- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Perawatan Metode Kanguru<\/a><\/h3>
Perawatan metode kanguru adalah suatu cara perawatan dengan melakukan kontak langsung antara kulit ibu / bapak dengan bayi ( skin to skin contact ) dimana ibu / bapak menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi sebagai alternatif pengganti inkubator. Dilakukan pada bayi dengan berat badan rendah ≤ 2000 gr. \n\n \n\n Komponen Perawatan Metode Kanguru \n\n \n Kangoroo Position \n \n\n Menempatkan bayi pada posisi tegak di dada ibu / bapak dengan skin to skin (tidak menggunakan pakaian atas) \n\n \n Kangoroo Nutrition \n \n\n Pemberian ASI sehingga Berat Badan meningkat \n\n \n Kangoroo Support \n \n\n Dukungan ke IBU \n\n \n Kangoroo Discharge \n \n\n Membiasakan ibu perawatan metode kanguru sehingga dapat melakukan di rumah \n\n \n\n Manfaat Perawatan Metode Kanguru bagi bayi \n\n \n Stabilitas suhu, stabilitas laju denyut jantung dan pernapasan \n Kenaikan berat badan lebih baik \n Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi \n Waktu tidur bayi lebih lama \n Berkurangnya kejadian Infeksi \n \n\n \n\n Manfaat bagi Ibu \n\n \n Ibu lebih percaya diri \n Hubungan Emosional Ibu dan bayi lebih baik \n Mempermudah pemberian ASI \n Peningkatan produksi ASI \n Dapat melakukan aktivitas lain selama perawatan metode kanguru \n \n\n \n\n Kapan Perawatan Metode Kanguru dapat dinilai \n\n Sesegera mungkin setelah kondisi bayi stabil, ibu dan keluarga bersedia dan telah mengerti tentang perawatan metode kanguru \n\n \n\n Perawatan Metode Kanguru di bagi menjadi 2 \n\n Perawatan Metode Kanguru intermiten yaitu dilakukan pada bayi dengan penyakit / kondisi yang berat membutuhkan perawatan intensif, bahkan mungkin memerlukan bantuan alat, dalam kondisi ini perawatan metode kanguru tidak dilakukan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayi yang masih dalam perawatan inkubator \n\n Perawatan Metode Kanguru Kontinyu yaitu bayi dengan kondisi stabil bernapas alami tanpa bantuan oksigen dan alat bantu lainnya dilakukan terus menerus. \n\n \n\n Langkah-langkah Perawatan Metode Kanguru \n\n \n Atur suhu ruangan \n Baju bayi di buka hanya menggunakan popok \n Letakkan bayi dengan posisi bayi di antara payudara, tegak, dada bayi menempel ke dada ibu. Amankah posisi bayi dengan kain panjang atau baju kanguru \n Ibu mengenakan baju yang terbuka di depan \n Kepala bayi di miringkan ke sisi kanan atau kiri , dengan sedikit tengadah \n Jangan menunduk ke depan dan sangat tengadah → Ujung pengikat di bawah telinga bayi \n Pangkal paha bayi harus diposisikan seperti kodok, tangan dalam posisi menekuk \n Ikatan harus kuat dan menutupi dada bayi \n Perut bayi jangan tertekan dan terletak di ulu hati ibu. \n \n\n \n\n Perawatan Metode Kanguru bermanfaat dalam menurunkan secara bermakna jumlah bayi baru lahir yang meninggal, menghindari bayi berat lahir rendah dari kedinginan, menstabilkan bayi, mengurangi terjadinya infeksi, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi, meningkatkan pemberian ASI, dan meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 21 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Fakta tentang Penyakit TBC, Hindari Mitosnya!<\/a><\/h3>
TBC atau tuberkulosis merupakan penyakit menular yang biasanya menyerang paru-paru, meskipun dapat mengenai organ apa pun di dalam tubuh. Infeksi TBC berkembang ketika bakteri masuk melalui droplet di udara. TBC bisa berakibat fatal, tetapi dalam banyak kasus,TBC dapat dicegah dan diobati. Di masa lalu, TBC adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Setelah perbaikan dalam terapi dan perkembangan antibiotik, prevalensi TBC turun secara dramatis di negara-negara industri. \n\n \n\n Apa itu TBC? \nSeseorang dapat terinfeksi TBC setelah menghirup bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Ketika TBC mengenai paru-paru, TB menjadi sangat menular, tetapi seseorang biasanya hanya akan menjadi sakit setelah kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB paru. \n\n \n\n Penyebab penyakit TBC \nBakteri M. tuberculosis menyebabkan TBC. Mereka dapat menyebar melalui udara dalam droplet ketika seseorang dengan TB paru batuk, bersin, meludah, tertawa, atau berbicara. Hanya orang dengan TB aktif yang dapat menularkan infeksi. Namun, sebagian besar orang dengan penyakit ini tidak lagi menularkan bakteri setelah mereka menerima terapi yang sesuai untuk setidaknya 2 minggu. \n\n \n\n Gejala penyakit TBC \nFakta penyakit TBC selanjutnya yang harus diketahui adalah gejala yang biasanya timbul ketika seseorang memiliki TBC, yaitu: Seseorang dengan penyakit TB dapat mengalami batuk yang menghasilkan dahak, kelelahan, demam, kedinginan, dan kehilangan nafsu makan dan berat badan. Gejala biasanya memburuk dari waktu ke waktu, tetapi dapat juga hilang timbul. \n\n \n\n Mitos dan Fakta Penyakit TBC \n\n Banyaknya jumlah kasus TBC ini juga diiringi dengan pemahaman keliru masyarakat mengenai penyakit ini. Untuk itu, kita perlu memahami beberapa fakta tentang TBC seperti penjelasan berikut ini: \n\n \n\n Mitos: TBC hanya menyerang paru-paru \n\n Fakta: TBC dapat menyerang organ lain, termasuk otak \n\n Kebanyakan infeksi TBC memang terjadi di paru-paru, namun dapat berkembang dan menyebar ke organ tubuh lain lewat aliran darah apabila tidak ditangani dengan baik. Jenis tuberkulosis lain yang perlu diwaspadai adalah tuberkulosis tulang, kelenjar getah benih, dan usus. Pada kasus yang jarang terjadi, Myctobacterium tubercolosis dapat menyerang jantung dan otak manusia. Jenis tuberkulosis selain paru biasanya bersifat tidak menular. \n\n \n\n Mitos: TBC tidak dapat disembuhkan \n\n Fakta: TBC bisa sembuh dengan pengobatan minimal 6-9 bulan \n\n Walaupun angka kematian penyakit ini tinggi, namun TBC dapat disembuhkan. Pengobatan TBC memerlukan waktu cukup lama dan harus konsisten, yaitu minimal 6-9 bulan. Jika tidak konsisten dilakukan, bakteri dapat melemah sesaat dan muncul kembali hingga menjadi resisten (dikenal sebagai kondisi multidrug-resistant tuberculosis atau MDR-TB). \n\n \n\n Mitos: TBC Penyakit masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah \n\n Fakta: Setiap orang berisiko terkena TBC \n\n Status sosial adalah salah satu yang sering dikaitkan dengan penyakit ini. Nyatanya, TBC