- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 03 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gusi Berdarah: Penyebab dan Penanganannya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kesehatan gusi sama pentingnya dengan kesehatan gigi. Gusi memiliki peranan penting untuk kesehatan gigi dan juga mulut. Kebanyakan gusi bengkak dan berdarah memang disebabkan oleh penyakit gusi. Biasanya ini terjadi karena terlalu banyak plak menumpuk di garis gusi. Selain itu, menyikat gigi terlalu keras dan dengan cara yang salah juga bisa menyebabkan gusi merah dan berdarah. \n\n Kenapa gusi berdarah? Jika Anda memiliki gusi berdarah, berikut ini 4 penyebab gusi berdarah yang paling umum, yaitu: \n\n - Kebersihan gigi dan mulut. Kebiasaan menyikat gigi yang kurang konsisten atau yang tidak dilakukan dengan baik dan benar bisa berujung pada radang gusi, kondisi ini disebut gingivitis. Perdarahan pada gusi adalah gejala awal gingivitis. Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang dapat membuat gusi kamu lebih sensitif dan rentan mengalami perdarahan. \n\n Biasanya, gingivitis berawal dari plak yang menempel terlalu lama di garis gusi. Selain gusi berdarah, gingivitis juga ditandai dengan gusi berwarna merah, bengkak, dan terasa nyeri. Gingivitis harus segera ditangani agar tidak berkembang menjadi periodontitis. Jika sudah sampai kepada kondisi Periodontitis maka akan tidak dapat diobati. Ini biasanya disebabkan oleh kebiasaan menyikat gigi dan flossing yang buruk yang memungkinkan plak — lapisan bakteri yang lengket — menumpuk di gigi dan mengeras. \n\n - Karang gigi. Plak yang menumpuk lama kelamaan akan mengeras dan menjadi karang gigi. Karang gigi tidak dapat hilang dengan menyikat gigi saja. Untuk mengatasi gusi berdarah karena penumpukan karang gigi, kunjungilah dokter gigi Anda secara rutin setidaknya enam bulan sekali untuk perawatan pembersihan plak dan karang gigi. Plak dan karang gigi bertanggung jawab atas berkembangnya bakteri di sekitar gigi Anda, dan jika tidak ditangani dapat menyerang gusi dan menyebabkan pembengkakan. \n\n - Menyikat gigi terlalu keras. Menyikat gigi terlalu kasar juga bisa berujung pada gusi berdarah. Gunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut untuk membersihkan gigi sekaligus merawat gusi Anda. \n\n - Defisiensi vitamin C. Meskipun faktor yang satu ini kurang umum, tetapi kekurangan vitamin C dalam jumlah besar dapat berpengaruh pada gusi Anda dan menyebabkan perdarahan. \n\n \n\n Selain tindakan pencegahan di atas, Anda bisa mencoba cara mengobati gusi berdarah berikut ini: \n\n \n\n - Sikat gigi dengan cara baik dan benar. Sikatlah gigi Anda secara teratur selama 2 menit di pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. \n\n - Berkumur dengan larutan garam atau dengan obat kumur antiseptik. Pastikan untuk menghindari obat kumur yang mengandung alkohol karena akan memperburuk kondisi ini. Anda bisa mencoba formulasi tanpa alcohol yang efektif membantu melawan bakteri dan memberikan rasa yang nyaman di mulut. \n\n - Kompres bagian gusi yang berdarah dengan es yang dibungkus kain kassa yang bersih. Kompres es bisa mengurangi pembengkakan gusi dan mengurangi perdarahan. \n\n \n\n Yang terpenting, jangan lupa untuk konsultasikan kesehatan gigi Anda dengan Dokter Gigi Spesialis Periodonti secara rutin yaitu 6 bulan sekali, Sahabat Hermina, agar kesehatan gigi dan mulut Anda tetap terjaga. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 02 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Depresi, Gejala dan Penanganannya<\/a><\/h3>
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Menurut Kaplan dan Saddock, depresi didefinisikan sebagai gejala yang dialami selama 2 minggu dengan 4 karakteristik gejala seperti perubahan dalam nafsu makan, adanya perasaan bersalah, perubahan dalam tidur dan aktivitas, hilangnya energi, adanya perasaan bersalah, masalah dalam proses berpikir dan mengambil keputusan, serta munculnya pemikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri. \n\n Seseorang dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual, dan ritme biologis lain). \n\n Menurut WHO depresi merupakan penyakit mental yang paling sering ditemui di seluruh dunia. 264 juta orang menderita depresi. Sekitar 800.000 orang bunuh diri karena depresi setiap tahunnya. Kasus depresi mengenai 76-85% orang yang berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah yang tidak menerima pengobatan. \n\n Berdasarkan data epidemiologi WHO tahun 2015, penduduk secara global dengan depresi mencapai 4.4%. Insidensi pada perempuan adalah 5.1% dan pada pria adalah 3.6%. Prevalensi bervariasi segala usia, tinggi pada usia dewasa tua (perempuan usia 55-74 sebesar 7.5%, pria sebesar 5.5%). Pada kelompok anak-anak dan remaja di bawah 15 tahun memiliki angka yang lebih rendah daripada kelompok dewasa. \n\n Penyandang depresi di seluruh dunia telah mencapai 322 juta orang dengan setengah populasi dari penyandang berada di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat. Pada 2030, depresi diperkirakan menjadi penyebab utama penyakit global dengan persentase sebesar 6%. Depresi menyerang 5-10% remaja dan 10-15% orang dewasa. Persentase depresi di setiap negara bervariasi dari 8% hingga 12%. Gangguan depresi yang terjadi pada masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi saat remaja sebesar 60-70% dengan 20-40% diantaranya mengalami gangguan afektif bipolar dalam 5 tahun. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi depresi pada penduduk umur >15 tahun didapatkan 6.1/1000 penduduk dan hanya 9% di antaranya yang minum obat atau menjalani pengobatan medis. \n\n \n\n \n\n Etiologi gangguan depresi \n\n - Faktor organobiologik: kelainan atau disregulasi pada metabolit amin biogenik: 5-Hidroxyindoleacetic acid (5-HIAA), 3-Methoxy-4-Hydroxyphenyl-glycol (MHPG) dalam darah, urin, cerebrospinal fluid (CSF) pasien gangguan mood; penurunan aktivitas norepinefrin, serotonin, dopamin. Faktor neuroendokrin à hipotalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan menerima rangsangan neuronal yang menggunakan neurotransmiter biogenik amin. \n\n Bermacam-macam disregulasi endokrin dijumpai pada pasien gangguan mood. Faktor Neuroanatomi à beberapa peneliti menyatakan hipotesisnya, bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbik, ganglia basalis dan hipotalamus. \n\n - Faktor genetik : pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 53-69 %, sedangkan dizigot 13–28 %. \n\n Hasil penelitian: anak biologis dari orang tua yang terkena gangguan mood berisiko mengalami gangguan mood meski anak tersebut dibesarkan oleh keluarga angkat. \n\n - Faktor psikososial: peristiwa kehidupan dan stres lingkungan (stresor); faktor kepribadian