- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 24 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Sakit Gigi tak Kunjung Henti, Ketahui Ciri Gigi Berlubang!<\/a><\/h3>
Sakit gigi merupakan kondisi sakit atau nyeri yang terjadi pada bagian dalam atau sekitar gigi. Sakit gigi dapat hilang timbul atau berlangsung secara terus menerus dan tingkat keparahan nyeri tersebut dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Umumnya, sakit gigi terjadi akibat penyakit pada gigi atau gusi, salah satunya adalah gigi berlubang. \n\n Gigi berlubang merupakan kondisi gigi yang rusak akibat terkikisnya lapisan terluar gigi (enamel). Kondisi ini terjadi karena penumpukan bakteri di mulut akibat sering mengonsumsi makanan manis dan tidak menjaga kebersihan mulut. \n\n Gigi berlubang dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak. Apabila tidak segera diatasi, lubang di gigi dapat semakin membesar dan mengganggu sehingga berpotensi untuk meningkatkan risiko terjadinya masalah gigi yang lain, seperti infeksi dan gigi tanggal atau copot. \n\n \n\n Faktor Penyebab Gigi Berlubang: \n\n -Jarang menyikat gigi/membersihkan gigi setelah makan \n\n -Tidak menggunakan pasta gigi atau obat kumur yang mengandung fluoride \n\n -Terlalu banyak konsumsi makanan dan minuman manis atau asam (soda, kopi, teh,dll) \n\n -Menderita anoreksia dan bulimia \n\n -Menderita GERD dan mulut kering \n\n -Berusia lanjut sehingga enamel mulai menipis dan berkurangnya produksi air liur \n\n -Rutin konsumsi obat-obatan, suplemen, vitamin, atau produk herba yang mengandung gula \n\n \n\n Gejala Gigi Berlubang: \n\n Apabila lubang pada gigi masih berukuran kecil, biasanya gejala belum terasa. Namun, ketika lubang pada gigi sudah membesar, dapat muncul beberapa gejala berikut: \n\n -Gigi sensitif \n\n -Sakit ketika menggigit \n\n -Nyeri spontan tanpa sebab yang jelas \n\n -Ngilu atau nyeri setelah konsumsi makanan/minuman yang manis, dingin, atau panas \n\n -Terdapat lubang yang jelas di gigi \n\n -Noda putih, coklat, atau hitam pada permukaan gigi \n\n \n\n Pencegahan Gigi Berlubang \n\n Gigi berlubang bisa terjadi pada siapa saja, terutama pada orang yang tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut. Untuk mencegah kondisi ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu: \n\n -Mengurangi kebiasaan ngemil \n\n -Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang manis atau asam, seperti permen atau minuman ringan \n\n -Menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluoride \n\n -Membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi setidaknya 1 kali sehari \n\n -Memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi, setidaknya 2 kali dalam setahun \n\n \n\n Sakit gigi akibat gigi berlubang juga dapat terjadi karena adanya plak yang sudah lama tidak dibersihkan. Plak adalah lapisan lunak dan lengket yang terdiri dari sisa makanan serta bakteri. Bila dibiarkan terus-menerus, plak tersebut bisa menyebabkan berbagai macam masalah mulut seperti karang gigi hingga gigi berlubang. \n\n Untuk mencegah terjadinya berbagai komplikasi lain pada gigi, periksalah ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk membersihkan plak yang membandel. Oleh karena itu Sahabat Hermina dapat mengunjungi RS Hermina Depok untuk mendapatkan perawatan gigi terbaik sebagai upaya mencegah gigi berlubang. \n\n Buat janji temu dengan dokter RS Hermina Depok melalui call center kami di 1500 488 atau gunakan fitur yang terdapat pada aplikasi Halo Hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cermati Dampak Screen Time Berlebih Pada Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, Screen time atau yang disebut dengan waktu layar adalah waktu yang kita habiskan untuk melihat layar baik itu televisi, komputer, handphone, tablet maupun elektronik lainnya. Namun, bagaimana jika anak sudah melewati batas waktu screen time yang efektif? Jawabannya akan sangat berbahaya. Karena tidak semua perkembangan anak terjadi karena terbiasa terhadap lingkungan ada juga perkembangan anak yang harus dilatih dan di stimulasi oleh orang tua. Nah, ketika waktu screen time pada anak berlebih maka yang terjadi adalah tidak adanya stimulasi seperti bahasa dan gerakan motorik, karena anak sudah terfokus pada layar saja. \n\n Pada dasarnya anak memiliki waktu screen time yang ideal berdasarkan pada usia masing-masing anak, seperti anak usia 1th - 4th waktu layar yang efektif yakni kurang dari 1 jam, kemudian untuk anak usia 5th hingga dewasa dengan usia 17th yakni hanya boleh 2 jam dalam satu hari dan waktu tersebut adalah waktu diluar dari kegiatan edukasi online. Sedangkan untuk anak dengan usia di bawah satu tahun yaitu sama sekali tidak diperbolehkan adanya waktu screen time, sehingga anak harus lebih difokuskan kepada gerakan motorik dan berbahasa, hal ini juga sebagai salah satu bentuk pencegahan terhadap speech delay pada anak. \n\n Lantas apa dampak dari anak yang sudah mengalami screen time yang berlebih? Berikut beberapa dampak yang dapat terjadi: \n\n 1. Terlambatnya Perkembangan Anak \n\n Dampak yang ditimbulkan bagi perkembangan anak tentu juga akan berbeda sesuai dengan usianya, namun dampak yang paling umum yaitu perkembangan anak menjadi terlambat baik dalam berbicara maupun perkembangan motoriknya. \n\n 2. Menurunnya performa akademik \n\n Bagi remaja dampak screen time yang ditimbulkan yaitu menurunnya performa akademik, karena saat screen time sudah berlebih maka keinginan anak untuk belajar juga akan menurun dan rasa tanggung jawab anak sebagai seorang pelajar juga perlahan dapat menghilang. \n\n 3. Anak menjadi anti sosial \n\n Seperti kata pepatah bahwa gadget sekarang ini “dapat mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”, disaat anak terlalu sering menonton atau menatap layar maka interaksi antar sesama akan berkurang dan anak juga akan lebih senang menyendiri dibandingkan bersosialisasi dengan teman-temannya. Hal ini yang menyebabkan anak sulit untuk bergaul dengan lingkungan disekitarnya. \n\n Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan nih Sahabat Hermina bahwa kebiasaan anak bermain gadget, waktu anak menatap layar dan perkembangan motorik anak akan sangat bergantung kepada orang tua. Sehingga wajib bagi setiap orang tua untuk mendampingi setiap anak dan membangun hubungan yang baik dengan anak, terutama saat sedang dalam masa pertumbuhan. Sahabat Hermina, jangan ragu untuk konsultasikan kesehatan si kecil bersama Psikolog kami di RS Hermina Galaxy. Caritahu informasi seputar kesehatan bersama Rumah Sakit Hermina Galaxy dengan follow akun instagram dan tiktok kami di @rsuherminagalaxy. Buat janji dokter jadi lebih mudah melalui aplikasi Halo Hermina dan melalui call center kami di 1500488. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala Penyebab dan Jenis Anemia<\/a><\/h3>