tidak memandang bulu dan dapat menyerang siapa saja, mampu atau kurang mampu dan berpendidikan ataupun tidak. \n\n \n\n Berikut ini adalah beberapa kondisi yang memungkinkan seseorang terkena TBC: \n\n \n Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pengidap diabetes, pasien kemoterapi, atau pengidap HIV/AIDS. \n Mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. \n Aktif merokok. \n Menggunakan alkohol dan obat terlarang. \n Aktif berhubungan langsung dengan pengidap TBC dalam jangka waktu yang cukup panjang. \n Tinggal di lingkungan yang lembab dan tidak terpapar sinar matahari. \n \n\n \n\n Tidak dapat kita pungkiri bahwa TBC merupakan penyakit menular dan berbahaya. Dengan demikian, fakta seputar TBC penting dipahami secara benar oleh masyarakat agar kepedulian terhadap penyakit ini dapat semakin ditingkatkan, demikian pula pencegahannya. Jika Sahabat Hermina memiliki keluarga atau teman yang mengidap TBC, beri dukungan terhadap mereka untuk berobat hingga tuntas. Jangan lupa untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri serta lingkungan. Periksakan segera jika mengalami gejala TBC dapat konsultasi ke dokter spesialis paru di RSU Hermina Pandanaran. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 19 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Hipertensi Pada Anak<\/a><\/h3>
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga memiliki resiko mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi. \n\n Sama hal nya dengan orang dewasa, hipertensi pada anak dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang yang serius. Seperti penyakit jantung, gangguan ginjal, dan stroke. \n\n Bagi orang dewasa, mungkin mudah untuk mengetahui apakah ia memiliki hipertensi hanya dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan membandingkannya dengan angka yang seharusnya. Meskipun anak-anak juga akan menjalankan tes yang sama, namun menafsirkan angkanya lebih rumit. Dokter akan menggunakan grafik berdasarkan jenis kelamin, tinggi badan, dan tekanan darah anak untuk menentukan apakah ia mengalami hipertensi atau tidak. \n\n Hipertensi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala di tahap awal penyakit. Akan tetapi, ada beberapa tanda yang bisa mengindikasikan anak sedang mengalami keadaan darurat akibat tingginya tekanan darah. Berikut gejala tersebut: \n\n -Sakit kepala, \n\n -Kejang, \n\n -Muntah, \n\n -Sakit dada, \n\n -Detak jantung cepat, \n\n -Sesak napas, \n\n Penyebab Anak Mengalami Hipertensi \n\n Tekanan darah tinggi atau hipertensi pada anak sering kali dikaitkan dengan kondisi kesehatan lain, seperti kelainan jantung, penyakit ginjal, kondisi genetik atau kelainan hormonal. Anak yang lebih tua dan memiliki berat badan berlebih, lebih berisiko mengalami hipertensi primer. \n\n Faktor risiko anak mengalami hipertensi tergantung pada kondisi kesehatan, genetik, dan faktor gaya hidup. Berdasarkan faktor risikonya, hipertensi pada anak dibedakan menjadi 2 yaitu: \n\n \n Hipertensi Primer \n \n\n Hipertensi primer dapat terjadi dengan sendirinya, tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Jenis hipertensi ini lebih sering terjadi pada anak yang usianya lebih tua, misalnya 6 tahun ke atas. Faktor risiko terjadinya hipertensi primer pada anak, yaitu: \n\n -Kelebihan berat badan atau obesitas \n\n -Memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi \n\n -Memiliki diabetes tipe 2 atau kadar gula darah tinggi \n\n -Memiliki kolesterol tinggi \n\n -Terlalu banyak makan makanan bergaram \n\n -Hispanik \n\n -Berjenis kelamin laki-laki \n\n -Terpapar asap rokok \n\n -Kurang beraktivitas fisik \n\n -Hipertensi Sekunder \n\n \n Hipertensi Sekunder: \n \n\n Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi lain, dan memang lebih sering terjadi pada anak-anak. Penyebab dari hipertensi ini meliputi: \n\n -Penyakit ginjal kronis; \n\n -Penyakit ginjal polikistik; \n\n -Masalah jantung, seperti penyempitan parah (koarktasio) aorta; \n\n -Gangguan adrenal; \n\n -Hipertiroidisme; \n\n -Pheochromocytoma, tumor langka di kelenjar adrenal; \n\n -Penyempitan arteri ke ginjal (stenosis arteri ginjal); \n\n -Gangguan tidur (sleep apnea); \n\n -Konsumsi obat-obatan tertentu. \n\n Cara Mencegah dan Mengatasi Hipertensi pada Anak \n\n Secara umum, penanganan hipertensi pada anak tidak jauh berbeda dengan orang dewasa. Beberapa cara berikut dapat membantu mencegah sekaligus mengatasi hipertensi: \n\n \n Menerapkan diet hipertensi: \n \n\n Salah satu cara penting untuk mengatasi hipertensi pada anak adalah melalui pola makan sehat yang sering direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah tinggi adalah diet DASH. Dalam metode diet ini, anak harus makan lebih sedikit lemak, lebih banyak sayur, buah, dan biji-bijian, mengurangi asupan garam, serta mengurangi makanan dan minuman manis, termasuk jus. Agar tekanan darah anak stabil dan terhindar dari berbagai komplikasi. \n\n \n\n \n Membiasakan anak untuk aktif bergerak dan rutin berolahraga: \n \n\n Berolahraga secara teratur juga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Hal ini karena aktif bergerak dan terbiasa rutin berolahraga berpengaruh besar terhadap kesehatan pembuluh darah dan jantung. \n\n Oleh karena itu, pastikan anak berolahraga setidaknya selama 1 jam sehari dan pilihlah jenis olahraga yang sesuai dengan usia anak. \n\n \n\n \n Menjauhkan anak dari asap rokok: \n \n\n Sering terpapar asap rokok bisa membuat tekanan darah naik, serta merusak jantung dan pembuluh darah anak. Jadi, sebisa mungkin lindungi anak dari asap rokok, terutama dari orang-orang di sekitarnya. \n\n \n Memberikan obat penurun tekanan darah kepada anak sesuai anjuran dokter; \n \n\n Obat penurun tekanan darah hanya akan diberikan oleh dokter jika perubahan gaya hidup kurang berhasil menurunkan hipertensinya. Obat hipertensi kemungkinan diberikan sementara atau memerlukan waktu lebih lama, tergantung kondisi anak. \n\n Selain itu, jika anak diketahui memiliki risiko untuk mengalami hipertensi, sebaiknya tekanan darah anak mulai diperiksa secara teratur sejak usianya 3 tahun. \n\n Hipertensi yang tidak terkontrol juga dapat merusak mata dengan menyebabkan arteri menyempit dan berputar, sehingga menghambat suplai darah. Akhirnya, kondisi ini bisa mengakibatkan masalah penglihatan. \n\n Jika tidak segera ditangani, hipertensi pada anak bisa berlanjut hingga ia dewasa serta meningkatkan risikonya untuk terkena stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan penyakit ginjal di kemudian hari. \n\n Segera berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan pemeriksaan dan penganan yang tepat. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 18 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Apakah Benjolan Yang Timbul Secara Tiba Tiba Berbahaya ?<\/a><\/h3>