à semua orang, apapun pola kepribadiannya, dapat mengalami depresi sesuai dengan situasinya (peristiwa stressful). \n\n - Formulasi lain dari depresi: teori kognisi à depresi merupakan hasil penyimpangan kognitif spesifik yang membuat seseorang memiliki kecenderungan menjadi depresi. Trias kognitif: \n\n (a). pandangan terhadap diri sendiri: persepsi negatif terhadap dirinya, \n\n (b). pandangan terhadap lingkungan: kecenderungan menganggap dunia bermusuhan terhadapnya, \n\n (c). pandangan terhadap masa depan yaitu bayangan penderitaan dan kegagalan. \n\n \n\n Faktor Risiko \n\n Kriteria Diagnosis Gangguan Depresi Berat berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) adalah suatu keadaan perasaan depresi atau emosi yang iritabel, atau anhedonia yang terjadi dalam kurun waktu 2 minggu. Salah satu dari kriteria gejala harus disertai dengan empat gejala tambahan (contoh: gangguan tidur, kelelahan, pemikiran untuk mengakhiri hidup, gangguan psikomotor, perubahan dalam nafsu makan atau berat badan, perasaan tidak berharga atau tidak berguna, kesulitan untuk konsentrasi, atensi, atau dalam mengambil keputusan). \n\n Menurut International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems – Tenth Revision (ICD-10) dan PPDGJ III, kriteria diagnosis dari depresi terdiri dari: \n\n \n Gejala utama pada derajat ringan, sedang, dan berat \n Afek depresi \n Kehilangan kegembiraan dan minat \n Berkurangnya energi dalam melakukan sesuatu dan menurunnya aktivitas \n Gejala penyerta lainnya \n Kurangnya nafsu makan \n Waktu tidur terganggu \n Pikiran atau tindakan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri \n Perasaan bersalah dan tidak berguna \n Konsentrasi dan fokus yang berkurang \n Kepercayaan dan harga diri berkurang \n Pemikiran masa depan yang pesimis dan suram \n \n\n Diagnosis ditegakkan bila ditemukan gejala sekurang-kurangnya 2 minggu dan dapat ditegakkan dalam periode yang lebih pendek jika gejala luar biasa berat dan berlangsung cepat. \n\n \n\n Episode Depresi Ringan \n\n \n Sekurang-kurangnya ditemukan 2 hingga 3 gejala utama depresi \n Adanya sekurang-kurangnya 2 gejala lainnya \n Pada suatu episode dalam waktu sekurang-kurangnya 2 minggu, tidak ditemukannya gejala berat \n Terdapat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang dilakukan \n \n\n \n\n Episode Depresi Sedang \n\n \n Sekurang-kurangnya terdapat 2 hingga 3 gejala utama episode depresi \n Ditemukan sekurang-kurangnya 3 atau 4 gejala lainnya \n Durasi episode berlangsung minimal dalam 2 minggu \n Memiliki kesulitan dalam melakukan pekerjaan, kegiatan sosial, dan pekerjaan rumah tangga \n \n\n \n\n Episode Depresi Berat \n\n \n Ditemukannya 3 gejala depresi utama \n Ditemukannya 4 gejala depresi lainnya dan beberapa di antaranya memiliki intensitas berat \n Bila terdapat gejala penting yang menyolok, pasien enggan atau tidak mampu untuk melaporkan secara rinci \n Pasien tidak memungkinkan untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan rumah tangga, dan pekerjaan \n \n\n \n\n Langkah-langkah pertolongan pertama dalam menghadapi depresi: \n\n \n Cobalah berbicara kepada orang terdekat tentang perasaan yang dirasakan \n Carilah pertolongan segera kepada tenaga medis yang berkompeten \n Tetaplah menjaga kontak komunikasi yang baik dengan keluarga dan sahabat \n Cobalah untuk olahraga teratur \n Bentuklah kebiasaan tidur dan waktu makan secara teratur \n Hindari penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang \n Cobalah lakukan hal yang selalu disenangi sebelumnya \n Cobalah mengganti pikiran negatif dengan pikiran positif \n Berikan penghargaan untuk diri sendiri terhadap setiap prestasi. \n \n\n \n\n Gangguan depresi dapat dipulihkan. Jika Sahabat Hermina merasa mengalami gejala depresi, silakan berkonsultasi dengan dokter. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Yogya<\/a><\/li>
- 01 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Keluhan Nyeri Kepala<\/a><\/h3>
“Aduh, migrain-ku kumat, nyeri sekali kepala di sebelah kiri” \n\n \n\n “Kepala saya seperti terikat dan tertekan, terus menerus sampai tidak bisa tidur” \n\n \n\n “Sebulan terakhir saya merasakan nyeri kepala, setelah minum obat pereda nyeri, nyeri kepala terasa membaik tapi tidak hilang. Sekarang nyeri kepala saya kok terasa lebih berat, ya?” \n\n \n\n Sahabat Hermina, ilustrasi keluhan nyeri kepala di atas sering ditemui pada kehidupan sehari-hari. Intensitas keluhan yang ringan sedang, tetapi mengganggu aktivitas membuat pasien sering membeli obat sendiri untuk menghilangkan gejala. Pada kenyataannya tidak semua keluhan nyeri kepala dapat teratasi sempurna karena bentuk nyeri yang beragam dan gejala lain yang menyertai membuat manajemen yang individualistik pada tiap penderita. \n\n Berdasarkan data, 90% nyeri kepala tidak berbahaya dan dapat teratasi dengan pemberian obat pereda nyeri, minum air putih serta istirahat yang cukup. Jenis nyeri kepala tersebut dikenal sebagai nyeri kepala primer seperti migrain atau tension type headache, tetapi terdapat kondisi saat keluhan nyeri kepala merupakan gejala dari penyakit tertentu seperti stroke, infeksi atau dikenal dengan nyeri kepala sekunder. Pasien dengan nyeri kepala sekunder memerlukan penanganan lebih lanjut karena dapat disebabkan oleh kondisi yang membahayakan nyawa. \n\n \n\n Kondisi nyeri kepala yang perlu dicurigai berhubungan dengan nyeri kepala sekunder antara lain: \n\n \n Usia diatas 50 tahun \n Mendadak dan memberat dengan cepat (dalam hitungan menit) \n Pola nyeri kepala yang berbeda dari sebelumnya \n Pemberatan keluhan dengan batuk, bersin atau mengejan \n Gangguan penglihatan atau keluhan mata kabur \n Penurunan kesadaran, kejang atau gejala neurologis lain seperti kelemahan anggota gerak dan kesemutan \n Terdapat infeksi, seperti sinusitis, infeksi telinga maupun gigi serta riwayat trauma, kanker, maupun manipulasi daerah leher \n Kondisi HIV atau penurunan sistem imun \n \n\n \n\n Pasien dengan keluhan nyeri kepala sekunder memerlukan penegakan diagnosis yang cermat untuk menunjang manajemen yang tepat. Pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan fisik oleh tenaga ahli dan pencitraan, dibutuhkan untuk manajemen nyeri kepala sekunder yang menyeluruh. \n\n Salah satu teknik pencitraan yang dapat digunakan adalah dengan computed tomography atau lebih dikenal dengan CT scan. Pemeriksaan CT Scan kepala dapat membantu mendeteksi kelainan tulang dan struktur otak dalam kondisi darurat seperti perdarahan otak atau tumor yang dapat menjadi penyebab nyeri kepala dan gejala yang menyertai. Waktu yang relatif singkat dan ketersediaan dibanyak fasilitas kesehatan menjadikan CT scan pilihan dalam penunjang penegakan diagnosis nyeri kepala sekunder. \n\n \n\n Sahabat Hermina, saat ini RS Hermina Yogyakarta memiliki beberapa ahli saraf dalam mengevaluasi nyeri kepala disertai fasilitas pemeriksaan CT Scan untuk menunjang diagnosis penyebab nyeri kepala sekunder. Jika mendapati keluhan bukan nyeri kepala biasa, jangan ragu untuk periksakan segera. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 30 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pengaruh Tidur untuk Tumbuh Kembang Bayi<\/a><\/h3>