Beberapa gangguan kesehatan pada manusia bisa terlihat dari perubahan fisiknya. Salah satunya adalah anemia yang menyebabkan tubuh lemas dan kurang bertenaga. Anemia adalah kurangnya kadar sel darah merah yang sangat penting untuk mendistribusikan oksigen. Sedangkan oksigen berperan dalam proses metabolisme. \n\n Penyakit anemia terjadi karena kelainan hemoglobin akibat rendahnya kadar hemoglobin di batas normal, yaitu 14 gr untuk pria dan 12 gr untuk wanita. Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang bertugas untuk mengangkut oksigen. \n\n \n\n Gejala Anemia \n\n Idealnya, jumlah sel darah merah dalam tubuh cukup memenuhi kebutuhan sehingga mampu mendistribusikan oksigen dengan baik. Namun karena kondisi tertentu, jumlah bisa menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan kesehatan. \n\n Karena distribusi oksigen yang terbatas menjadikan tubuh kekurangan zat penting ini. Dalam waktu lama, tubuh akan drop dan mudah terserang penyakit. Apabila kondisinya semakin memburuk, maka harus segera mendapat penanganan dari dokter. Gejala yang terlihat pada penderita anemia adalah : \n\n \n \n Lesu \n \n \n Cepat lelah \n \n \n Keluar keringat dingin \n \n \n Napas pendek \n \n \n Irama jantung tidak teratur \n \n \n Mudah mengantuk \n \n \n Kulit menguning \n \n \n\n Sekilas gelaja ini tidak terlihat sehingga kurang disadari oleh pasien. Namun jika bertambah parah, dampaknya semakin jelas. Cara mengatasinya adalah minum suplemen penambah darah, transfusi, meningkatkan asupan makanan yang mengandung zat besi, konsumsi sumber protein dan sayuran. \n\n \n\n Penyebab Anemia \n\n Anemia merupakan gangguan kesehatan yang umum terjadi namun tidak boleh disepelekan karena akibatnya bisa fatal bagi penderita. Kelainan ini bisa terjadi pada semua usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. \n\n Orang yang rentan mengalami anemia adalah wanita yang sedang menstruasi dan wanita hamil. Anak-anak pun banyak yang mengalami sehingga bisa mengganggu tumbuh kembangnya. Penyebab anemia bisa karena : \n\n \n \n Faktor genetik : orang yang memiliki orang tua pengidap anemia bawaan bisa mengalami hal yang sama sehingga perlu memperhatikan asupan makanannya setiap hari. \n \n \n Gangguan sistem kekebalan tubuh : sistem kekebalan tubuh yang terganggu menyebabkan produksi darah tidak normal, salah satunya adalah rendahnya kandungan sel darah merah. \n \n \n Riwayat kesehatan kronis : seseorang yang pernah mengalami gangguan kesehatan kronis dan mendapat penanganan medis tertentu bisa mengalami perubahan produktivitas beberapa zat penting dalam tubuh, termasuk rendahnya produksi sel darah merah. \n \n \n Hamil : pada saat hamil, tubuh membutuhkan beberapa nutrisi dalam jumlah lebih, salah satunya adalah zat besi yang penting untuk pembentukan sel darah merah. \n \n \n Menstruasi : sel darah merah bisa keluar dalam jumlah banyak saat menstruasi sehingga ketersedian dalam tubuh kurang, ini yang menyebabkan lemah, lesu dan mudah mengantuk. \n \n \n\n \n\n Jenis Anemia \n\n Gejala anemia yang sebenarnya umum terjadi pada semua usia, namun jumlah penderita terbanyak adalah wanita. Selain rendahnya produksi sel darah merah, gangguan kesehatan ini bisa juga terjadi karena pendarahan dan proses pemecahan hemoglobin yang lebih cepat. Berdasarkan jenisnya, anemia terbagi menjadi 8, yaitu: \n\n \n \n Thalassemia : jenis pertama ini bisa terjadi karena faktor keturunan. Apabila salah satu orang tua mengalami thalasemia maka anaknya pun berpotensi mengalami hal yang sama. Penyakit ini terjadi karena perubahan DNA yang menyebabkan bentuk hemoglobin tidak normal dan mudah mati. \n \n \n Anemia sel sabit : jenis anemia ini juga terjadi karena faktor keturunan. Apabila kedua orang tua mengalami kelainan bentuk sel darah merah, yaitu berbentuk sabit, maka anaknya akan mengalami hal yang sama. Sel darah merah berbentuk bulan sabit tidak fleksibel, mudah lengket dan mati sehingga menyebabkan anemia. \n \n \n Karena penyakit kronis : penyakit kronis seperti HIV, kanker, ginjal dan lainnya dapat mempengaruhi bentuk sel darah merah sehingga cepat mati dan tidak bisa secara lancar mengangkut oksigen. \n \n \n Anemia hemolitik : hemolitik adalah gangguan kesehatan dimana sel darah merah mudah hancur dibanding proses pembentukan sehingga jumlahnya tidak mencukupi. Akibatnya distribusi oksigen akan terganggu. Jenis ini juga bisa terjadi karena faktor genetik. \n \n \n Anemia aplastik : anemia jenis ini berkaitan dengan peran sumsum tulang belakang dalam menghasilkan sel darah merah. Karena rusak bagian tubuh ini tidak bisa memproduksi sel darah merah dalam jumlah sesuai kebutuhan. Penyebabnya bisa karena konsumsi obat, autoimun, infeksi, penggunaan antibiotik dan paparan zat kimia. \n \n \n Anemia karena perdarahan : salah satu alasan kenapa orang yang mengeluarkan darah dalam jumlah banyak perlu segera transfusi karena bisa berakibat rendahnya distribusi oksigen akibat anemia. Penyebabnya bisa karena kecelakaan, wasir, menstruasi, melahirkan, penggunaan obat dan kanker usus. \n \n \n Anemia karena hamil : pada saat hamil dan pertumbuhan janin, ibu membutuhkan lebih banyak zat besi, zat pembentuk hemoglobin, asam folat dan lainnya. Apabila tidak terpenuhi maka akan mengalami anemia. \n \n \n Anemia karena kurang zat besi : zat besi penting untuk pembentukan hemoglobin dan sel darah merah. Jika tubuh tidak mendapatkannya dalam jumlah cukup, baik dari asupan makanan maupun suplemen bisa berdampak terjadinya anemia \n \n \n\n Dengan mengenali gejala penyebab dan jenis anemia akan semakin mudah untuk mengatasinya. Distribusi oksigen yang kurang ke dalam organ tubuh bisa berakibat fatal. Karena itu sebaiknya tidak menganggap remeh gejala anemia yang terjadi. \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami kondisi gejala anemia segera konsultasikan dengan dokter spesialis di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apa Tujuan Dilakukan Pemeriksaan EEG ?<\/a><\/h3>