Ketika melihat ada bagian tubuh yang tiba-tiba timbul benjolan banyak yang langsung panik dan menduga penyebabnya. Padahal ada benjolan yang berbahaya dan tidak. Namun tanda ini jangan diabaikan. Benjolan yang muncul bisa berupa sinyal bahwa ada organ tubuh yang tidak bekerja secara baik. \n\n Ketika mendapatkan benjolan pada tubuh, sebaiknya jangan panik. Kepanikan justru dapat mengganggu kesehatan yang disebabkan karena tidak bisa tidur atau turunnya nafsu makan dan daya tahan tubuh. \n\n Deteksi Benjolan yang Muncul Secara Tiba-tiba \n\n Benjolan disebut juga dengan istilah tumor dan bisa muncul pada semua bagian, baik di punggung, tangan, leher maupun lainnya. Timbulnya benjolan dapat terjadi karena adanya cedera, infeksi, radang dan pertumbuhan sel yang abnormal. \n\n Deteksi paling akurat dilakukan oleh dokter setelah memeriksa menggunakan alat tergantung dari kondisinya. Sebaiknya segera datang ke pusat kesehatan setelah menemukan adanya bagian tubuh yang kurang wajar. Namun untuk antisipasi awal, bisa melakukan deteksi dengan memperhatikan kondisi benjolan tersebut. Berikut cara membedakan benjolan berbahaya atau tidak. \n\n 1. Waktu muncul \n\n Pada beberapa anak ketika lahir ada bagian tubuh yang mengalami benjolan bawaan. Jika tidak bertambah besar, biasanya tidak berbahaya. Kondisi ini dalam istilah kedokteran dikenal dengan nama hemangioma. \n\n Benjolan bawaan lahir akan mengecil dan hilang bersama dengan pertumbuhan anak. Namun sebagai antisipasi dan menjadikan pikiran tidak khawatir, bisa memastikan dengan melakukan intensif pada dokter atau klinik. \n\n 2. Penyebab \n\n Benjolan dapat diketahui berbahaya atau tidak berdasarkan penyebabnya. Pada bagian tubuh yang terbentur atau jatuh dan mengalami memar, tidak jarang menyebabkan benjol. Benjolan seperti ini tidak berbahaya. Rasa sakit akan hilang bersamaan dengan hilangnya benjolan tersebut. Yang perlu dilakukan adalah menghilangkan rasa sakit dengan mengompresnya. \n\n 3. Infeksi \n\n Tidak jarang setelah terjadi benjolan akan mengalami infeksi dan mengeluarkan nanah. Hal ini menandakan adanya luka yang mungkin tidak terlihat. Sebaiknya segera mengatasi infeksi tersebut dengan mengonsumsi antibiotik. \n\n Jenis benjolan yang diikuti dengan munculnya nanah biasa disebut bisul atau abses. Jika sudah meluas dan infeksi menjalar,dokter akan melakukan pembedahan kecil untuk membersihkan dan mengobati luka tersebut. Pengobatan ini cukup mudah dan cepat, jadi bagi yang mengalami infeksi, selama cepat tertangani, tidak akan menimbulkan dampak buruk pada kesehatan. \n\n 4. Karakteristik \n\n Berdasarkan karakteristiknya, ada dua jenis benjolan. Pertama benjolan tersebut jika dipegang terasa keras dan kasar. Selain itu, bagian tubuh yang mengalami benjolan sudah bergerak dan menimbulkan rasa sakit. Permukaannya kasar dan tumbuh dengan cepat. Jenis benjolan ini termasuk kategori berbahaya. Karena itu sebaiknya segera memeriksakan ke dokter. \n\n Sebaliknya, beberapa benjolan ketika disentuh tetap terasa lembut seperti bagian kulit lainnya. Bagian yang mengalaminya masih mudah untuk bergerak. Jika terasa sakit, biasanya karena benturan yang menyebabkan benjolan tersebut muncul. Setelah beberapa hari, akan mengecil dan akhirnya hilang meski tanpa pengobatan. \n\n 5. Gejala \n\n Gejala atau kondisi yang menyertai munculnya benjolan dapat menjadi tanpa apakah berbahaya atau tidak. Pada kondisi yang disebabkan oleh kanker atau terjadinya kerusakan sel, benjolan yang muncul disertai beberapa tanda. \n\n Penderita biasanya akan mengalami lemah berkepanjangan, lesu, demam dan penurunan berat badan. Tidak jarang akan kehilangan nafsu makan. Gejala ini menjadi indikasi bahwa benjolan tersebut merupakan kanker yang harus segera mendapat penanganan sebelum menyebar. \n\n Selain kanker, benjolan juga bisa muncul akibat penumpukan kelenjar, seperti pada getah bening yang cukup berbahaya. Kewaspadaan diri sendiri terhadap munculnya benjolan bisa mempermudah penyembuhan serta mendeteksi penyebabnya. \n\n Pengetahuan tentang cara membedakan benjolan berbahaya dan tidak penting untuk mengantisipasi agar gangguan kesehatan dapat segera diatasi. Jika menemukan adanya benjolan pada bagian tubuh, sebaiknya segera melakukan deteksi sendiri dengan memperhatikan gejala dan rasa serta akibat yang timbul. \n\n Berbahayakah Benjolan yang Muncul Tiba-tiba \n\n Biasanya benjolan yang berbahaya tidak muncul serta merta, tetapi dimulai dengan adanya tanda pada bagian tubuh tertentu. Jenis benjolan berbahaya ketika muncul tidak langsung besar, tetapi dari kecil yang kemudian volumenya bertambah. Ketika menemukan benjolan pada bagian tubuh, sebaiknya segera mencari tahu penyebabnya. \n\n Sebaliknya, benjolan yang tidak berbahaya dapat muncul secara langsung besar, seperti pada kasus memar akibat benturan. Karena itu dengan memperhatikan kemunculannya, dapat memprediksi apakah berbahaya atau tidak. \n\n Karena munculnya dari kecil dan membesar, tidak jarang pasien kurang memperhatikan dan tidak segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Ini yang menyebabkan banyak kasus terlambat untuk mendapatkan penanganan medis. Sebaiknya, selalu memperhatikan bagian tubuh, perubahan rasa dan indikasi yang muncul. Semakin cepat pengobatan, mudah untuk sembuh. \n\n Benjolan yang muncul tiba-tiba biasanya memang tidak berbahaya. Namun tidak ada salahnya segera mengatasi jika menemukannya. Penyembuhan dari kondisi ini tergantung dari penyebabnya. Karena itu sangat penting untuk segera mencari tahu sehingga bisa melakukan pengobatan yang tepat. \n\n Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar benjolan yang mengganggu kepada dokter Spesialis Bedah di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 18 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Segudang Manfaat Akupunktur Bagi Kesehatan<\/a><\/h3>