Bayi atau balita membutuhkan waktu tidur yang lebih panjang dari orang dewasa guna mendukung perkembangan mental dan fisik mereka. Dalam proses pertumbuhan bayi atau balita, tidur merupakan kegiatan yang sama pentingnya dengan makan, minum, rasa aman, atau bermain. Si Kecil butuh tidur agar tubuhnya dapat beristirahat, sehingga menjadi segar dan mendapatkan energi baru. Menurut para peneliti di Eropa, pada waktu tidur, otak kita menyaring dan menyimpan informasi, mengganti bahan kimia, dan memecahkan masalah. \n\n Kurang lebih 2/3 kehidupan bayi baru lahir digunakan untuk tidur, interaksi sistem saraf dengan mekanisme lain, seperti mengatur temperatur, pola nafas, dan tekanan darah. Seluruh kejadian selama tidur merupakan refleksi dari aktivitas neuron tertentu di susunan saraf pusat, yang berubah secara dramatis sesuai dengan perkembangan bayi. Berikut adalah jumlah waktu tidur bayi atau anak, tergantung pada usia mereka, yaitu: \n\n -Bayi usia 0-3 bulan disarankan untuk tidur sebanyak 14-17 jam per hari. \n\n -Bayi usia 4-11 bulan disarankan untuk tidur sebanyak 12-15 jam per hari. \n\n -Batita usia 1-2 tahun disarankan untuk tidur sebanyak 11-14 jam per hari. \n\n -Balita 3-5 tahun disarankan untuk tidur sebanyak 10-13 jam per hari. \n\n \n\n TIPS bagi Orangtua: \n\n -Latih bahwa malam hari adalah waktu untuk tidur, dan siang hari adalah waktu untuk bangun. mengajak bermain hanya di siang hari saja, tidak di malam hari. \n\n -Latih bahwa tempat tidur adalah tempatnya untuk tidur. \n\n -Letakkan si kecil di tempat tidur saat ia sudah mengantuk, hindari membiarkannya tidur dalam gendongan Anda atau di ruangan lain. \n\n -Lampu utama sebaiknya dimatikan, dan nyalakanlah lampu tidur yang redup. \n\n -Ketika ia terbangun ajari anak untuk tidur kembali. Jangan nyalakan lampu. Tenangkan dengan kata-kata lembut. Selanjutnya tinggalkan ia sendiri untuk kembali tidur. Jika menangis lagi, biarkan dulu 5 menit baru tenangkan lagi. Berikutnya jika kembali menangis tunggu 10 menit. Dan seterusnya hingga 15 menit. Malam berikutnya tambah waktu tunggu 5 menit, yaitu 10 menit, 15 dan 20 menit. Biasanya seorang anak memerlukan waktu hingga 2 sampai 3 malam. Jika gagal, hentikan dulu prosedur ini, dan coba lagi setelah 1 bulan (cara ini diperkenalkan oleh Richard Ferber, Boston's Children hospital). \n\n \n\n TIPS Mengatur Tidur Anak: \n\n -Ajarkan ritual sebelum tidur seperti cuci kaki, menggosok gigi, meredupkan lampu, berdoa atau membacakan cerita. \n\n -Biasakan waktu tidur yang teratur. \n\n -Jangan lakukan kegiatan yang mengasyikkan sebelum tidur. \n\n -Ajarkan anak untuk tidur sendirian, dan yakinkan kalau Anda tidak berada jauh dari kamar tidurnya. \n\n -Jika terbangun dan menangis jangan langsung datangi kamarnya, lakukan metode Ferber. \n\n -Jangan mengunci kamar tidur. \n\n -Kamar tidur anak harus nyaman, menarik, tetapi tidak boleh ada TV, video games, atau terlalu banyak mainan. \n\n \n\n Kualitas tidur anak selain bagus untuk perkembangan buah hati, tetapi juga untuk kesejahteraan orangtua. Bayi atau anak yang tidur dengan pulas juga dapat membuat orangtua merasa lebih bahagi dan tidur tanpa rasa cemas. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 28 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Menjaga Kesehatan Paru di Era Pandemi COVID-19<\/a><\/h3>
Paru adalah salah satu organ yang sangat penting bagi tubuh. Pada manusia, paru merupakan organ respirasi atau pernapasan yang berhubungan dengan pernapasan dan sirkulasi darah. Sebagai organ utama dalam sistem pernapasan, menjaga kesehatan paru perlu kita lakukan. Karena, berbagai penyakit pernapasan bisa menurunkan kualitas hidup seseorang bahkan dapat memicu kematian. \n\n Penyakit paru (tidak termasuk kanker paru) telah menyebabkan kematian sekitar 235.000 orang setiap tahun. Kabar buruknya lagi, paru dan berbagai organ lainnya juga menua seiring waktu. Hal ini membuat kekuatannya menjadi berkurang dan penyakit pernapasan bisa dengan mudah menghampiri. Meski begitu, dengan mengadopsi sejumlah kebiasaan baik, kita dapat menjaga esehatan paru. Bahkan, kita bisa menjaganya bekerja secara optimal meski telah berusia lanjut. \n\n \n\n Cara Mudah Untuk Meningkatkan Kesehatan Paru-Paru \n\n Menjaga kesehatan paru-paru penting demi diri sendiri. Caranya pun sebenarnya tidak sulit, yaitu: \n\n 1. Tidak Merokok \n\n Cara yang satu ini tidaklah asing lagi. Merokok adalah penyebab utama kanker paru-paru dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) seperti bronkitis. Di dalam rokok dan tembakau ada 4000 zat kimia berbahaya, terbukti menyebabkan peradangan kronis dan pembengkakan paru-paru. Setiap kali kita menghisap rokok, saluran pernapasan akan menyempit dan membuat kita sulit bernapas. Jumlah lendir juga meningkat banyak sehingga paru-paru akan sulit membersihkan diri. Tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok. Jangan malu untuk meminta bantuan siapa pun demi kesehatan diri sendiri. \n\n 2. Hindari Paparan Polutan Luar \n\n Polutan di luar rumah memang sulit untuk dihindari, terutama jika hidup di hiruk pikuk kota. Saat masih muda, mungkin paru-paru masih kuat melawan zat berbahaya polutan. Namun, semakin tua, paru-paru akan melemah dan mudah terserang infeksi penyakit. Menjaga kesehatan paru-paru, kita bisa menggunakan masker kesehatan saat di luar rumah. Kita juga bisa berupaya meningkatkan kualitas udara di kota dengan menggunakan transportasi publik, mematikan kendaraan bermotor saat tidak dipakai, dan mengurangi penggunaan pestisida untuk tanaman rumah. \n\n 3. Jaga Kebersihan Udara Di Dalam Rumah \n\n Udara di rumah ternyata juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan paru. Beberapa sumber polutan umum yang bisa mengendap di rumah kita, seperti kompor gas, lilin beraroma, dan asap rokok. Berikut cara mudah untuk menjaga kebersihan rumah agar paru-paru tetap sehat: \n\n - Menjaga kelembaban udara di rumah: Udara ruangan yang terlalu lembab atau kering bisa menjadi sarang bakteri dan virus. Untuk cara yang sederhana, kita bisa menyalakan kipas angin di kamar mandi atau dapur. Atau bisa juga menggunakan air humidifier di dalam ruangan. \n\n - Bersihkan rumah kita: Debu, bulu hewan, dan jamur bisa menjadi pemicu alergi, asma, dan masalah paru-paru lainnya. Pastikan kita