EEG merupakan kependekan dari electroencephalography. Ini merupakan teknik pemeriksaan yang berhubungan dengan saraf. Tentunya pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan di rumah sakit atas saran dokter. Mari cari tahu lebih jauh tentang apa tujuan dilakukan pemeriksaan EEG dan seperti apa prosedur yang dijalankan. \n\n \n\n Pengertian Pemeriksaan EEG \n\n Telah disebutkan sebelumnya bahwa EEG adalah electroencephalography. Ini merupakan sebuah pemeriksaan yang memakai cakram logam kecil disebut sebagai elektroda. Nantinya elektroda tersebut akan diletakkan di kulit kepala. Konsepnya sederhana, tes ini akan melakukan deteksi aktivitas listrik yang ada di otak. \n\n EEG dijalankan dengan cara merekam aktivitas yang terjadi di sel-sel otak. Hasil akhir dari pemeriksaan ini merupakan garis bergelombang yang menunjukkan aktivitas tersebut. \n\n Rekaman EEG akan menunjukkan adanya aktivitas komunikasi melalui impuls listrik di dalam otak. Dokter membutuhkan hasil rekaman EEG ini untuk menegakkan diagnosis. Tentunya hasil rekaman EEG harus benar-benar akurat karena rekaman yang tidak akurat hanya akan memicu munculnya kesalahan diagnosis. \n\n \n\n Tujuan Pemeriksaan EEG \n\n Setiap bentuk pemeriksaan pasti memiliki tujuan masing-masing. Pemeriksaan EEG itu sendiri bisa menentukan adanya perubahan aktivitas di otak. Hal inilah yang nantinya bisa membantu dokter untuk menegakkan diagnosis terkait penyakit yang berhubungan dengan gangguan otak. Misalnya saja seperti epilepsi, gangguan kejang, dan lain sebagainya. \n\n Berikut adalah beberapa jenis kondisi yang biasanya membutuhkan pemeriksaan EEG: \n\n \n \n Kerusakan otak yang disebabkan oleh cedera kepala. \n \n \n Tumor yang muncul dan berkembang di otak. \n \n \n Disfungsi otak yang disebabkan oleh berbagai faktor atau dikenal sebagai ensefalopati. \n \n \n Peradangan otak atau ensefalitis. \n \n \n Gangguan tidur seperti insomnia. \n \n \n Trauma yang terjadi pada kepala. \n \n \n\n Jadi jelas bahwa tujuan pemeriksaan EEG adalah untuk mengetahui adanya gangguan pada otak dan mendeteksi perubahan aktivitas di otak. Selain itu, pemeriksaan EEG ini juga biasa dilakukan untuk mengkonfirmasi kematian otak pada pasien yang mengalami kondisi koma secara persisten. \n\n Pada kondisi tertentu, dokter akan memerintahkan pemeriksaan EEG berkelanjutan. Prosedur ini dilakukan untuk menemukan tingkat anestesi yang paling tepat pada pasien koma. \n\n \n\n Prosedur Pemeriksaan \n\n Seperti apa prosedur pemeriksaan EEG ini? Pasien akan menjalani 3 tahapan selama pemeriksaan EEG yaitu persiapan, proses periksa, dan pasca periksa. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing tahap tersebut: \n\n 1. Persiapan Tes \n\n Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien harus mempersiapkan diri terlebih dahulu. Hal yang harus dilakukan oleh pasien adalah mendengar penjelasan dan arahan dokter dengan cermat. Umumnya dokter akan meminta informasi dari pasien mengenai jenis obat apa saja yang dikonsumsi selama ini. \n\n Demi pemeriksaan lancar dan akurat, pasien juga disarankan untuk mencuci rambut terlebih dahulu. Namun pasien lebih baik tidak memakai produk kondisioner atau produk rambut lain yang bersifat khusus. \n\n 2. Prosedur Tes \n\n Selama pemeriksaan berlangsung, pasien akan berbaring di meja atau tempat tidur. Selanjutnya teknisi akan memasang kurang lebih 20 sensor kecil di kulit kepala pasien. Semua sensor ini disebut sebagai elektroda dan akan bekerja mengambil data aktivitas dari setiap sel-sel otak. Data tersebut kemudian akan dikirimkan ke mesin dan ditampilkan dalam bentuk rangkaian garis atau gelombang. \n\n Pasien sebaiknya rileks selama proses pemeriksaan. Biasanya teknisi juga akan meminta pasien untuk menarik napas dalam dan cepat atau bisa juga meminta pasien menatap cahaya sambil berkedip. Semua hal tersebut bisa membantu mengubah pola gelombang otak sehingga meningkatkan akurasi pemeriksaan. \n\n 3. Setelah Tes \n\n Jika pemeriksaan EEG sudah selesai, maka teknisi akan melepaskan semua elektroda dan membasuh lem penahan elektroda tersebut. Pasien perlu menunggu terlebih dahulu sebelum akhirnya pulang. Setelah dipastikan tidak ada efek samping seperti kejang maka dokter akan meminta pasien untuk pulang ke rumah. \n\n \n\n Faktor yang Mengganggu Hasil Pemeriksaan EEG \n\n Rekaman hasil perekaman EEG bisa saja tidak akurat dan mengalami gangguan. Kondisi ini terjadi karena berbagai faktor penyebab. Ada beberapa kondisi pasien yang membuat hasil perekaman EEG justru tidak cukup akurat dan tidak bisa dipakai untuk menegakkan diagnosis. Misalnya saja pada pasien dengan gula darah rendah dan pasien yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. \n\n Umumnya pasien dengan riwayat konsumsi kafein tinggi juga tidak bisa mendapatkan hasil pemeriksaan EEG yang akurat. Itulah mengapa sebaiknya pasien menghindari konsumsi kafein dalam jumlah tinggi sebelum menjalani pemeriksaan. \n\n Perlu diketahui juga bahwa pemakaian minyak rambut, semprotan rambut, maupun bahan-bahan kimia lainnya juga berpengaruh pada hasil pemeriksaan EEG. Jadi lebih baik ikuti saja saran dokter untuk tidak memakai produk rambut apapun sebelum pemeriksaan. Mencuci rambut mungkin tidak masalah asalkan hanya dengan sampo biasa dan tidak menggunakan produk-produk lainnya. \n\n Sekarang Sahabat Hermina sudah tahu apa tujuan dilakukan pemeriksaan EEG dan seperti apa prosedurnya. Jika Sahabat Hermina disarankan untuk melakukan pemeriksaan EEG segera lakukan di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 20 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Carlo Saba Meninggal Karena Serangan Jantung,Yuk Kenali Gejalanya!<\/a><\/h3>
Tepatnya Rabu tanggal 19/4/2023, jagat hiburan dihebohkan dengan berita kematian vokalis kenamaan tanah air yaitu Carlo Saba, beliau merupakan vokalis handal dari grup kenamaan Kahitna, beliau meninggal di usia 54 tahun diduga mengalami serangan jantung. Sebelumnya, Carlo sempat dirawat di rumah sakit dan mengalami kolaps pasca manggung. Sampai akhirnya penyanyi satu ini meninggal dunia pada pukul 21.00 WIB. Kepergian Carlo Saba yang mengejutkan menambah daftar artis indonesia yang meninggal dunia dikarenakan serangan jantung. \n\n Kenali ciri-ciri penyakit jantung yang harus dicegah \n\n Data Kementerian Kesehatan menunjukkan penyakit jantung menempati urutan kedua angka kematian tertinggi di Indonesia. Sementara penyakit jantung menyumbang angka kematian tertinggi kedua di Indonesia, kondisi kesehatan ini ternyata menjadi penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Pakar dari National Institutes of Health - MedlinePlus, ternyata ada banyak jenis penyakit jantung. \n\n Penumpukan plak lemak pada arteri atau aterosklerosis dapat merusak pembuluh darah dan organ jantung. Plak yang berlebihan ini dapat menyumbat atau mempersempit pembuluh darah, menyebabkan serangan jantung, nyeri dada atau angina, dan stroke. Kondisi ini dikenal sebagai penyakit arteri koroner dalam dunia medis. \n\n Masalah kesehatan ini dapat berkembang dari waktu ke waktu dan menjadi lebih buruk. Padahal, perkembangannya bisa terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja. Lantas apa saja ciri-ciri penyakit jantung yang perlu Anda waspadai? Berikut adalah beberapa diantaranya : \n\n \n\n \n Ketidaknyamanan di dada \n \n\n Ketidaknyamanan dada adalah salah satu ciri penyakit jantung yang paling umum dan Anda harus menyadarinya. Ya, ketika seseorang mengalami penyumbatan arteri atau serangan jantung, ada rasa sakit, tekanan, dan perasaan tertekan di dada. \n\n Gejala ini biasanya akan terasa dalam beberapa menit dan dapat muncul saat tubuh beristirahat atau melakukan aktivitas fisik. Namun, rasa tidak nyaman di dada tidak bisa dikesampingkan, menandakan