Teknik pengobatan dalam dunia medis kini semakin beragam. Tidak hanya harus menggunakan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit tertentu, pengobatan dengan cara tradisional yang distandarisasi medik pun dapat digunakan. Salah satunya adalah teknik akupunktur. Akupunktur sendiri adalah praktik pengobatan tradisional dari Tiongkok yang menggunakan jarum tipis yang ditusukkan ke titik-titik tertentu pada tubuh, sedangkan akupunktur medik adalah adaptasi teknik akupunktur berdasarkan pengetahuan medik seperti anatomi, biologi seluler, fisiologi, patologi dan berbasis bukti. Pada akupunktur medik selain jarum dapat digunakan moda lain seperti termal, listrik, laser, suara, dan tanam benang. \n\n Perbedaan akupuntur klasik dan akupuntur medik adalah pada dasar diagnosanya, cara pemeriksaan, dan teknik terapinya \n\n\n \n \n \n Jenis \n \n \n Akupunktur Klasik \n \n \n Akupunktur Medik \n \n \n \n \n Dasar Diagnosa \n \n \n Tiga unsur (Qi, Xue, Jing), \n\n 5 organ dan ketidak seimbangan nya \n \n \n Berdasarkan biologi seluler, anatomi, fisiologi, patogenesis dan patofisiologi \n \n \n \n \n Pemeriksaan \n \n \n 4 cara pemeriksaan, pemeriksaan nadi dan lidah \n \n \n Berdasarkan pemeriksaan medik (Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan pencitraan \n \n \n \n \n Teknik terapi \n \n \n Berdasarkan sindrom ketidakseimbangan, menguatkan, melemahkan \n \n \n Berdasarkan biologi seluler, anatomi, fisiologi dan patogenesa/patofisiologi serta berbasis bukti (EBM, evidence base medicine) \n \n \n \n\n\n \n\n Titik Akupunktur dalam Pengobatan \n\n Berbeda dengan pengobatan medis konvensional yang lebih banyak menggunakan obat-obatan, teknik akupunktur berfokus pada titik tertentu. Titik Akupunktur adalah titik yang terletak di lokasi tertentu yang mempunyai kekhasan tahanan listriknya lebih rendah, muatan listriknya lebih tinggi, biasanya banyak terdapat saraf Aδ. Dokter spesialis akupunktur setelah mendiagnosa suatu penyakit atau kondisi tertentu akan memilih titik-titik akupunktur tertentu untuk merangsang sitokin/neurotransmiter tertentu yang terlibat pada penyakit atau kondisi tersebut. Perangsangan dapat menggunakan jarum halus, termal/panas, listrik/elektro, suara/sono, laser dan dengan penanaman benang. \n\n Akupunktur medik berkembang pesat seiring berkembangannya ilmu biologi seluler sekitar tahun 1980 an, WHO atau badan kesehatan dunia tahun 2002 dalam Acuuncture: Review and analysis of reports on controlled clinical trial mengklasifikasikan 4 kelompok penyakit-penyakit yang dapat diterapi akupunktur, meskipun sekarang lebih banyak yang dapat diterapi akupunktur beserta dengan bukti-buktinya. \n\n Akupunktur medik berperan pada pengendalian nyeri, baik nyeri yang sederhana maupun nyeri yang kompleks seperti pada nyeri kanker. \n\n Akupunktur medik juga berperan pada kasus-kasus saraf dengan mempengaruhi neurotransmitter, pada kasus-kasus fungsional dengan mempengaruhi neurotransmitter, sitokin, dan hormon. \n\n Akupunktur medik pada program perencanaan kehamilan juga bekerja melalui regulasi hormonal, mempengaruhi fungsi-fungsi organ reproduksi wanita maupun pria lewat neurotransmiter dan sitokin serta hormon. \n\n \n\n Prosedur Akupunktur \n\n Tertarik menggunakan teknik akupunktur, tidak ada persiapan khusus yang harus disiapkan. Sahabat Hermina hanya perlu datang ke klinik akupunktur yang dilakukan oleh seorang dokter yang menguasai akupunktur medik, kenapa seorang dokter karena dalam pendidikan dokter dipelajari apa yang ada di bawah titik akupunktur sehingga seharusnya risiko tertusuk nya organ dalam atau struktur-struktur penting tidak akan terjadi. \n\n Prosedur yang dilakukan pada umumnya sama seperti mengunjungi dokter lainya, dilakukan tanya jawab atau anamnesa, ditanyakan keluhan utama dan keluhan-keluhan lainya dan pemeriksaan, kemudian dokter akan menentukan diagnosa dan rencana terapi akupunktur. Kemudian dokter akan menjelaskan prosedur terapi akupunktur, risiko efek samping, ditanyakan riwayat pernah diakupunktur atau belum, jika sudah pernah adakah masalah setelah diakupunktur. \n\n Jika pasien sudah mengerti dan paham serta setuju apa yang akan dilakukan maka dimintakan persetujuan pasien dalam bentuk tanda tangan. \n\n Pada saat tindakan pasien akan diposisikan terlentang, terlungkup, miring atau duduk tergantung kondisi pasien dan titik yang akan digunakan. Sebaiknya titik yang akan ditusuk dalam keadaan tidak tertutup apapun untuk mencegah berubahnya posisi jarum, jikalau mau ditutup biasanya dengan kain halus yang bersih agar tidak menekan jarum. \n\n Dokter akan mencuci tangan, melakukan tindakan a dan antisepsis dengan swab alkohol pada tempat-tempat yang akan ditusuk jarum, dokter akan menempatkan jarum pada area reseptor yang akan terasa oleh pasien seperti pegal atau kesemutan, jika ada nyeri dokter akan memperbaiki posisi jarum sampai tidak nyeri, perlu diingat jarum akupuntur sangat halus, diameternya lebih kecil dari jarum suntik bahkan diameternya lebih kecil dari jarum jahit/pentul. Jika diperlukan perangsangan listrik atau termal maka jarum akan dihubungkan dengan alat elektrostimulator atau dipanaskan. \n\n Setelah tercapai waktu terapi, biasanya 20-30 menit, jarum akan dicabut dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi sebagai efek samping. \n\n \n\n Manfaat Akupunktur Medik \n\n Mekanisme kerja akupunktur medik dengan merangsang sistem saraf, sistem endokrin/hormon, dan sistem imun. Ketiga sistem tersebut dipengaruhi oleh neurotransmitter dan sitokin. \n\n Akupuntur medik bekerja secara lokal, segmental setinggi persarafan tulang belakang, dan sentral atau sistemik yang dipengaruhi oleh otak. Seperti diketahui pusat-pusat emosi terletak di otak sehingga dapat dipengaruhi akupunktur medik. \n\n Acuuncture: Review and analysis of reports on controlled clinical trial(2002) menyebutkan penyakit-penyakit yang dapat diterapi, yaitu: \n\n \n \n Efek samping radioterapi/kemoterapi \n \n \n Rhinitis alergi/alergi hidung \n \n \n Kolik bilier/empedu \n \n \n Depresi \n \n \n Dismenore/nyeri haid \n \n \n Dyspepsia/gastritis/maag \n \n \n Nyeri wajah \n \n \n Nyeri kepala \n \n \n