rajin membersihkan perabotan rumah tangga dari karpet, meja, sofa, tempat tidur, hingga toilet. \n\n - Jangan merokok di dalam ruangan atau dalam mobil. Tingkatkan ventilasi udara: Buka jendela atau pintu agar udara bisa bersirkulasi, terutama saat menggunakan bahan berkimia Hindari lilin beraroma karena zat kimia di dalamnya. Lebih baik menggunakan aromatherapy diffuser dan essential oil untuk mengharumkan ruangan. \n\n 4. Rutin Olahraga \n\n Rajin olahraga bukan hanya membuat badan ramping, tetapi juga meningkatkan kesehatan paru-paru. Saat detak jantung kita naik, paru-paru akan bekerja lebih aktif untuk mengeluarkan karbon dioksida. Bahkan menurut studi, kecepatan pernapasan kita bisa naik hampir 4 kali lipat saat berolahraga. Jenis olahraga terbaik untuk paru-paru sehat adalah olahraga aerobik (lari, renang, basket, dll) yang meningkatkan ritme jantung. Namun, untuk para pemula, kita bisa memulai dengan rutin jalan kaki. Usahakan olahraga dengan total sekitar 150 menit per minggu. \n\n 5. Jangan Malas Cuci Tangan \n\n Hampir 80% penyakit paru-paru disalurkan melalui tangan. Salah satu cara mudah untuk meningkatkan kesehatan paru-paru adalah dengan lebih sering cuci tangan. \n\n Jangan lupa mencuci tangan yang benar dengan sabun terutama setelah bepergian atau gunakan hand sanitizer. Cara ini bukan hanya untuk mencegah virus corona (Covid-19), tetapi juga infeksi virus dan kuman lain seperti pneumonia dan influenza. \n\n 6. Imunisasi/ Vaksinasi \n\n Saat paru-paru terserang infeksi, terkadang bisa menyebabkan komplikasi berbahaya dan sulit diobati. \n\n Imunisasi atau vaksin bisa menghindari kita dari infeksi saluran pernapasan tersebut. Misalnya, vaksin influenza bisa mencegah penyakit influenza pneumonia. Vaksin ini sangat bermanfaat terutama bagi orang yang memiliki sistem imun lemah dan orang berusia 65 tahun ke atas. \n\n 7. Kendalikan Penyakit Lainnya \n\n Penyakit kronis bisa meningkatkan risiko terserang penyakit paru-paru. Orang yang memiliki gagal jantung kongestif akan menderita akumulasi cairan dalam paru-paru, sehingga sangat rentan terhadap pneumonia. \n\n Bahkan penyakit umum lain seperti diabetes, bisa mengacaukan sistem imun tubuh. Hasilnya, orang akan mudah terkena infeksi paru-paru. \n\n 8. Makan Makanan Bergizi \n\n Makanan penuh dengan nutrisi adalah cara mudah untuk menjaga kesehatan paru-paru dan keseluruhan tubuh. Buah apel, pir, dan sayuran merupakan makanan paling ampuh untuk melindungi paru-paru dari infeksi karena kaya akan antioksidan. \n\n Ada juga beberapa jenis makanan yang bisa membantu membersihkan paru-paru seperti peppermint, blueberry, dan kacang-kacangan. \n\n \n\n Sahabat Hermina, yuk kita jaga kesehatan paru kita. Jika merasa memiliki gangguan pernapasan, sesak nafas, atau nyeri dada, jangan ragu untuk segera konsultasi ke dokter agar dapat diketahui penyebabnya sehingga dapat segera ditangani. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 27 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apakah Vaksin Sinovac Aman?<\/a><\/h3>
Dalam upaya untuk mengatasi pandemi COVID-19, Pemerintah Indonesia kini tengah melakukan vaksinasi dengan vaksin Sinovac kepada masyarakat luas secara bertahap, dengan harapan pemberian vaksin Sinovac ini mampu menekan angka kenaikan penularan COVID-19. \n\n \n\n Apa itu vaksinasi? \n\n Vaksinasi merupakan prosedur pemberian suatu antigen penyakit (vaksin), biasanya berupa virus atau bakteri yang dilemahkan atau sudah mati, bisa juga hanya bagian dari virus atau bakteri. Tujuannya adalah untuk membuat sistem kekebalan tubuh mengenali dan mampu melawan saat terkena penyakit tersebut. \n\n Vaksin biasanya berisi mikroorganisme, misalnya virus atau bakteri yang sudah mati atau masih hidup tetapi dilemahkan. Vaksin juga bisa berisi bagian dari mikroorganisme yang bisa merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mikroorganisme tersebut. \n\n \n\n Bila disuntikkan kepada seseorang, vaksin akan menimbulkan reaksi sistem imun yang spesifik dan aktif terhadap penyakit tertentu, misalnya vaksin flu untuk mencegah penyakit flu dan vaksin COVID-19 untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2. Biasanya, vaksin dimasukkan ke dalam tubuh manusia dengan cara disuntik. \n\n \n\n Vaksin COVID-19 yang digunakan oleh pemerintah kita adalah Vaksin COVID-19 Sinovac. \n\n \n\n Berdasarkan hasil uji klinis sementara atau interim tahap III untuk vaksin Sinovac di Indonesia dan tinjauan uji klinis dari negara lain, BPOM secara resmi menyatakan bahwa vaksin ini aman untuk digunakan. \n\n \n\n Hasil efikasi atau khasiat dan keamanan vaksin Sinovac tersebut telah sesuai dengan ambang batas efikasi yang ditetapkan WHO, yaitu sebesar 50 persen. Artinya, penggunaan vaksin Sinovac aman dibanding efek samping yang ditimbulkan. \n\n \n\n Manfaat Vaksin COVID-19 \n\n Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh jika Anda mendapat vaksin COVID-19, di antaranya: \n\n \n\n 1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19 \n\n Seperti yang disebutkan sebelumnya, vaksin COVID-19 dapat memicu sistem imunitas tubuh untuk melawan virus Corona. Dengan begitu, risiko Anda untuk terinfeksi virus ini akan jauh lebih kecil. \n\n Kalaupun seseorang yang sudah divaksin tertular COVID-19, vaksin bisa mencegah terjadinya gejala yang berat dan komplikasi. Dengan begitu, jumlah orang yang sakit atau meninggal karena COVID-19 akan menurun. \n\n \n\n 2. Mendorong terbentuknya herd immunity \n\n Seseorang yang mendapatkan vaksin COVID-19 juga dapat melindungi orang-orang di sekitarnya, terutama kelompok yang sangat berisiko, seperti lansia. Hal ini karena kemungkinan orang yang sudah divaksin untuk menularkan virus Corona sangatlah kecil. \n\n Bila diberikan secara massal, vaksin COVID-19 juga mampu mendorong terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity) dalam masyarakat. Artinya, orang yang tidak bisa mendapatkan vaksin, misalnya bayi baru lahir, lansia, atau penderita kelainan sistem imun tertentu, bisa mendapatkan perlindungan dari orang-orang di sekitarnya. \n\n Kendati demikian, untuk mencapai herd immunity dalam suatu masyarakat, penelitian menyebutkan bahwa minimal 70% penduduk dalam negara tersebut harus sudah divaksin. \n\n \n\n 3. Meminimalkan dampak ekonomi dan sosial \n\n Manfaat vaksin COVID-19 tidak hanya untuk sektor kesehatan, tetapi juga sektor ekonomi dan sosial. Jika sebagian besar masyarakat sudah memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik untuk melawan penyakit COVID-19, kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat bisa kembali seperti sediakala. \n\n \n\n \n\n Siapa saja yang tidak boleh di vaksin? \n\n Selain memiliki manfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi virus SARS-CoV-2, nyatanya