tidak ada masalah pada jantung, terutama pada wanita. Ini berarti Anda harus mewaspadai gejala penyakit jantung lainnya. \n\n \n Pusing \n \n\n Ada banyak kondisi yang menyebabkan seseorang kehilangan keseimbangan atau menjadi lemah. Anda mungkin tidak mendapatkan jumlah makanan atau minuman yang dibutuhkan tubuh, yang juga bisa terjadi karena Anda berdiri terlalu cepat setelah duduk dalam waktu lama. \n\n Namun, jika Anda merasakan sakit kepala disertai sesak napas, bahkan ingin pingsan, sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan segera. \n\n \n Nyeri menjalar ke lengan \n \n\n Nyeri yang menjalar ke sisi kiri dada juga merupakan gejala umum serangan jantung. Itu sebabnya ketika Anda merasa tidak nyaman di dada dan nyeri menyebar ke lengan, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter. Memang benar hal ini disebabkan oleh masalah kesehatan jantung, namun tentunya pengobatan dapat segera dilakukan untuk mencegah komplikasi. \n\n \n\n \n Mendengkur \n \n\n Sama seperti sakit kepala, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mendengkur saat tidur. Salah satunya adalah adanya gangguan kesehatan pada jantung. Jika seseorang mendengkur keras dan terengah-engah, mereka mungkin menderita sleep apnea. \n\n Jangan anggap remeh, sleep apnea dapat menyebabkan jeda sementara dalam bernapas. Hal ini tentu berdampak buruk bagi organ jantung. Jadi segera periksakan jika Anda mengalaminya. \n\n Gejala penyakit jantung lainnya \n\n Selain empat gejala utama di atas, ada tanda penyakit jantung lain yang mungkin juga Anda alami, yaitu : \n\n \n Jantung berdetak lebih cepat atau lebih lambat. \n Demam tubuh. \n Pembengkakan terjadi di perut, lengan, kaki, atau area sekitar mata. \n Nyeri di rahang, leher, punggung, dan tenggorokan. \n Merasa lemah. Batuk kering tidak cepat sembuh. \n Mual dan ruam muncul di kulit \n Tangan dan kaki akan terasa dingin. \n Mengalami sianosis \n \n\n Inilah mengapa penting untuk memeriksakan diri lebih awal, agar Anda bisa segera mendapatkan pengobatan dan menghindari komplikasi. Selain itu, Anda juga perlu membiasakan diri dengan gaya hidup dan pola makan yang sehat, serta mengonsumsi suplemen vitamin bila perlu. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 11 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Dehidrasi Pada Si Kecil Saat Mudik<\/a><\/h3>
Lebaran sudah didepan mata, pastinya banyak sekali yang ingin mudik kekampung halaman, untuk orang tua yang ingin mudik sedikit tips untuk anak-anak agar tidak mengalami dehidrasi pada saat mudik. \n\n \n\n Menurut WHO Dehidrasi didefinisikan sebagai suatu kondisi yang diakibatkan oleh kehilangan air tubuh yang berlebihan. Penyebab paling sering adalah karena muntah dan diare.Dehidrasi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak di seluruh dunia. Setiap tahun sekitar 760.000 anak terkena penyakit diare diseluruh dunia. Sebagian besar kasus dehidrasi pada anak-anak adalah akibat dari gastroenteritis akut. \n\n \n\n Gastroenteritis akut di Amerika Serikat biasanya menular. Berdasarkan penyebabnya yaitu infeksi virus, termasuk rotavirus, norovirus, dan enterovirus menyebabkan 75 hingga 90 persen kasus diare menular. Patogen bakteri menyebabkan kurang dari 20 persen kasus. Penyebab bakteri yang umum termasuk Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli. Sekitar 10 persen penyakit bakteri terjadi sekunder akibat Escherichia coli diaregenik. Parasit seperti Giardia dan Cryptosporidium menyumbang kurang dari 5 persen kasus. \n\n \n\n Berbagai tanda dan gejala dapat muncul tergantung pada tingkat dehidrasi pasien. Dehidrasi dikategorikan sebagai ringan (3% sampai 5%), sedang (6% sampai 10%), dan berat (lebih dari 10%). Gejalanya meliputi muntah, diare, demam, penurunan asupan oral, ketidakmampuan untuk mengimbangi kehilangan cairan yang sedang berlangsung, penurunan keluaran urin, berlanjut menjadi lesu, dan syok hipovolemik. \n\n Dehidrasi Ringan, menurut American Academy of Pediatrics merekomendasikan rehidrasi oral untuk pasien dengan dehidrasi ringan. Bayi yang disusui harus terus menyusu. Cairan dengan kandungan gula tinggi dapat memperburuk diare dan harus dihindari. Anak-anak dapat sering diberi makan sesuai usianya tetapi dalam jumlah kecil. \n\n \n\n Dehidrasi Sedang, menurut The Morbidity and Mortality Weekly Report merekomendasikan pemberian 50 mL hingga 100 mL larutan rehidrasi oral per kilogram per berat badan selama dua hingga empat jam untuk menggantikan defisit cairan yang diperkirakan, dengan larutan rehidrasi oral tambahan, yang diberikan untuk menggantikan kehilangan cairan yang sedang berlangsung. \n\n \n\n Dehidrasi Berat, Pasien yang mengalami dehidrasi berat dapat mengalami perubahan status mental, letargi, takikardia, hipotensi, tanda-tanda perfusi yang buruk, denyut benang yang lemah, dan pengisian kapiler yang tertunda. Cairan intravena, dimulai dengan 20 ml/kg bolus saline normal diperlukan. Beberapa bolus mungkin diperlukan untuk anak-anak dalam syok hipovolemik. Prioritas tambahan termasuk memperoleh tes glukosa, elektrolit, dan urinalisis. \n\n \n\n Pencegahan terjadinya dehidrasi pastikan cairan dalam tubuh cukup, saat sahur dan berbuka perbanyak minum air putih sesuai dengan kebutuhan cairan pada anak. Meningkatkan asupan cairan setiap anak, orang tua harus memiliki kepekaan yang lebih apabila anak sudah mulai meminta minum secara terus menerus. Siapkan makanan kecil dan minuman selama perjalanan mudik, siapkan buah-buahan yang praktis seperti jeruk, apel, atau peer. Berhenti saat Lelah selama perjalanan mudik untuk istirahat dan makan minum yang cukup serta mengosongkan kandung kemih juga penting selama perjalanan mudik. \n\n \n\n Referensi: \n\n 1. Manz F. Hydration in Children. J Am Coll Nutr. 2007;26(October 2014):562S-569S. \n\n 2. Falszewska A, Szajewska H, Dziechciarz P. Diagnostic accuracy of three clinical dehydration scales: A systematic review. Arch Dis Child. 2018;103(4):383–8. \n\n 3. Yang HW, Jeon W, Min YG, Lee JS. Usefulness of end-tidal carbon dioxide as an indicator of dehydration in pediatric emergency departments. Med (United States). 2017;96(35):3–7. \n\n 4. Tutay GJ, Capraro G, Spirko B, Garb J, Smithline H. Electrolyte profile of pediatric patients with hypertrophic pyloric stenosis. Pediatr Emerg Care. 2013;29(4):465–8. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Grand Wisata<\/a><\/li>
- 30 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Perlu Waspada Demam Berdarah Saat Hujan Datang<\/a><\/h3>