Hipertensi-hipotensi \n \n \n Nyeri lutut \n \n \n Nyeri pinggang \n \n \n Leukopenia \n \n \n Mual Muntah-morning sickness \n \n \n Nyeri leher \n \n \n Nyeri gigi dan rahang \n \n \n Nyeri bahu \n \n \n Nyeri post operasi \n \n \n Kolik ginjal \n \n \n Rheumatoid arthritis \n \n \n Sciatica \n \n \n Stroke \n \n \n Infertilitas wanita dan pria \n \n \n Dan lain-lain \n \n \n\n \n\n Risiko Menggunakan Akupunktur \n\n Hingga saat ini teknik akupuntur terbilang sebagai pengobatan yang aman dan jarang menimbulkan masalah yang serius baik saat prosedur atau pasca pengobatan jika dikerjakan secara benar oleh yang terlatih, terutama oleh dokter. Jika tidak dilakukan dengan benar dan orang yang ahli, dapat menyebabkan efek yang berbahaya diantaranya adalah sebagai berikut; \n\n \n \n Mudah terjadi infeksi akibat dari penggunaan jarum dan teknik yang tidak steril \n \n \n Muncul perdarahan masif dan rasa sakit hebat pada tempat dimana jarum ditusukkan \n \n \n Apabila jarum ditusukkan terlalu dalam dan arah yang salah juga dapat membahayakan organ dalam (hati, jantung, paru-paru, usus, ginjal dan lain-lain). Bisa juga menyebabkan masalah pada pembuluh darah dan saraf tepi. \n \n \n Adanya cedera pada sistem saraf pusat. \n \n \n\n Terpenting adalah Sahabat Hermina harus melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memutuskan menggunakan pengobatan akupunktur. Apakah kondisi kesehatan Sahabat Hermina sesuai atau tidak dengan pengobatan tersebut. \n\n Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar pengobatan Akupunktur kepada dokter spesialis Akupunktur di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 18 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyebab Sering Buang Air Kecil <\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina, Urine diproduksi oleh ginjal dan berguna untuk membuang racun, bakteri, dan residu berbahaya dari dalam tubuh. Jadi, bisa dikatakan bahwa urine menjadi proses detoksifikasi paling alami. \n\n Frekuensi buang air kecil ini bisa berbeda-beda setiap orang tergantung seberapa banyak asupan cairan dan aktivitas yang dilakukan dalam sehari. \n\n Adapun beberapa penyebabnya, diantaranya: \n\n \n\n 1. Terlalu Banyak Minum Air \n\n Ketika minum terlalu banyak, maka tubuh akan mengeluarkan apa yang tidak perlu. Meskipun begitu, kebutuhan air setiap orang memang tidak bisa diukur secara merata tergantung pada tingkat aktivitas, berat badan tubuh, dan Kesehatan \n\n \n\n 2. Mengonsumsi Terlalu Banyak Kafein \n\n Kebiasaan mengonsumsi terlalu banyak kafein bisa menyebabkan sering buang air kecil. \n\n Kafein bersifat diuretik, yang artinya dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil karena diuretik meningkatkan jumlah garam dan air yang keluar dari ginjal. Jadi, meskipun minum kopi dan teh baik untuk kesehatan, sebaiknya tidak dikonsumsi terlalu banyak, ya. \n\n \n\n 3. Tanda Awal Kehamilan \n\n Pada trimester pertama, volume darah akan meningkat sehingga ginjal harus memproses cairan berlebih yang menguap di kandung kemih. Sering buang air kecil nyatanya menjadi salah satu tanda awal kehamilan. Hal ini bisa berlanjut pada trimester kedua hingga menjelang persalinan. Perlu diwaspadai apabila merasa nyeri atau terasa terbakar saat buang air kecil, bisa jadi itu merupakan gejala dari infeksi saluran kemih saat hamil. \n\n 4. Infeksi Saluran Kemih \n\n \n\n Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri, biasanya berasal dari usus, membuat jalan ke kandung kemih, uretra, ureter atau ginjal. Salah satu gejalanya adalah sering buang air kecil dengan disertai gejala lain seperti nyeri saat buang air kecil, sakit pinggang, atau muncul darah di dalam urine. \n\n \n\n 5. Gejala dari Penyakit Diabetes \n\n Sering buang air kecil ternyata bisa menjadi gejala dari diabetes tipe 1 dan 2. \n\n Hal ini disebabkan karena kelebihan gula yang menumpuk dalam darah, yang membuat ginjal bekerja keras untuk menyaring dan menyerapnya. \n\n Tentunya sering buang air kecil bukan menjadi satu-satunya gejala, ada gejala lainnya seperti penurunan berat badan secara drastis, pandangan kabur, merasa lapar terus-menerus, dan terdapat luka yang sulit disembuhkan. \n\n \n\n 6. Vaginitis \n\n Vaginitis juga menjadi penyebab sering buang air kecil. Vaginitis adalah kondisi di mana vulva membengkak, meradang, dan nyeri disebabkan karena infeksi. Gejala vaginitis di antaranya nyeri dan tidak nyaman pada kemaluan, serta sering buang air kecil.Saat mengalami vaginitis, biasanya keputihan berwarna putih keabuan atau kuning kehijauan, bertekstur kental, dan berbau amis. \n\n \n\n 7. Overactive Bladder \n\n Overactive bladder (OAB) alias beser adalah saat kandung kemih butuh dikosongkan lebih sering daripada biasanya. OAB juga membuat kita harus bolak-balik ke toilet lebih dari 8 kali dalam waktu 24 jam, juga buang air kecil di tengah malam lebih dari 1 kali. \n\n \n\n 8. Batu Kandung Kemih \n\n Mirip seperti batu ginjal, batu kandung kemih terjadi saat mineral di urine menyatu dan membentuk batu-batu keras berukuran kecil. \n\n \n Sering buang air kecil, terutama di malam hari \n Sakit perut bagian bawah \n Nyeri saat buang air kecil \n Berdarah saat buang air kecil \n Urine berwarna gelap \n \n\n 9. Stres dan Cemas \n\n Sering air kecil ternyata bisa disebabkan karena kecemasan, gugup, atau stres. \n\n Hal ini terjadi karena reaksi tubuh saat menghadapi stres atau kejadian lainnya yang membuat kita tertekan. \n\n Bila Moms sering mengalami kecemasan atau stres di kehidupan sehari-hari, carilah cara untuk menghadapinya agar frekuensi buang air kecil bisa kembali normal. \n\n \n\n 10. Interstitial Cystitis \n\n Penyebab sering buang air kecil berikutnya adalah penyakit interstitial cystitis (IC). IC adalah infeksi kandung kemih kronis yang sering dialami wanita. \n\n Interstitial Cystitis Association menyebutkan tanda-tanda IC di antaranya: \n\n \n Sering buang buang air kecil di siang dan malam hari, kondisi yang parah bisa mencapai 60 kali buang air kecil dalam sehari \n Keinginan buang air kecil yang tak tertahankan \n Nyeri di bagian bawah perut dan area vagina atau penis \n Nyeri saat berhubungan seks \n \n\n \n\n 11. Menopause \n\n \n\n Berkurangnya level estrogen saat sedang menopause bisa menjadi penyebab sering buang air kecil.Estrogen