ada beberapa kelompok yang tidak boleh dapat vaksin corona atau sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter sebelum mendapatkan vaksinasi COVID-19. Kelompok tersebut adalah: \n\n 1. Seseorang yang Memiliki Alergi \n\n Menurut Centers for Disease Control and Prevention, beberapa orang yang menerima vaksin COVID-19 mengalami reaksi alergi yang cukup parah. Konsultasikan kandungan apa saja yang terdapat dalam vaksin COVID-19. Jika ada kandungan yang dapat memicu alergi, sebaiknya hindari mendapatkan vaksin COVID-19 untuk menurunkan risiko yang lebih buruk. Jika kamu mengalami alergi parah setelah vaksin yang pertama, hindari melakukan vaksin yang kedua. \n\n \n\n 2. Anak-Anak \n\n Saat ini vaksin COVID-19 yang tersedia di beberapa negara hanya boleh diberikan pada remaja, dewasa, hingga lansia. Hal ini disebabkan belum ada pengujian klinis yang dilakukan pada anak-anak. Vaksin Moderna boleh digunakan mulai usia 18 tahun ke atas. Pfizer boleh digunakan di usia 16 ke atas. \n\n Namun jangan khawatir, para peneliti akan terus meneliti dan menguji vaksin COVID-19 hingga bisa digunakan oleh anak-anak, balita, maupun bayi. Pengujian ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kemungkinan, hasil pengujian baru terlihat di pertengahan tahun 2021. \n\n \n\n 3. Pengidap Gangguan Imunitas \n\n Mengutip CNN Health, vaksin COVID-19 tidak dapat diberikan oleh orang-orang yang memiliki gangguan imunitas. Namun, tidak ada salahnya selalu bertanya pada dokter melalui aplikasi Hermina Mobile Apps mengenai pemberian vaksin agar kesehatan tetap terjaga dengan baik. \n\n \n\n 4. Wanita Hamil dan Menyusui \n\n Menurut Dr. Peter Marks, seorang Direktur FDA’s Center for Biologics Evaluation and Research, mengidap COVID-19 saat menjalani kehamilan merupakan hal yang berbahaya. Namun, vaksin COVID-19 bukanlah tindakan yang akan direkomendasikan oleh dokter untuk mencegah COVID-19 pada ibu hamil maupun menyusui. \n\n \n\n Dari fakta-fakta di atas, bisa kita lihat bahwa vaksin COVID-19 membawa banyak manfaat, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi banyak orang. Oleh sebab itu, meskipun banyak beredar isu-isu seputar vaksin yang belum jelas kebenarannya, Anda tidak perlu ragu atau takut untuk menjalani vaksinasi COVID-19. \n\n \n\n Mari kita bantu pemerintah mensukseskan vaksinasi dengan cara ikut divaksin agar pandemi segera berakhir dan jangan lupa tetap menerapkan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan, untuk meningkatkan keberhasilan upaya pencegahan COVID-19. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 26 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Jangan Gunakan Pasta Gigi untuk Mengobati Luka Bakar<\/a><\/h3>
Luka bakar biasanya terjadi akibat pekerjaan sehari-hari, seperti memasak, menyetrika pakaian, membakar sampah, atau mengganti air radiator. Seperti sudah menjadi tradisi di masyarakat, bahwa jika terkena luka bakar, oleskan pasta gigi di daerah yang terkena luka bakar. Alih-alih menghilangkan panas yang mungkin disebabkan oleh efek dingin, pemberian pasta gigi ini justru memperparah luka bakar yang terjadi. \n\n \n\n Oleh karena itu, yang terbaik adalah mengetahui mengapa Sahabat Hermina harus menghentikan kebiasaan menggunakan pasta gigi untuk mengatasi luka bakar. Sebelum membahas lebih lanjut larangan menggunakan pasta gigi pada luka bakar, mari kita bahas dahulu apa itu luka bakar. \n\n \n\n LUKA BAKAR \n\n Luka bakar adalah luka pada kulit yang disebabkan oleh panas, seperti kebakaran, cairan panas (air atau minyak), listrik, bahan kimia, gesekan atau radiasi matahari, yang dapat menyebabkan kerusakan pada otot, selaput lendir, atau bagian tubuh lainnya. \n\n Berikut ini adalah diskusi tentang luka bakar dan derajat keparahannya: \n\n - Luka Bakar Level 1 \n\n Pada tingkat ini, luka bakar hanya mengenai lapisan atas kulit (epidermis). Pada luka bakar derajat satu, luka bakar tersebut membuat kulit menjadi merah dan bengkak, menyebabkan penderita merasakan nyeri yang sangat parah. Rasa nyeri tersebut disebabkan oleh nyeri saraf pada kulit yang terkena rangsangan panas. \n\n - Luka Bakar Level 2 \n\n Pada tingkat ini, luka bakar terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam dari pada Tingkat 1. Kulit yang terkena luka bakar ini akan melepuh dan mengelupas. Tepi kulit yang terkena luka bakar terlihat kemerahan dan bisa menimbulkan rasa sakit. \n\n - Luka Bakar Level 3 \n\n Pada level ini, luka bakar akan merusak lapisan kulit lebih dalam. Pasalnya, kerusakan terjadi pada lapisan lemak, otot, dan tendon. Pada tingkat ini luka bakar tidak akan menimbulkan rasa nyeri, karena luka bakar tersebut akan merusak saraf pada kulit. Dalam hal ini sering terjadi komplikasi yaitu infeksi dan dehidrasi. Dehidrasi bisa terjadi karena tubuh kehilangan lapisan pelindung kulitnya. Akibatnya, sejumlah besar cairan tubuh dilepaskan, terutama melalui mekanisme penguapan. Jika area kulit yang terluka besar, dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan segera dan tepat. \n\n - Luka Bakar Level 4 \n\n Lukanya lebih berat dari level 3 dan dasar lukanya berwarna hitam. Luka bakar ini dapat merusak lapisan di bawah kulit dan bahkan tulang. Umumnya luka bakar yang terjadi di level 1 dan 2 tergolong luka bakar ringan, jika cakupannya tidak luas, bisa dirawat di rumah. Namun, pada luka bakar level 3 dan 4, pasien luka bakar harus segera dibawa ke rumah sakit. Pasalnya, luka bakar level 3 dan 4 bisa mengancam jiwa. \n\n \n\n Perawatan luka bakar ringan dapat dirawat secara terpisah di rumah. Namun, pemrosesannya harus benar. Karena jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan infeksi dan komplikasi yang serius. \n\n \n\n PASTA GIGI DAN LUKA BAKAR \n\n Sudah sejak lama masyarakat mengenal kebiasaan menggunakan pasta gigi untuk luka bakar. Para penggunanya menyebutkan bahwa rasa pasta gigi yang dingin dapat memberikan efek mendinginkan dan menghilangkan rasa sakit. \n\n \n\n Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan ini tidak benar? Tidak disarankan menggunakan pasta gigi untuk luka bakar karena akan memperburuk kondisinya. \n\n \n\n Untuk mengetahui mengapa pasta gigi tidak dianjurkan untuk luka bakar, berikut penjelasannya: \n\n Kandungan mentol, zat pemutih, perasa dan bahan kimia lainnya pada pasta gigi dapat menyebabkan peradangan dan infeksi. Selain itu, kandungan tersebut juga dapat menyebabkan penyembuhan luka yang kurang baik yang terjadi. \n\n Pasta gigi akan menyebabkan kulit terbakar dari luar, sehingga udara di bawah kulit tidak akan keluar dari udara luar. Akibatnya suhu di bawah kulit masih sangat panas, dan proses luka akibat panas yang tidak dikeluarkan akan terus berlanjut, dan akhirnya luka bakar akan semakin dalam dan