Penyebab demam berdarah dengue perlu diwaspadai oleh masyarakat luas. Mengingat kasus penyakit demam berdarah dengue masih marah di sejumlah daerah di Indonesia. Menyusul dengan masuknya musim penghujan di sejumlah wilayah. \n\n Kasus demam berdarah dengue sebagian besar terjadi di daerah tropis dan sub-tropis. Khususnya di kawasan Asia Tenggara, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. \n\n Demam berdarah dengue merupakan sebuah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti. Beberapa faktor dapat menjadi pemicu meningkatkan infeksi virus ini, seperti curah hujan tinggi dan lemahnya daya tahan tubuh. \n\n \n\n \n\n \n\n Definisi \n\n Apa itu demam berdarah dengue (DBD) ? \n\n Demam berdarah dengue (DBD) atau yang disebut dengan dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit menular akibat virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. \n\n \n\n Tanda-tanda dan gejala \n\n Apa saja tanda-tanda dan gejala demam berdarah? \n\n Tanda-tanda dan gejala demam berdarah mungkin akan bervariasi pada setiap pasien, tergantung pada tingkat keparahan serta fase DBD yang dilewati. \n\n \n\n Berikut adalah tanda-tanda dan gejala umum dari demam berdarah: \n\n \n \n Demam hingga 40 derajat Celsius \n \n \n Sakit kepala \n \n \n Nyeri otot, tulang, dan sendi \n \n \n Mual dan muntah \n \n \n Sakit di belakang mata \n \n \n Pembengkakan kelenjar getah bening \n \n \n Ruam kulit \n \n \n\n Gejala-gejala di atas biasanya akan membaik dalam waktu satu minggu. Namun, ada pula kemungkinan gejala berkembang menjadi semakin parah dan berisiko mengancam nyawa. Kondisi tersebut dinamakan dengan DBD parah dan sindrom syok dengue. \n\n \n\n Kapan saya harus periksa ke dokter? \n\n Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda. \n\n \n\n Fase demam berdarah sering juga disebut “Siklus Pelana Kuda”. \n\n Berikut adalah fase-fase DBD yang perlu Anda ketahui: \n\n \n \n Fase demam: muncul demam tinggi yang berlangsung selama 2-7, dibarengi dengan gejala lain seperti nyeri otot dan sakit kepala. \n \n \n Fase kritis: setelah 1 minggu, demam akan turun. Namun, pasien DBD justru berisiko mengalami perdarahan parah di fase ini. Kondisi ini biasanya memerlukan perawatan intensif. \n \n \n Fase penyembuhan: seusai fase kritis, pasien akan mengalami demam kembali. Namun, fase ini merupakan masa penyembuhan DBD di mana trombosit perlahan kembali naik. \n \n \n\n \n\n Faktor-faktor risiko \n\n Apa yang meningkatkan risiko saya untuk terkena penyakit ini? \n\n Ada banyak faktor risiko untuk terkena penyakit demam berdarah atau DBD, yaitu: \n\n \n \n Tinggal atau bepergian ke daerah dengan iklim tropis \n \n \n Berada di daerah tropis dan subtropis meningkatkan risiko kena demam berdarah. Daerah yang berisiko tinggi adalah Asia Tenggara, bagian barat Kepulauan Pasifik, Amerika Latin, dan Karibia. \n \n \n Punya riwayat terkena demam berdarah \n \n \n Jika sebelumnya pernah sakit demam berdarah, Anda berpeluang tinggi mengalami gejala yang lebih serius jika terinfeksi lagi. \n \n \n\n \n\n Komplikasi \n\n Komplikasi apa yang bisa terjadi dari penyakit ini? \n\n Jika tidak tertangani dengan baik, komplikasi demam berdarah yang fatal bisa terjadi. Salah satunya adalah sindrom syok dengue atau dengue shock syndrome (DSS). \n\n DSS tidak hanya menimbulkan gejala demam berdarah biasa, namun disertai juga dengan gejala-gejala syok seperti: \n\n \n \n Hipotensi (tekanan darah turun) \n \n \n Kesulitan bernapas \n \n \n Denyut nadi melemah \n \n \n Berkeringat dingin \n \n \n Pupil mata melebar \n \n \n Kondisi ini tidak bisa sembuh hanya dengan dibiarkan. Pasalnya, DSS bisa menyebabkan kegagalan fungsi organ, sehingga mungkin bisa berujung pada kematian. \n \n \n\n \n\n Bagaimana cara mengobati demam berdarah? \n\n Tidak ada penanganan spesifik untuk penyakit, kebanyakan pasien biasanya akan pulih dalam 2 minggu. Namun, penting untuk menangani gejala-gejala dengan tepat untuk menghindari komplikasi. \n\n Dokter biasanya merekomendasikan pilihan pengobatan untuk DBD sebagai berikut: \n\n 1. Obat penurun demam \n\n Paracetamol adalah obat pereda nyeri yang dapat meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Hindari penghilang rasa sakit yang dapat meningkatkan komplikasi perdarahan, seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen sodium. \n\n Untuk kasus yang lebih serius, demam berdarah dapat menyebabkan shock atau hemorrhagic fever yang memerlukan perhatian medis lebih. \n\n 2. Istirahat yang banyak di tempat tidur \n\n Orang yang sedang mengalami demam berdarah disarankan untuk beristirahat. Dengan istirahat, pasien akan lebih cepat untuk pulih. Istirahat dapat membantu pemulihan jaringan tubuh yang rusak saat terkena kondisi ini. \n\n Dokter akan memberikan pasien beberapa obat agar cepat mengantuk sehingga bisa beristirahat sepenuhnya. \n\n 3. Minum banyak cairan \n\n Perawatan di rumah sakit dengan menggunakan infus akan membantu kebutuhan cairan pasien DBD terpenuhi. Meski begitu, Tidak selamanya seorang pasien DBD harus menjalani opname di rumah sakit. Selama mengikuti panduan, Anda bisa merawat pasien DBD di rumah. \n\n Dokter akan menyarankan pasien diopname atau dirawat jalan di rumah untuk mengonsumsi banyak cairan. Tidak hanya air mineral atau infus saja, cairan bisa berupa dari makanan berkuah, buah, atau jus. \n\n Pasien DBD wajib konsumsi cairan untuk menurunkan demam dan mencegah tubuh dehidrasi. Gejala demam berdarah karena virus dengue yang ditandai dengan kram otot dan sakit kepala karena dehidrasi juga dapat ditangani dengan minum banyak cairan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cerebral Palsy<\/a><\/h3>
Hai Sahabat Hermina \n\n Cerebral palsy adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh. Kondisi ini dapat terjadi pada masa kehamilan, ketika proses persalinan, atau di tahun pertama setelah kelahiran. \n\n Tanda dan gejala muncul selama masa bayi atau prasekolah. Secara umum, cerebral palsy menyebabkan gangguan gerakan yang berhubungan dengan refleks yang berlebihan, kelenturan atau kelenturan anggota badan dan badan, postur yang tidak biasa, gerakan yang tidak disengaja, berjalan tidak stabil, atau kombinasi dari semuanya. \n\n Orang dengan cerebral palsy dapat mengalami masalah saat menelan dan umumnya memiliki ketidakseimbangan otot mata, di mana mata tidak fokus pada objek yang sama. Mereka juga telah mengurangi rentang gerak di berbagai sendi tubuhnya karena kekakuan otot. \n\n Penyebab cerebral palsy dan pengaruhnya terhadap fungsi sangat bervariasi. Beberapa orang dengan cerebral palsy bisa berjalan normal sementara yang lain membutuhkan bantuan. Beberapa orang memiliki cacat intelektual, tetapi yang lain tidak. Epilepsi, kebutaan atau tuli juga bisa terjadi. Cerebral palsy adalah gangguan seumur hidup. Tidak ada obatnya, tetapi perawatan dapat membantu meningkatkan fungsi tubuh. \n\n Faktor risiko cerebral palsy \n\n Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi terkena cerebral palsy, yakni: \n\n \n Kelahiran bayi kembar dua atau lebih, terutama jika salah satu bayi selamat dan bayi yang lain meninggal saat dilahirkan \n Berat badan bayi yang rendah saat lahir, yaitu kurang dari 2,5 