berperan untuk mendukung bagian samping kandung kemih, sehingga saat estrogen berkurang, kita akan lebih sering buang air kecil, bahkan sampai susah menahannya. \n\n Oleh sebab itu, perempuan yang sudah mulai masuk fase menopause akan sering ke kamar mandi di malam hari. \n\n Umumnya, Anda akan disarankan dokter urologi ,ketika ditemukan tanda dan gejala yang mengacu pada penyakit di saluran kemih atau sistem reproduksi. \n\n Selain itu, Anda juga disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter urologi jika mengalami gejala-gejala berikut ini: \n\n \n Urine berwarna merah muda, merah, atau cokelat \n Nyeri perut bawah, punggung, atau pinggang, disertai mual dan muntah \n Nyeri saat buang air kecil \n Selalu merasa ingin buang air kecil, padahal baru saja buang air kecil \n Volume urine hanya sedikit \n Tidak dapat menahan buang air kecil \n Adanya benjolan pada testis \n Disfungsi seksual \n Ada masalah kesuburan pada pria \n \n\n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina merasakan keluhan seperti diatas bisa langsung kunsultasi dengan dr. Her Bayu Widyasmara, SpU yang praktek di RS Hermina Mekarsari. Cek Jadwal praktek dan Appoinment https://herminahospitals.com/id/doctors/dr-her-bayu-widyasmara-spu \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 16 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Dengue Shock Syndrome (DSS) pada Anak, Komplikasi DBD yang Berbahaya<\/a><\/h3>
\n\n Sahabat Hermina, Virus Demam Berdarah cenderung menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun dan bisa menyebabkan kematian. Kebanyakan yang ditakutkan para orang tua dengan DBD atau demam berdarah jika trombosit mulai turun, padahal sebenarnya yang berbahaya bukanlah trombosit yang menurun. Yang berbahaya pada demam berdarah adalah apabila terjadi kebocoran plasma. Kebocoran plasma adalah cairan dalam pembuluh darah keluar dari pembuluh darah hingga habis. Ibaratkan minuman bobba yang yang tidak ada airnya, pasti merasakan “seret” kan? Nah, apabila itu terjadi pada pembuluh darah manusia akan terjadi gagal sirkulasi. Nah kejadian gagal sirkulasi inilah yang disebut dengan Dengue Shock Syndrome (DSS). \n\n \n\n Dengue Shock Syndrome (DSS) akan menyebabkan sirkulasi di dalam tubuh tidak dapat mengantarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh organ. Hal inilah yang seharusnya para orang tua waspadai ketika anak terserang DBD. \n\n \n\n Demam berdarah memiliki banyak spektrum, mulai dari yang ringan hingga yang paling berat adalah Dengue Shock Syndrome ini. Ada beberapa faktor resiko yang dapat memperparah BDD pada Anak hingga DSS antara lain: \n\n \n \n Bayi usia dibawah 1 (Satu) tahun \n \n \n Berat badan bayi dan anak yang besar (obesitas) \n \n \n Sudah pernah terkena demam berdarah sebelumnya \n \n \n\n \n\n Kapan harus segera ke rumah sakit? \n\n Sebelum melakukan cek laboratorium, biasanya kita masih belum bisa meyakini apakah ini demam berdarah atau bukan. Namun, kita dapat mewaspadai apabila pola demam yang terus menerus, apabila diberikan obat penurun demam, demam akan turun dan kembali naik lagi. Selain itu hal yang perlu diwaspadai adalah apabila anak mengalami nyeri perut yang herbat, muntah-muntah dan tidak bisa masuk makan dan minum kedalam tubuh. Apabila anak berada dalam kondisi tersebut, segera bawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan. \n\n \n\n Apakah pasien BDB ataupun DSS dapat dilakukan perawatan dirumah? \n\n Untuk kondisi anak yang terkena DBD dapat dilakukan perawatan dirumah atau tidak butuh penilaian dari dokter. Apabila diperbolehkan untuk dirawat dirumah perlu pemantauan oleh orang rumah dan juga tetap dipantau hasil pemeriksaan darah per-24 jam. Pastikan juga anak bisa makan dan minum, kencingnya cukup. Bagi Anak yang terkena DBD tetap disarankan untuk dilakukan perawatan di rumah sakit agar mendapatkan perawatan dan pemantauan oleh tim medis. Apabila anak sudah mengalami DSS, maka akan dilakukan perawatan secara intensive di ruangan PICU (Pediatric Intensive Care Unit) untuk dilakukan pemantauan denyut jantung, pernafasan, produksi urin, secara intensive. \n\n \n\n Apakah madu kurma dan jus jambu biji dapat menyembuhkan DBD / DSS? \n\n Hingga saat ini belum ada bukti-bukti yang cukup kuat yang membuktikan bahwa madu kurma dan jus jambu biji dapat meningkatkan trombosit. Trombosit akan naik dengan sendirinya apabila sudah masuk kedalam fase penyembuhan. \n\n \n\n Segera bawa Anak Ke Rumah Sakit apabila mengalami gejala di atas ya Sahabat Hermina! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Stunting - Penyebab, Gejala, dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan pada perkembangan ank yang disebabkan oleh gizi buruk, terserang infeksi secara berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai. Seseorang anak dikatakan sebagai stunting jika tinggi badan anak menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, dibawah dari ketetapan standar pertembuhan anak. \n\n Berdasarkan data menurut WHO, suatu negara dapat mengalami masalah stunting bia jumlah kasusnya berada diatas 20%. Sematara, data kasus stunting di Indonesia pada tahun 2022, jmlah kasusnya sebanyak 24,4% persen dari jumlah keseluruhan balita 23 juta anak. Oleh karena itu, stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang harus segera ditangani. \n\n Postur tubuh anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetic, hormonal, dan asupan nutrisi. Oleh sebab itu, ada anak yang postur tubuhnya pendek karena orang tuanya juga berpostur tubuh pendek. \n\n Akan tetapi, stunting berbeda dengan anak yang berperawakan pendek. Anak yang stunting pasti memiliki tubuh yang pendek, tetapu anak dengan perawakan yang pendek belum tentu mengalami stunting. \n\n \n\n Penyebab Stunting \n\n Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) penyebab stunting memiliki dua, yakni faktor genetik dan lingkungan. Stunting dapat disebabkan dari faktor genetic dan hormonal. Selain disebabkan oleh genetik stunting juga dapat disebabkan, lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga stunting dapat diatasi. Faktor lingkungan berperan dalam menyebabkan perawakan anak pendek antara lain status gizi ibu, pola pemberian makanan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan kejadian infeksi pada anak. Namun hal ini sebagian besar penyebab stunting diakibatkan oleh kekurangan gizi. Kekurangan gizi dalam waktu lama yang terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak 1000 hari pertama kelahiran. Penyebabnya rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan mineral maupun vitamin, dan buruknya sumber protein hewani dan pangan. \n\n \n\n Faktor Risiko Stunting \n\n Risiko stunting pada anak dapat meningkat jika ibu hamil pada anak memiliki beberapa faktor berikut: \n\n \n Berat badan ibu yang tidak naik selama kehamilan \n Kurangnya edukasi tentang stunting \n Kurangnya akses layanan kesehatan \n Tinggal di lingkungan yang miliki sanitasi buruk dan tidak mudah mendapatkan air bersih \n Tidak mendapatkan ASI Eksklusif dari sejak lahir \n Tidak mendapatkan gizi yang cukup \n Menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi \n \n\n \n\n Gejala Stunting \n\n Gejalanya pun berupa anak yang berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi pada tubuh cenderung normal akan tetapi anak tampak lebih kecil untuk seusianya, berat badan rendah, dan pertumbuhan tulang yang terhambat. Bila mengidap penyakit kronis, anak dengan stunting bisa mengalami sejumlah gejaga seperti, batuk kronis, demam serta berkeringat pada malam hari, tubuh anak membiru jika menangis, sesak napas, dan ujung jari yang berbentuk seperti tabuh (clubbing finger). \n\n \n\n Mencegah Stunting \n\n Berikut adalah cara pencegahan stunting pada anak, sebagai berikut: \n\n \n\n \n Memenuhi Kebutuhan gizi sejak kehamilan \n \n\n Tindakan yang dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan menyarankan agar ibu yang sedang mengandung dapat selalu mengonsumsi makanan yang bergizi dan sehat serta mengonsumsi seplemen atas arahan dokter. \n\n \n\n \n Cukupi asupan ASI Eksklusif pada bayi sampai berusia 6 bulan \n \n\n ASI Eksklusif dapat berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro tercukupi. Oleh sebab itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI selama 6 bulan pada anak. ASI juga memiliki kandungan protein dan kolostrum yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. \n\n \n\n \n Dampingi ASI dengan MPASI \n \n\n Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu dapat memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam pemberian MPASI ini pastikan makanan-makanan yang dipilih memenuhi gizi yang sebelumnya hanya berasal dari ASI. WHO merekomendasikan penambahan nutrisi ke dalam makanan. \n\n \n\n \n Memantau Tumbuh Kembang Anak \n \n\n Mengenali anak yang mengalami stunting tidaklah sulit. Dari segi fisik, anak yang biasanya mempunyai postur tubuh pendek dibandingkan anak-anak yang diusianya. Begitu penting untuk ibu memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa anak secara berkala ke posyandu atau klinik khusus anak. Akan lebih mudah untuk mengetahui gejala awal stunting dan penanganannya dengan memastikan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap. \n\n \n\n \n Jaga Kebersihan Lingkungan \n \n\n Perlu diketahui anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama lingkungan sekitarnya kotor. Faktor inilah yang secara tidak langsung meningkatkan stunting pada anak. Diare juga menjadi faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan yang pemicu diare itu sendiri dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh. \n\n Oleh karena itu, stunting merupakan permsalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu cukup lama. Untuk menghindari stunting pada anak dapat kita menerapkan lingkungan yang sehat, penuhi asupan sehat dan bergizi untuk ibu hamil dan anak, memberikan ASI pada anak sejak lahir hingga 6 bulan, dan memantau tumbuh kembang anak dengan konsultasikan ke dokter tumbuh kembang anak agar anak-anak terhindari dari stunting. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Gangguan Pertumbuhan dengan Deteksi Dini Hipotiroid Kongenital<\/a><\/h3>
Dalam rangka mencegah adanya berbagai risiko masalah kesehatan serius pada bayi yang baru lahir, Dante Saksono Harbuwono selaku Wakil menteri Kesehatan kembali mengingatkan mengenai bahaya kelainan hormon tiroid atau Hipotiroid Kongenital (HK) pada bayi lahir. \n\n Hipotiroid kongenital sangat di anjurkan untuk dideteksi sedini mungkin, yaitu saat bayi baru lahir. Deteksi dini hipotiroid kongenital melalui skrining pada bayi baru lahir adalah strategi terbaik saat ini. Selain untuk mencegah gangguan pertumbuhan, deteksi dini hipotiroid kongenital dengan pemeriksaan skrining juga dapat mencegah anak mengalami gangguan intelektual di kemudian hari. \n\n Hipotiroid kongenital adalah gangguan fungsi kelenjar tiroid yang dialami sejak lahir (kongenital), sehingga bayi memiliki kadar hormon tiroid yang rendah (hipotiroid). Kondisi ini ditemukan pada 1 dari 2000-3000 bayi yang lahir di Indonesia. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hipotiroid kongenital. \n\n Skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir dilakukan dengan memeriksa TSH. Pemeriksaan TSH pada bayi aterm dilakukan pada usia 2 – 4 hari atau saat akan keluar dari rumah sakit. Skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir dinyatakan positif jika kadar TSH ≥ 20 mU/L. Bayi dengan hasil skrining positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan ulang serum TSH dan FT4. Diagnosis hipotiroid kongenital ditegakkan bila kadar TSH tinggi dan FT4 rendah. Pada bayi yang tidak dilakukan skrining diagnosis ditegakkan melalui gejala klinis dan pemeriksaan serum TSH dan FT4. \n\n \n\n Pemberian terapi awal 2 minggu pertama menunjukkan hasil bermakna dalam outcome intelektual. Berat ringannya hipotiroid kongenital ditentukan dari kadar T4 (makin tinggi makin baik). \n\n Pemantauan yang perlu dilakukan : \n\n 1. Laboratorium \n\n \n \n Menentukan cukup tidaknya dosis obat yg diberikan (FT4 atau t4 total & TSH berkala) \n \n \n Darah diambil paling cepat 4 jam setelah pemberian tiroksin \n \n \n Dilakukan 2 minggu setelah terapi awal levotiroksin \n \n \n Pemantauan selanjutnya 1-3 bulan sampai usia 12 bulan, 2-4 bulan di usia 1-3 th, usia 3 th sampai pertumbuhan berhenti teratur setiap 3-12 bulan \n \n \n Jika ada perubahan dosis levotiroksin TSH dan FT4 diulang 4-6 minggu \n \n \n\n 2. Target pemeriksaan \n\n \n \n Kadar TSH < 5 mU/L dalam 2 minggu setelah terapi dimulai \n \n \n Kadar FT4 dalam kadar nilai rentang sesuai usia \n \n \n\n 3. Reevaluasi hipotiroid kongenital \n\n \n \n Dilakukan usia 3 th \n \n \n Evaluasi berupa pemeriksaan fungsi tiroid lanjut & radiologi rujuk konsultan endokrin \n \n \n\n 4. Jadwal dan pemantauan kunjungan rawat jalan \n\n 5. Edukasi \n\n \n \n Penyebab hipotiroid kongenital \n \n \n\n \n \n Pentingnya skrining awal, diagnosis dan terapi dini \n \n \n Pentingnya minum obat secara teratur sesuai jadwal \n \n \n Tidak menghentikan pengobatan tanpa instruksi dokter \n \n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mendapati buah hati gejala seperti di sampaikan jangan tunggu nanti, silahkan langsung konsultasi ke Dokter Spesialis Anak RS Hermina Podomoro. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 02 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Speech delay<\/a><\/h3>