berat. \n\n \n\n Lantas, bagaimana jika kita tidak sengaja terbakar pada saat sedang aktivitas sehari-hari? \n\n Letakkan area yang terbakar di bawah air mengalir selama 15 menit. Tujuannya untuk mendinginkan suhu di sekitar luka. Dengan ini, proses perusakan akibat panas lebih lanjut akan terhenti. Dinginnya air bisa menghilangkan rasa sakit akibat panas. Selain itu, bisa juga dicuci dengan sabun untuk menghilangkan sumber panas yang menempel di kulit, seperti minyak goreng. Namun, harus dibersihkan secara perlahan dan hati-hati agar tidak semakin merusak jaringan yang terkena benda panas. Jika kita terkena bahan kimia, kita juga bisa menggunakan cara ini. \n\n Jika gelembung luka bakar penuh dengan cairan, jangan dipecahkan. Karena lubang-lubang yang disebabkan oleh pecahnya gelembung berisi cairan tersebut dapat menjadi jalan masuk bakteri penyebab infeksi. Jika gelembungnya terlalu besar, segera temui dokter untuk penanganan lebih lanjut. \n\n Jangan gunakan es batu di area yang terkena. Suhu es yang bisa mencapai -4 ° Celsius akan menyebabkan pembuluh darah kita mengerut (vasokonstriksi). Kondisi ini menyebabkan aliran darah tidak lancar, sehingga daerah yang terpapar panas tidak bisa mendapatkan asupan darah yang baik. Akhirnya, hal ini akan memperparah luka dan menyebabkan kematian jaringan. \n\n Gunakan analgesik (seperti parasetamol) untuk mengurangi nyeri. \n\n Perlu Sahabat Hermina ingat bahwa selain pasta gigi, sebaiknya hindari juga penggunaan margarin, kecap atau zat lain yang tidak kondusif untuk luka bakar. \n\n \n\n Singkatnya, pengobatan yang baik pada tahap awal luka bakar dapat menghindari komplikasi dan pembentukan bekas luka yang parah. Alangkah baiknya jika Sahabat Hermina dapat menerapkan langkah-langkah penanganan awal apabila terjadi luka bakar di tubuh Sahabat. Setelah itu, segera temui dokter untuk mencegah kemungkinan komplikasi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 25 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Hidup Sehat, Bugar dengan Berat Badan Ideal<\/a><\/h3>
Hidup Sehat, Bugar dengan Berat Badan Ideal \n\n Apakah yang dimaksud dengan sehat dan bugar? \n\n Sehat adalah keadaan baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. \n\n Bugar adalah kemampuan tubuh melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh energi dengan semangat. \n\n \n\n Bagaimana kita dapat mengetahui berat badan ideal atau tidak? \n\n \n Menghitung indeks massa tubuh (IMT) \n \n\n \n\n \n\n Lalu setelah didapatkan hasil, golongkan dalam tabel berikut: \n\n\n \n \n \n Klasifikasi status gizi Asia Pasifik WHO \n \n \n IMT \n \n \n \n \n Berat Badan Kurang \n \n \n < 18,5 \n \n \n \n \n Normal \n \n \n 18,5-22,9 \n \n \n \n \n Berat Badan Lebih \n \n \n ≥ 23 \n \n \n \n \n Berisiko \n \n \n 23-24,9 \n \n \n \n \n Obesitas I \n \n \n 25-29,9 \n \n \n \n \n Obesitas II \n \n \n ≥ 30 \n \n \n \n\n\n \n\n \n Melakukan pengukuran massa lemak, salah satunya dengan mengukur lingkar perut. Berikut langkah-langkahnya : \n \n\n - Lakukan pengukuran di pagi hari saat bangun tidur, setelah buang air besar atau buang air kecil \n\n - Berdiri rileks dengan memakai pakaian yg tipis atau tanpa pakaian \n\n - Lalu ukur dengan pita ukur di bagian perut paling buncit \n\n - Lingkar perut yang normal untuk laki-laki < 90 cm dan perempuan < 80 cm \n\n \n\n Bila setelah hasil penghitungan, didapatkan berat badan tidak ideal atau kegemukan, maka bahaya apakah yang dapat terjadi di kemudian hari? Tentunya dapat terkena berbagai penyakit berbahaya, seperti: \n\n \n Tekanan darah tinggi \n Penyakit kencing manis \n Penyakit jantung koroner \n Stroke \n Keganasan atau kanker \n Gangguan hormon atau ketidaksuburan \n Dampak sosial: menjadi tidak percaya diri dan produktivitas kerja menurun \n \n\n \n\n \n\n Siapa sajakah yang bisa mengalami kegemukan atau obesitas? Siapa saja dapat mengalami kegemukan atau obesitas, tanpa memandang usia. Dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia, jika tidak menjaga pola hidup sehat, dapat obesitas. \n\n Apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah obesitas? \n\n \n Lakukan pengaturan pola makan sesuai gizi seimbang dan bervariasi \n Pilihlah makanan dengan sumber karbohidrat kompleks seperti beras merah, kentang, jagung, ubi dll \n Hindari konsumsi makan-makanan yang digoreng kering terlalu sering \n Minimalkan konsumsi gula tambahan dan makanan tinggi lemak \n Perbanyak konsumsi sayur dan buah \n Lakukan olahraga secara rutin \n Berkonsultasi lah ke klinik gizi untuk mendapatkan menu diet secara personal \n \n\n Sahabat Hermina, memiliki berat badan berlebih tidak baik untuk kesehatan. Untuk itu, mari kita mulai terapkan pola hidup sehat, makan makanan dengan gizi seimbang, dan rutin berolahraga agar berat badan ideal tetap terjaga dan selalu sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Lampung<\/a><\/li>
- 25 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Metode Induksi Alami Persalinan untuk Merangsang Kontraksi<\/a><\/h3>
Menanti datangnya waktu persalinan mungkin membuat ibu diliputi perasaan harap-harap cemas. Apalagi jika sudah memasuki hari perkiraan lahir (HPL), tetapi buah hati yang ditunggu-tunggu kehadirannya belum ingin keluar dari dalam perut. Hal ini pun bisa membuat ibu menjadi semakin cemas. \n\n \n\n Untuk merangsang kontraksi, tak sedikit ibu hamil yang melakukan induksi alami guna mempercepat proses persalinan dan Si Kecil bisa dilahirkan. Sebenarnya, induksi alami ini belum terbukti secara ilmiah. Meskipun begitu, induksi alami telah dilakukan oleh banyak ibu hamil untuk membantu memperlancar proses persalinan mereka. Jadi, jika ingin melakukan induksi alami, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter kandungan. \n\n Berikut ini beberapa induksi alami yang seringkali dilakukan: \n\n 1. Berhubungan Seks \n\n Metode ini dapat dilakukan selama ibu tidak memiliki masalah kehamilan. Namun, jangan jadikan metode ini menjadi acuan wajib untuk merangsang persalinan secara alami. Tidak semua ibu hamil boleh berhubungan intim mendekati hari persalinan terutama jika sudah mengalami pecah ketuban, pendarahan, atau resiko persalinan prematur. \n\n 2. Stimulasi Puting \n\n Stimulasi puting bisa dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan. Hormon oksitosin didalam tubuh ibu secara alami dapat merangsang muncunya kontraksi. \n\n 3. Jalan Kaki \n\n Tidak perlu olahraga yang sulit, ibu bisa sekadar berjalan kaki mengelilingi ruangan atau naik turun tangga di rumah sakit. Cara ini efektif membuat pembukaan menjadi lebih cepat, Efek jalan kaki dirasakan saat ibu hamil sudah mulai mengalami kontraksi, bukan sebagai cara merangsang datangnya kontraksi agar bayi cepat lahir. Pasalnya, gerakan pinggul saat