kilogram \n Kelahiran prematur, yaitu lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu \n Kebiasaan buruk pada ibu selama masa kehamilan, seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau menggunakan NAPZA \n \n\n Gejala Cerebral Palsy \n\n Cerebral palsy adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada otak dan fungsi sistem saraf, seperti pada gerakan, intelektual, pendengaran, penglihatan, serta kemampuan berbicara. Pada anak atau bayi yang terkena cerebral palsy, sejumlah gejala yang dapat timbul berupa: \n\n Pergerakan dan koordinasi \n\n Gejala cerebral palsy yang berkaitan dengan pergerakan dan koordinasi adalah: \n\n \n Kecenderungan menggunakan satu sisi tubuh, seperti menyeret salah satu tungkai saat merangkak, atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan \n Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, misalnya saat mengambil suatu benda \n Gaya berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit, menyilang seperti gunting, atau dengan tungkai terbuka lebar \n Otot yang kaku atau malah sangat lunglai \n Sendi kaku dan tidak terbuka sepenuhnya (kontraktur sendi) \n Tremor pada wajah, lengan, atau anggota tubuh lainnya \n Gerakan menggeliat yang tidak terkontrol \n \n\n Kemampuan berbicara dan makan \n\n Gangguan pada otot di sekitar wajah akibat cerebral palsy dapat mengakibatkan penderitanya kesulitan dalam berbicara dan makan. Gejala yang mungkin terlihat akibat kondisi ini adalah: \n\n \n Gangguan berbicara (disartria) \n Kesulitan dalam menelan (disfagia) \n Kesulitan dalam mengisap dan mengunyah \n Terus-menerus mengeluarkan air liur \n \n\n Pertumbuhan dan perkembangan \n\n Penderita cerebral palsy umumnya mengalami gangguan pada pertumbuhan dan perkembangannya. Gejala yang mungkin muncul antara lain: \n\n \n Terhambatnya pertumbuhan anggota tubuh sehingga ukurannya akan lebih kecil dibandingkan dengan ukuran normal \n Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak, seperti duduk, berguling, atau merangkak \n Gangguan belajar \n Gangguan kecerdasan \n \n\n Sistem saraf \n\n Kerusakan pada otak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, seperti: \n\n \n Kejang (epilepsi) \n Gangguan penglihatan \n Gangguan pendengaran \n Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri \n Kondisi kesehatan mental, seperti gangguan emosional dan perilaku \n Ketidakmampuan dalam menahan buang air kecil (inkontinensia urine) \n \n\n Gejala cerebral palsy bisa ringan hingga berat. Jenis gejala yang muncul tergantung pada bagian otak yang terpengaruh. Gejala tersebut biasanya muncul dalam 2 tahun pertama usia anak dan bisa bersifat permanen. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kendari<\/a><\/li>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Efek samping menonton film porno pada kinerja otak<\/a><\/h3>
Di zaman modern seperti ini apa saja informasi dapat secara mudah di akses melalui media sosial. Hal ini juga dapat menjadi dampak postifif karena kita dapat mengetahui berita apa saja yang sedang banyak di perbincangkan dan dampak negatifnya hal yang berbau pornografi dengan mudahnya dapat di akses oleh semua kalangan. \n\n Jika hal ini terus terjadi, semakin banyak anak di bawah umur dapat mengakses konten pornografi melalui gadget mereka. Dalam kondisi seperti ini, peran orang tua sangat penting dalam memantau aktifitas buah hati mereka dalam bersosial media. Konten porno memiliki banyak dampak negatif yang dapat mempengaruhi kinerja otak kita. \n\n Sebenarnya film porno bukan hanya otak saja yang dirusak tetapi semua aspek, tidak ada yang menunjukan positif tetapi semuanya negatif. Kenapa bisa berpengaruh pada otak karena dalam kondisi kita kecanduan konten pornografi, bisa merusak Lobus atau otak bagian depan yang disebut Pre frontal cortex. \n\n Pre frontal cortex adalah bagian yang dapat membedakan kita dengan hewan, karena disitulah tempat kita mengatur fungsi eksekutif, bagaimana cara kita membedakan yang baik da benar, dan mengambil keputusan. Jika terjadi adiksi atau kecanduan pornografi dapat mengakibatkan kerusakan pada Fungsi kortikal luhur. Faktor penyebab yang dapat merusak saraf pusat yaitu: \n\n \n Terpapar konten pornografi \n Mulai kecanduan pornografi \n Kecanduan semakin meningkat ketika ada konten baru \n Mulai kehilangan rasa (desensitisasi) \n Adiksi \n \n\n \n\n Faktor inilah yang sangat berbahaya karena dapat minumbulkan efek negatif hingga terjadinya pencabulan kepada orang lain. Kok bisa adiksi atau kecanduan dapat merusak kinerja otak? Karena terdapat zat zat kimia pada tubuh yaitu dopamin endorfin, sebenarnya bagus untuk tubuh kita karena menimbulkan rasa nyaman, membuat kita menjadi bahagia, tapi jika sampai membilkan hiperstimulasi atau rangsangan berlebihan membuat otak dapat berkerja lebih ekstrim lama lama akan membuat otak menyusut ukurannya, dan dapat mengakibtakna kerusakan. \n\n \n\n Kecanduan pornografi dapat merubah ukuran ukuran volume Pre frontal cortex, sehingga untuk para kaum remaja jika sering mengkonsumsi konten pornografi, konsentrasinya dapat terganggu, tidak fokus, prestasi bisa menurun. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Bau Mulut, Lakukan Scaling atau Perawatan Ini<\/a><\/h3>
Bau mulut atau halitosis menjadi salah satu masalah yang dialami oleh banyak orang. Kondisi ini seringkali memicu rasa tidak percaya diri dan kurang nyaman. Apalagi jika Sahabat Hermina adalah tipe orang yang harus berinteraksi dengan banyak orang setiap harinya. Tapi tenang, bau mulut bisa dicegah dengan perawatan gigi dan mulut yang tepat. \n\n Perawatan untuk Mencegah Bau Mulut \n\n Rongga mulut yang tidak dijaga kebersihannya menjadi salah satu penyebab utama terjadinya bau tidak sedap. Kunci utama perawatan bau mulut adalah memastikan rongga mulut selalu dalam kondisi bersih, bebas plak dan kuman. Berikut ini beberapa jenis perawatan yang biasanya dilakukan dokter gigi untuk mencegah bau mulut: \n\n 1. Scaling \n\n Pembersihan karang gigi atau scaling menjadi salah satu tindakan yang sangat populer dilakukan demi menjaga kebersihan rongga mulut. Perlu diketahui bahwa bau mulut bisa muncul saat karang gigi menumpuk dan bakteri berkembang biak di dalamnya. Plak dan bakteri tersebut akan terus bertambah dan membuat bau mulut jadi semakin parah. \n\n Plak gigi adalah tumpukan sisa makanan serta bakteri yang berkembang di dalam mulut dan dibiarkan begitu saja. Sisa makanan dan bakteri tadi kemudian mengeras seiring berjalannya waktu menjadi karang gigi. Proses menyikat gigi secara rutin tidak akan bisa menghilangkan karang gigi tersebut karena sudah mengeras. Dibutuhkan scaling sehingga karang gigi bisa benar-benar bersih. \n\n Scaling sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali demi menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Jika dibersihkan secara rutin maka karang gigi