cairan yang dikeluarkan melalui mulut dan hidung (bersin dan bicara). \n\n \n\n Untuk menghindari masuknya penyakit ke dalam tubuh kita maka kita perlu menerpakan gerakan PHBS Sebagai Langkah Awal Menuju Peningkatan Kualitas Kesehatan \n\n \n\n Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat. \n\n \n\n Cara sederhana yang bisa dilakukan kita dalam menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh seperti : \n\n \n\n Pentingnya cucitangan \n\n Cuci tangan merupakan salah satu kegiatan yang tampak sepele, namun sangat penting dilakukan karena telah terbukti efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dan juga pengendalian infeksi. Hal ini dikarenakan tangan sering kali menjadi perantara berbagai bakteri masuk ke dalam tubuh kita \n\n \n\n Menjaga kebersihan kulit \n\n Mandi satu atau dua kali sehari, menggunakan sabun dan air bersih, dan atau sesudah aktivitas yang menyebabkan keringat berlebih Bagian genital dan dubur harus dibersihkan Bilas dengan air bersih setelah menggunakan sabun Keringkan dengan handuk bersih dan milik sendiri \n\n \n\n Menjaga kebersihan kuku \n\n Kuku bersih tidak ada kotoran Memotong kuku, jangan terlalu dekat dengan ujung kulit Gosok kaki ketika mandi Jaga kuku kaki tetap pendek Menggunakan alas kaki yang nyaman \n\n \n\n Nah, Sahabat Hermina jika buah hati Anda mengalami permasalahan seputar kesehatan dan Sahabat Hermina bisa bertanya langsung pada dokter spesialis Anak di RS Hermina Tangkubanprahu. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 12 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kapan Saatnya Harus Konsultasi ke Psikiater?<\/a><\/h3>
\n\n Sahabat Hermina, masih banyak masyarakat yang memiliki stigma negatif jika ingin berkonsultasi dengan Psikiater atau Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. Padahal, sama halnya dengan kesehatan fisik, kesehatan jiwa juga butuh pertolongan dan berakibat buruk jika tidak segera ditangani. \n\n “nanti orang berpikir saya gila” \n\n “saya malu dan takut menceritakan permasalahan saya, itu aib yang orang lain tidak seharusnya tahu” \n\n “keluarga dan teman-teman mengatakan saya tidak usah lebay… hanya kurang beriman dan kurang berdoa” \n\n “tidak diperiksa, hanya ngobrol” \n\n “saya takut jika kecanduan obatnya” \n\n “saya tidak tahu alasan saya dirujuk ke psikiater oleh dokter saya, padahal saya memiliki keluhan fisik” \n\n Kalimat di atas adalah beberapa bentuk ketakutan seseorang saat hendak berobat ke psikiater. \n\n Tidak jarang stigma berobat ke psikiater merupakan pasien “gila” yang diidentikkan dengan jalan telanjang di jalan, membahayakan orang lain dengan mengamuk, tampak bicara sendiri. Padahal ada banyak jenis gangguan kejiwaan seperti: \n\n \n \n Skizofrenia \n \n \n Depresi \n \n \n Bipolar \n \n \n Gangguan cemas \n \n \n Gangguan kepribadian \n \n \n Adiksi \n \n \n Gangguan mental yang disebabkan kerusakan otak dan penyakit fisik \n \n \n Gangguan makan \n \n \n Gangguan belajar \n \n \n Gangguan emosi dan perilaku \n \n \n Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian juga masuk dalam jenis gangguan jiwa \n \n \n\n Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa. Hal ini dipengaruhi faktor biologi, psikologi dan lingkungan sosial. Psikiater akan menggali kondisi-kondisi ini dengan wawancara maupun pemeriksaan lain, sehingga keterbukaan dan pemberian informasi yang jujur dan benar akan sangat membantu penegakan diagnosa maupun pemberian terapi. \n\n Terapi yang diberikan psikiater dapat berupa psikofarmaka (diberikan obat) dan atau non psikofarmaka (diberikan psikoterapi) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Perlu kerjasama antara dokter, pasien dan keluarga sehingga obat diminum sesuai dosis dan tepat waktu, juga komitmen untuk mengikuti sesi psikoterapi. \n\n Hal penting lainnya adalah perlunya setiap orang memiliki dan membangun kesadaran (awareness) saat keadaan mental mulai mengganggu kehidupan pribadi dan sosial maupun kondisi tubuh. Mengapa? Karena kita hanyalah manusia. Seseorang berani datang ke psikiater karena sadar bahwa yang dialaminya adalah gejala yang perlu mendapat pengobatan dan layak dipulihkan. \n\n Jadi setelah membaca artikel ini, jangan ada stigma berobat ke psikiater lagi ya Sahabat Hermina! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 12 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 13 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 16 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>