jalan kaki dapat membantu memosisikan kepala bayi ke arah panggul supaya pembukaan berjalan dengan cepat. Namun, perhatikan kemampuan tubuh Anda jangan sampai kelelahan. Simpan energi sebagai persiapan menjelang melahirkan. \n\n 4. Akupuntur \n\n Akupunktur bisa menstimulasi tubuh untuk melepaskan hormon oksitosin. Akupuntur dilakukan dengan menusukkan jarum ke beberapa titik tertentu pada tubuh. Cara ini diyakini dapat meningkatkan produksi oksitosin, memicu pergerakan kepala bayi, serta merangsang kesiapan rahim menuju persalinan. \n\n 5.Akupresur \n\n Para pakar akupresur percaya kalau metode ini bisa menstimulasi persalinan menjadi lebih cepat. Namun ini tidak boleh dilakukan sendiri dan harus dilakukan oleh pakarnya atau terapis akupresur berseritifikat. Jika akupresur tidak menimbulkan efek induksi pada Anda, setidaknya ini pasti cara yang efektif untuk mengurangi nyeri persalinan. \n\n 6. Birth Ball \n\n Metode ini dapat menjadi metode alami menjelang melahirkan karena merangsang keluarnya bayi. Bukan hanya sebagai induksi alami, manfaat birth ball untuk ibu hamil dan melahirkan juga membantu mengurangi nyeri pada punggung dan persalinan. Ketidaknyamanan yang ibu rasakan akibat kontraksi juga dapat berkurang karena rutin menggunakan birth ball selama kehamilan dan menjelang melahirkan. Menariknya lagi, birth ball dapat membantu ibu hamil merasa lebih rileks dan mengurangi kecemasan sebelum melahirkan. \n\n \n\n Tentunya beberapa metode di atas aman dilakukan jika: \n\n 1. Usia kehamilan sudah memasuki 37 minggu atau lebih \n\n 2. Dokter memperbolehkan ibu melakukan induksi persalinan alami sesuai anjuran \n\n 3. Posisi kepala bayi sudah berada di bawah atau di jalan lahir \n\n 4. Ibu dan bayi sehat atau tidak memiliki komplikasi kehamilan \n\n \n\n Jika ingin melakukannya, ibu hamil perlu mendapatkan persetujuan dokter sebelum menjalani induksi persalinan alami karena cara ini belum terbukti secara ilmiah. \n\n Sejatinya, satu-satunya metode induksi yang aman dan dapat diandalkan untuk memicu persalinan yakni obat yang diberikan oleh dokter saat ibu hamil melahirkan di rumah sakit. \n\n Dokter umumnya akan mempertimbangkan untuk memberikan induksi persalinan medis sesuai dengan kondisi kesehatan Anda dan bayi di dalam kandungan. \n\n Pemberian induksi persalinan medis agar cepat pembukaan pun tidak sembarangan dilakukan pada semua ibu hamil yang akan melahirkan. Alasannya karena masing-masing ibu hamil yang akan melahirkan punya kondisi kesehatan yang tidak selalu sama. Itu sebabnya, penanganan cara merangsang kontraksi agar bayi cepat lahir untuk masing-masing kondisi ibu hamil pun bisa berbeda-beda. \n\n Induksi persalinan medis biasanya tidak ditujukan untuk ibu hamil yang pernah melakukan operasi caesar dengan arah sayatan vertikal. \n\n Lalu, pemberian induksi melahirkan medis juga tidak berlaku bagi ibu hamil yang mengalami kondisi plasenta menghalangi serviks (plasenta previa). \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 25 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala Penyakit Usus Buntu<\/a><\/h3>
Appendix vermiformis atau sering “disalahistilahkan” sebagai usus buntu, merupakan usus berbentuk tabung yang menyerupai umbai cacing terletak pada perut kanan bawah atau abdomen (right lower right quadrant) yang fungsinya masih belum diketahui secara pasti, meskipun beberapa menyebutkan sebagai bagian dari sistem imun atau pertahanan usus, struktur vestigial atau organ sisa yang sudah kehilangan fungsi pokoknya, bahkan sering menjadi tempat bersembunyi bakteri (flora normal usus). \n\n \n\n Usus buntu yang meradang atau dikenal sebagai appendicitis merupakan salah satu penyebab nyeri perut kanan bawah, terjadi pada 10% populasi, dan memerlukan tindakan operatif segera. \n\n \n\n Appendicitis dapat terjadi akibat sumbatan lumen oleh fecalith (feces yang mengeras), biji-bijian yang tidak tercerna, cacing, kelenjar getah bening appendix yang membesar (lymphoid hyperplasia), atau appendix yang menekuk (kinking) akibat penggantung appendix (mesoappendix) terlalu pendek. \n\n \n\n Kenali Gejala Sesuai Perjalanan Penyakit Appendicitis \n\n Pada fase awal bendungan lumen appendix, penderita akan merasakan sensasi tidak nyaman atau nyeri disekitar pusar atau ulu hati. Bendungan lumen ini mengakibatkan gangguan drainase mukus (getah atau lendir usus) pada lumen appendix, akibatnya appendix teregang dan timbul refleks mual atau muntah. \n\n \n\n Timbunan mukus dalam lumen terus bertambah, mengakibatkan tekanan lumen appendix meningkat dan menekan pembuluh darah pada dinding appendix, sehingga appendix menjadi kekurangan suplai oksigen dan mengalami iskemia. Pada fase ini nyeri perut dirasakan bergeser dari sekitar pusar ke kanan bawah. \n\n \n\n Timbunan mukus dalam lumen menjadikan flora normal usus (E. Colli, Bacteroides Fragilis) tumbuh pesat dan dapat menimbulkan gejala infeksi yang bermakna ditandai dengan timbulnya demam dan meningkatnya sel darah putih (lekositosis) pada pemeriksaan laboratorium darah. \n\n \n\n Dinding appendix yang iskemi menjadi rapuh dan bocor, akibatnya isi lumen appendix (berupa mukus) keluar kedalam rongga perut dan menimbulkan rangsang peritoneum (selaput pembungkus usus) yang dikenal sebagai Mcburney Sign dan diperparah dengan goncangan, gerakan, atau batuk. \n\n \n\n Gejala lain yang dapat ditemui antara lain, diare dan disuria (anyang anyangan, kencing merasa tidak tuntas, perasaan ingin kencing berkali-kali). \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina merasakan gejala-gejala di atas, segera konsultasikan dengan dokter agar dapat diperiksa dan segera ditangani sebelum menjadi berbahaya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 20 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
HIV/AIDS: Cegah dan Jauhi Penyakitnya Bukan Penderitanya<\/a><\/h3>