lebih mudah dihilangkan dan tidak akan memicu bau mulut. \n\n 2. Penambalan Gigi \n\n Selanjutnya ada perawatan tambal gigi yang juga menjadi salah satu upaya untuk menghilangkan bau mulut. Perlu diketahui bahwa bau mulut juga dipicu oleh adanya gigi yang berlubang. Lubang pada gigi menyebabkan sisa makanan lebih mudah terjebak di sana. Sisa makanan tadi membuat bakteri berkembang biak lalu menghasilkan aroma yang tidak sedap. \n\n Itulah mengapa diperlukan langkah penambalan gigi supaya tidak ada ruang yang memungkinkan sisa makanan menumpuk. Selain itu penambalan gigi juga dilakukan agar lubang pada gigi tidak menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Saat gigi berlubang dibiarkan saja maka bakteri mudah berkembang biak di sana dan menyebabkan munculnya bau. \n\n Cek gigi rutin setiap 6 bulan sekali menjadi salah satu upaya untuk mencegah terjadinya gigi berlubang. Jika Sahabat Hermina melakukan pemeriksaan rutin, maka dokter gigi bisa langsung mengetahui apakah ada gigi yang berlubang. Semakin cepat ketahuan maka akan semakin mudah untuk ditambal karena lubangnya belum terlalu besar. \n\n 3. Sikat Gigi dan Flossing secara Rutin \n\n Perawatan paling mudah yang bisa dilakukan demi mencegah bau mulut adalah sikat gigi dan flossing secara rutin. Sahabat Hermina tentunya sudah tahu bahwa menyikat gigi adalah sebuah kebiasaan yang harus dilakukan setiap hari. Menyikat gigi secara rutin bisa membantu menjaga rongga mulut tetap bersih dan sisa makanan tidak menumpuk di sela-sela gigi. \n\n Proses pembersihan gigi bisa lebih sempurna jika Sahabat Hermina melakukan flossing. Flossing adalah teknik pembersihan sela-sela gigi menggunakan dental floss atau benang gigi. Alat ini bisa membantu membersihkan sisa makanan sampai ke sela gigi secara menyeluruh. Pastikan untuk berhati-hati saat melakukannya agar tidak memicu timbulnya luka. \n\n Jika dirasa masih kurang, Sahabat Hermina juga bisa menggunakan obat kumur untuk mencegah bau mulut. Saat ini ada banyak pilihan produk obat kumur yang beredar di pasaran. Tinggal pilih saja produk obat kumur yang banyak manfaat dan bisa menghilangkan aroma tidak sedap. \n\n Cegah Bau Mulut dengan Pola Hidup Sehat \n\n Selain perawatan di dokter gigi dan melakukan kebiasaan sikat gigi serta flossing, Sahabat Hermina juga perlu menerapkan pola hidup sehat. Pola hidup ternyata berpengaruh pada kesehatan rongga mulut. Jika pola hidup Sahabat Hermina berantakan dan tidak sehat maka bisa jadi muncul beberapa masalah di rongga mulut dan salah satunya adalah bau tidak sedap. \n\n Demi mencegah bau mulut, cobalah untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat. Misalnya dengan minum cukup air agar tidak dehidrasi dan rongga mulut tidak kering. Pastikan untuk banyak makan sayur dan buah yang memberikan asupan vitamin di rongga mulut. Selain itu hindari rokok dan alkohol yang bisa memicu munculnya bau mulut. \n\n Hal-hal semacam ini seringkali diabaikan padahal sangat penting tidak hanya bagi kesehatan tubuh namun juga rongga mulut. Jangan lupa, kelola stres dengan baik karena pengaruh stres ini juga bisa mengganggu keseimbangan kesehatan rongga mulut. \n\n Masalah bau mulut jangan dianggap sepele. Sahabat Hermina bisa jadi tidak percaya diri karena bau mulut bahkan bisa merasakan stres karena masalah tersebut. Jadi sebaiknya langsung cari tahu apa penyebab bau mulut tadi dan dapatkan solusi yang paling sesuai. Sahabat Hermina pun bisa lebih percaya diri dengan kondisi rongga mulut yang jauh lebih sehat dan bebas bau. \n\n Konsultasikan segera keluhan seputar gigi dan mulut Sahabat Hermina dengan Dokter Gigi di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dengan dokter kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
13 Faktor Penyebab Katarak Pada Mata dan Cara Mengurangi Resikonya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina pasti sudah sering mendengar tentang penyakit katarak, bukan? Sebenarnya apa penyebab katarak ini dan adakah cara untuk mencegahnya? \n\n Katarak adalah salah satu penyakit yang sering terjadi pada mata, terutama pada orang yang lebih tua. Kondisi ini terjadi ketika lensa mata yang jernih menjadi keruh, sehingga penglihatan menjadi kabur atau buram. \n\n Bahkan hal tersebut dapat mempengaruhi salah satu atau kedua mata. Jika tidak segera diobati, bukan tak mungkin katarak ini menyebabkan kebutaan. Nah, untuk mengetahui lebih jelas mengenai penyakit ini, silakan ikuti ulasan ini hingga selesai. \n\n \n\n Penyebab Katarak Pada Mata \n\n Seperti yang sudah dijelaskan di atas, katarak adalah kondisi dimana lensa mata yang biasanya jernih menjadi keruh atau buram. Lensa mata yang keruh ini menghalangi cahaya masuk ke mata dan mengganggu penglihatan. Ada banyak faktor penyebab terjadinya katarak, diantaranya adalah: \n\n 1. Usia \n\n Usia adalah faktor utama yang menyebabkan katarak dan biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 60 tahun.. Semakin tua usia seseorang, semakin besar kemungkinannya untuk mengalami katarak. Hal ini karena lensa mata telah mengalami penuaan dan menjadi kurang elastis seiring bertambahnya usia. \n\n 2. Radiasi \n\n Terpapar radiasi seperti radiasi ion, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Misalnya terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi pada kepala atau leher. Selain itu, radiasi ultraviolet dari sinar matahari juga dapat merusak lensa mata dan meningkatkan risiko katarak. \n\n 3. Konsumsi alkohol \n\n Orang yang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami katarak. Hal ini mungkin karena efek toksik alkohol pada lensa mata. \n\n 4. Konsumsi rokok \n\n Perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami katarak. Paparan asap rokok dan bahan kimia dalam asap rokok dapat merusak lensa serta sel-sel mata. Inilah yang menyebabkan terjadinya katarak. \n\n 5. Penyakit \n\n Beberapa penyakit, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan tiroid, dapat meningkatkan risiko katarak. Utamanya penderita diabetes, mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami katarak. Hal ini terkait dengan kadar gula darah yang tinggi yang dapat merusak lensa mata dan mempercepat penuaan pada bagian tersebut. \n\n Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu, seperti asma atau arthritis, juga dapat meningkatkan risiko katarak. \n\n 6. Obesitas \n\n Obesitas dan kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Kondisi ini dapat mengganggu metabolisme dan kesehatan secara umum, termasuk kesehatan mata. \n\n 7. Gangguan mata lainnya \n\n Gangguan mata lainnya, seperti miopi atau hipermetropi, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Hal ini mungkin karena gangguan tersebut mempengaruhi penggunaan lensa mata. \n\n 8. Riwayat keluarga \n\n Beberapa jenis katarak dapat disebabkan oleh faktor genetik. Seperti katarak kongenital, yang terjadi pada bayi yang baru lahir atau ketika katarak berkembang pada usia dini. \n\n Selain itu, jika ada riwayat keluarga yang mengalami katarak, maka risiko seseorang untuk mengalami kondisi yang sama meningkat. Faktor genetik dan lingkungan yang serupa dapat mempengaruhi risiko katarak. \n\n 9. Kebiasaan makan \n\n Kekurangan vitamin dan mineral tertentu, seperti vitamin C dan E, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Konsumsi makanan sehat yang kaya nutrisi dapat membantu menjaga kesehatan mata. \n\n 10. Penggunaan steroid \n\n Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Steroid dapat menyebabkan perubahan pada struktur lensa mata. \n\n 11. Trauma mata \n\n Cedera pada mata dapat memicu katarak, terutama jika trauma mempengaruhi lensa mata. Cedera pada mata dapat terjadi akibat kecelakaan, tindakan kekerasan, atau aktivitas olahraga yang ekstrim. Bukan hanya itu, trauma yang berulang pada mata juga dapat meningkatkan risiko katarak. \n\n 12. Infeksi \n\n Infeksi pada mata, seperti konjungtivitis atau uveitis, juga merupakan salah satu penyebab katarak. Infeksi ini dapat mengakibatkan peradangan pada lensa mata dan menyebabkan kerusakan. \n\n 13. Paparan lingkungan \n\n Paparan polusi lingkungan, seperti asap kendaraan bermotor, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Polutan di udara dapat merusak lensa mata dan menyebabkan katarak. \n\n \n\n Tanda dan Gejala Katarak \n\n Munculnya suatu penyakit pasti berawal dari beberapa gejala, begitu juga dengan katarak. Beberapa gejala katarak yang sering terjadi, misalnya: \n\n - Penglihatan kabur \n\n - Sulit melihat dalam cahaya redup \n\n - Terlihat seperti melihat melalui kabur \n\n - Penglihatan Sahabat Hermina pada satu mata \n\n - Perubahan persepsi warna \n\n - Penglihatan buram \n\n Ketika gejala-gejala ini muncul, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mata. Dokter mata dapat melakukan pemeriksaan mata dan menentukan apakah katarak mempengaruhi penglihatan dan seberapa serius kondisinya. \n\n \n\n Cara Mengurangi Resiko Terjadinya Katarak \n\n Mengobati katarak dapat dilakukan dengan cara operasi. Ini merupakan prosedur yang relatif sederhana dan hanya menggunakan anestesi lokal. Prosedur ini melibatkan pengangkatan lensa yang keruh dan penggantian lensa dengan lensa buatan. \n\n Selain operasi, perubahan gaya hidup juga dapat membantu mengurangi risiko katarak. Beberapa cara untuk mengurangi risiko katarak termasuk: \n\n - Menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan \n\n - Buang kebiasaan merokok \n\n - Mengonsumsi makanan sehat seperti sayuran dan buah-buahan \n\n - Memakai kacamata hitam saat berada di luar ruangan pada siang hari \n\n - Mengendalikan kondisi medis yang mendasari, seperti diabetes.dan lainnya. \n\n Pada intinya, katarak adalah penyakit yang umum terjadi pada mata, terutama pada orang yang lebih tua. oleh karena itu, penting untuk mendeteksi dan mengobati katarak sesegera mungkin untuk mencegah kebutaan. \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami gejala katarak, Konsultasikan segera keluhan Sahabat Hermina dengan Dokter Spesialis Mata di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dengan dokter kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kendari<\/a><\/li>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Moms! Cegah Stunting Itu Penting Loh<\/a><\/h3>
Apakah Stunting Anak Sehat? \n\n Stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang atau malnutrisi kronik atau asupan nutrisi yang tidak optimal, misalnya karena ketidaktahuan orang tua tentang ASI/MPASI yang benar, kemiskinan dan lain-lain. Atau kebutuhan nutrisi yang meningkat akibat kondisi kesehatan suboptima akibat penyakit, misanya diare akibat sanitasi lingkungan yang buruk, ISPA berulang akibat tidak diimunisasi, dan lain-lain. Stunting berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan jangka pendek dan jangka panjang. \n\n Definisi balita sehat menurut buku KIA adalah berat badan akan naik mengikuti pita KMS, kemudian anak akan bertambah tinggi, kemampuan bertambah sesuai umur, anak jarang sakit, dan anak ceria aktif dan lincah. Adapun faktor risiko dari stunting adalah nutrisi ibu selama hamil, kehamilan usia remaja dan interval kelahiran pendek, IUGR (pertumbuhan janin terhambat) dan kelahiran preterm, selanjutnya kualitas MPASI yang rendah, dan infeksi berulang dan faktor lingkungan. Semua faktor tersebut diawali oleh adanya perlambatan pertumbuhan (growth/weight faltering). \n\n Selain faktor risiko, terdapat juga komplikasi stunting diantaranya adalah keterlambatan perkembangan, penurunan sistem imun, penurunan fungsi kognitif (kecerdasan anak), risiko obesitas saat dewasa, risiko penyakit kardiovaskular saat dewasa, dan risiko osteoporosis saat dewasa. Stunting bersifat ireversibel, tidak bisa diterapi, tetapi hanya bisa dicegah. Cara mencegah agar tidak terjadi stunting pada anak yaitu berikan MPASI, ketika ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi (usia bayi sekitar 6 bulan). Kemudian yang kedua MPASI yang diberikan harus memenuhi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien anak. Selanjutya, proses persiapan dan pembuatan MPASI menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman serta higienis. Dan terakhir, MPASI diberikan secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar atau kenyang dari anak. \n\n Strategi yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak diantaranya adalah dengan memenuhi kebutuhan gisi sejak hamil. ASI eksklusif diberikan selama 6 (enam) bulan, MPASI paling lambat diberikan pada saat usia 6 (enam) bulan, selalu pantau tumbuh kembang anak, dan tetap menjaga kebersihan lingkungan. Pelu diketahui nutrisi yang seimbang dan lengkap adalah memberikan sesuai dengan kebutuhan menurut usia, untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, kemudian meningkatkan daya tahan tubuh anak serta menjaga kesehatan yang optimal. \n\n Pemantauan pertumbuhan pada anak terdiri atas berat badan, panjang/tinggi badan dan lingkar kepala. Untuk mengetahui pertumbuhan pada anak perlu dilakukan penimbangan dan pengukuran yang benar, seperti mengukuru atau menimbang berat badan, panjang badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Kemudian, melakukan pencatatan dan plotting yang benar dengan menggunakan grafik sesuai dengan usia dan jenis kelamin serta indeks yang benar. Selanjutnya, melakukan penilaian dan interprestasi yang sesuai dengan definisi dan ketentuan yang berlaku. Terakhir dengan melakukan tindak lanjut yang sesuai dengan hasil interprestasi dan kondisi klinis yang ada, seperti observasi, tangani, atau melakukan rujukan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 11 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 20 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 April 2023<\/li><\/ul><\/div>