AIDS merupakan penyakit mematikan yang dibawa oleh virus bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). Memiliki kepanjangan Acquired Immunodeficiency Syndrome, kondisi ini terjadi apabila virus penyebabnya terus berkembang dan memasuki stadium akhir. AIDS menyumbang kerusakan lebih serius pada sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak ada satupun orang yang mampu bertahan melawannya. Ketika mendengar HIV/AIDS, banyak orang langsung berpikir untuk menjauhi orang yang terkena penyakit tersebut. \n\n \n\n Hal tersebut salah, karena yang seharusnya kita jauhi adalah penyakitnya bukan penderitanya. Gaya hidup yang tidak baik bisa yang menyebabkan orang terkena HIV/AIDS. Penyakit HIV/AIDS merupakan virus yang melemahkan sistem kekebalan atau perlindungan tubuh dan kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. \n\n \n\n Penularan AIDS disebabkan oleh beragam hal, antara lain: \n\n 1. Berbagi alat suntik \n\n HIV dapat sangat mudah ditularkan lewat jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi \n\n 2. Berganti ganti pasangan \n\n Hindari seks dengan bergonta-ganti pasangan. Jadilah pribadi setia \n\n 3. Terkena cairan tubuh pengidap \n\n Cara ini tak berarti menjauhi pengidapnya. Namun, sebisa mungkin hindari kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang dapat menyebarkan HIV. Terutama jika Anda memiliki luka terbuka di bagian tubuh manapun. Cairan tubuh yang bisa membawa virus HIV meliputi ASI, cairan vagina, pelumas alami anus, air mani (cairan praejakulasi), cairan ketuban \n\n \n\n 4. Melakukan Seks Sesama Jenis \n\n \n\n Banyak orang berpikir penderita HIV/AIDS ini sengaja menularkan ke orang lain atau penyakit ini mudah menular sehingga orang cenderung menjauhi penderitanya dan merasa itu adalah keputusan yang benar. Padahal HIV itu tidak dapat ditularkan hanya dengan melakukan makan bersama, berenang, berjabat tangan, hidup serumah, bahkan berpelukan. \n\n \n\n Terapi antiretroviral (ARV) mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut ARV. ARV tidak membunuh virus, tetapi memperlambat pertumbuhan virus. Adapun manfaat terapi ARV: \n\n \n Meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang harapan hidup ODHA \n Memulihkan dan memelihata fungsi kekebalan tubuh \n Mengurangi terjadinya infeksi oportunistik dan menghentikan progesifitas HIV \n Menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) infeksi HIV \n \n\n \n\n Prinsipnya pencegahannya HIV/AIDS antara lain: \n\n A: Abstinence (Pantang) \n\n B: Be Faithfull (Setia terhadap pasangannya) \n\n C: Condom (Menggunakan kondom saat berhubungan seksual) \n\n D: No Drugs (Tidak menggunakan obat-obatan terlarang) \n\n E: Education (Memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS) \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina memiliki keluarga atau sahabat atau kerabat yang menderita HIV/AIDS, janganlah dijauhi. Sahabat Hermina bisa melakukan hal berikut: \n\n \n Perlakukan mereka secara wajar \n Jangan kucilkan ODHA dan keluarganya \n Bersikaplah objektif dan manusiawi \n Bantu menghilangkan beban penderitaannya \n Beri dukungan terhadap ODHA dan keluarganya \n Tetap menjaga kerahasiaan \n Beri informasi kepada ODHA kemana dia harus berkonsultasi atau berobat \n \n\n \n\n Yang terpenting, jaga selalu diri Anda dan keluarga dari bahaya HIV/AIDS dengan prinsip pencegahan yang telah dibagikan di atas. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 19 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Haruskah Operasi di Saat Pandemi Covid-19?<\/a><\/h3>
Pandemi Covid-19 sudah menjadi keseharian kita selama kurang lebih satu tahun terakhir. Virus yang awalnya katanya “akan sembuh sendiri” dan “lebih kurang mematikan dibandingkan difteri atau demam berdarah” ini faktanya menelan korban jiwa yang tidak sedikit, bahkan dari sisi tenaga Kesehatan turut menjadi korban. Kurva kasus baru setiap hari meningkat seiring dengan banyaknya dilakukan tes skrining Covid-19. Jadi, dapat ditarik kesimpulan Covid-19 ini belum jelas kapan berakhirnya. \n\n Di satu sisi, Covid-19 adalah suatu ancaman yang nyata. Di sisi lain, selain Covid-19 masih banyak kasus-kasus yang perlu menanganan operasi atau pembedahan. Saat ini, belum ada protokol resmi dari WHO selaku badan kesehatan dunia mengenai protokol pembedahan. Namun, semua kembali kepada dokter bedah ataupun rumah sakit yang berkepentingan. \n\n Ada banyak rumah sakit yang memang menunda tindakan pembedahan. Dari segi kasus bedah, ada operasi yang memang bisa ditunda, tetapi tidak sedikit operasi yang harus tetap berjalan. Operasi gawat darurat yang mengancam nyawa tetap dilakukan ada atau tidak ada Covid-19. Contoh lainnya adalah kasus-kasus tumor atau kanker, yang apabila ditunda akan menyebabkan kanker menyebar lebih luas. Beberapa protokol pembedahan pun mulai dibuat oleh berbagai rumah sakit di dunia. Namun, pada kenyataannya tidak semua protokol bisa dilaksanakan. \n\n Mayoritas pasien di Indonesia menggunakan BPJS Kesehatan atau asuransi kesehatan yang di”miliki” oleh negara. Problema paling besar adalah saat penyaringan pasien atau skrining. Pasien BPJS yang biasanya tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk berobat (pasien yang ditanggung pemerintah) atau mengeluarkan uang dengan jumlah minim (Rp160.000 per orang per bulan, bandingkan dengan asuransi swasta yang polis per bulannya mayoritas minimal Rp1.000.000 per bulan), harus mengeluarkan uang untuk skrining karena skrining awal tidak ditanggung oleh BPJS. Lain halnya jika pasien tersebut memang bergejala mengarah Covid-19. \n\n Idealnya, semua pasien dilakukan swab PCR untuk penyaringan sebelum tindakan operasi. Namun, hal ini sulit dilakukan terutama untuk kasus-kasus emergensi atau gawat darurat. Tidak semua rumah sakit memiliki lab PCR di rumah sakitnya yang menyebabkan waktu perolehan hasil PCR menjadi lama. Banyak rumah sakit dan dokter yang berkompromi, dengan hanya melakukan skrining menggunakan swab antigen yang harganya lebih terjangkau maupun rapid antibodi yang sensitivitasnya paling rendah atau memilih prosedur bius lokal atau regional. Namun, semua hal di atas tetap beresiko terhadap penularan Covid-19 dan tidak semua kasus dapat dilakukan bius lokal atau regional. \n\n Rumah sakit mulai melengkapi kamar bedah dan kamar perawatannya dengan alat-alat filter yang minimal menurunkan resiko penularan Covid-19. Alat pelindung diri level 3, yang awalnya hanya dipakai untuk kasus-kasus bedah pasien positif Covid-19, mulai dipakai untuk semua tindakan bedah yang pada akhirnya meningkatkan biaya operasi. \n\n Penularan Covid-19 dalam rumah sakit merupakan suatu ancaman yang nyata. Manajemen rumah sakit perlu memikirkan kontak antara pekerja medis, staff nonmedis, dan pasien. Alat pelindung diri yang semakin hari semakin terbatas juga merupakan hal yang perlu dipikirkan baik-baik Namun, pasien yang memang perlu berobat ke rumah sakit tidak perlu terlalu khawatir. Dengan disiplin protokol kesehatan yang baik dan saling menjaga diri masing-masing, penularan Covid-19 dapat diminimalkan di lingkungan rumah sakit. \n\n Pada akhirnya semua bergantung terhadap individu masing-masing. Dokter, pasien, maupun rumah sakit yang berkepentingan berdasarkan data yang ada. Pekerja medis dituntut untuk fleksibel. Jika memang ada kasus emergensi atau gawat darurat, maka operasi harus tetap dilakukan. Untuk kasus-kasus urgensi yang mengganggu atau bergejala, pasien dapat memilih atau menunda pembedahan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 19 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 01 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>