Dear Ayah Bunda, salah satu gangguan perkembangan yang paling sering dijumpai adalah terlambat bicara atau speech delay. Speech delay merupakan kondisi sikecil yang belum mampu melakukan sesuatu dan mengucapkan sejumlah kosa kata berdasarkan usia sikecil. Speech delay perlu menjadi perhatian serius karena berkaitan dengan perkembangan anak secara umum dan berdampak pula pada orang tua dan lingkungan terutama saat anak harus mulai bersekolah. Namun, gangguan bicara dan bahasa ini bisa dideteksi secara dini. \n\n Anak dengan speech delay tetap mencapai urutan tahapan perkembangan bicara namun lebih lambat dibandingkan dengan teman seusianya (misal anak berusia 3 tahun, akan tetapi perkembangan bicaranya setara usia 2 tahun). \n\n Ada tiga tahap berbicara anak yaitu pengenalan, pemahaman, dan pengucapan. Sebelum memahami, anak harus mengetahui dan kemudian mengungkapkannya. Ketiga tahapan tersebut membagi kemampuan bicara anak menjadi tahapan keterampilan bahasa reseptif dan keterampilan bahasa ekspresif. Orang tua adalah kontak pertama dengan anak-anak. Orang tua memiliki peran penting dalam mendeteksi keterlambatan bicara. \n\n Untuk menilai kemampuan anak, perlu ditentukan dahulu apakah anak tidak bisa bicara, tidak mau bicara, atau tidak normal bicaranya. \n\n Ada dua faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara. Faktor intrinsik yang ada pada anak, dan faktor ekstrinsik yang berasal dari lingkungan. Faktor intriksi antara lain gangguan pendengaran, gangguan otak, gangguan organ bicara. Faktor ekstrinsik antara lain stimulasi yang kurang, proses pembelajaran orang tua yang salah (dwibahasa), pola asuh permisif, penggunaan media tanpa pendampingan, penggunaan bahasa tubuh. \n\n Sebagai orang tua apa yang harus dilakukan? \n\n Perhatikan kuantitas dan kualitas interaksi dengan si buah hati. Pastikan komunikasi dua arah. Ingat anak masih belajar, perhatikan tempo bicara agar anak lebih mudah mengerti. Hindari penggunaan gadget dan televisi yang berlebihan dan tanpa didampingi. Pemberian stimulasi sensori motor serta bahasa pada anak dapat dilakukan dengan sederhana. Kuncinya hanya perlu ada interaksi, orangtua dapat membangun intrraksi dengan anak menggunakan segala sesuatu yang ada didalam rumah, tanpa harus menggunakan mainan mahal. \n\n Ketika anak menunjukkan keterlambatan, usahakan ingat dan catat kosa kata yang sudah diucapkan anak. Segera bawa anak untuk menjalani pemeriksaan atau evaluasi tumbuh kembang. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 31 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Imunisasi Bagi Anak<\/a><\/h3>
Tahukah Sahabat Hermina bahwa bayi yang baru lahir perlu mendapatkan imunisasi. Hal Ini karena imunisasi bermanfaat untuk mencegah bayi atau anak terkena penyakit di kemudian hari. Pada kenyataanya, beberapa orangtua ada yang masih ragu untuk memberikan imunisasi kepada anaknya, dikarenakan takut sang anak sakit setelah mendapat imunisasi, sehingga bayi atau anak tidak mendapat imunisasi yang dibutuhkan. \n\n World Health Organization (WHO) mendefinisikan imunisasi sebagai proses di mana seseorang menjadi kebal atau resisten terhadap penyakit menular. Imunisasi atau pemberian vaksin merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Imunisasi menjadi penting bagi semua orang terutama untuk anak. Oleh karena itu setiap orangtua wajib memberikan vaksin imunisasi, sebab hal ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 tahun 2013. \n\n Para Orangtua perlu memiliki wawasan yang baik tentang imunisasi dan manfaatnya sehingga lebih yakin untuk memberikannya pada bayi/anak. Hingga saat ini sudah terbukti bahwa imunisasi banyak menyelamatkan jiwa manusia dengan turunnya angka kesakitan serta membasmi penyakit menular yang terjadi di dunia. Berikut beberapa alasan yang perlu diketahui para orangtua tentang pentingnya imunisasi pada anak : \n\n 1. Imunisasi Adalah Hak Anak \n\n Di Indonesia upaya imunisasi sudah dilakukan sejak tahun 1970. Alasan imunisasi diberikan pada anak salah satunya untuk memenuhi Konvensi Hak Anak yang diberlakukan PBB sejak 2 September 1990. Konvensi Hak Anak ini meliputi hak untuk keberlangsungan hidup, hak untuk berkembang, hak atas perlindungan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Jadi, pemerintah dan orangtua berkewajiban untuk mengupayakan kesehatan terbaik untuk tumbuh kembang anak. Dengan memberikan imunisasi pada anak, berarti orangtua sudah memenuhi hak anak. \n\n 2. Dampak Penyakit Infeksi Lebih Berbahaya dari Dampak Imunisasi \n\n Penyakit-penyakit yang terjadi dari infeksi umumnya mempunyai dampak berat dan berbahaya yang bisa ditimbulkan, misalnya kecatatan atau bahkan kematian. Dampak berbahaya ini bisa dicegah bisa anak diberikan imunisasi. Dampak pemberian imunisasi biasanya hanya demam, tidak akan seberbahaya dibanding terkena penyakitnya. \n\n 3. Imunisasi Diberikan Secara Teratur \n\n Kementerian Kesehatan maupun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDI) sudah menyusun jadwal pemberian imunisasi sedemikian rupa. Jadwal ini disesuaikan dengan kelompok usia yang paling banyak terkena penyakit tersebut. Contohnya, penyakit HIB (Haemophilus influenza Type B) yang menyebabkan pneumonia (radang paru) dan meningitis (radang selaput otak) ini banyak terjadi pada kelompok usia kurang dari 1 tahun. Maka itu pemberian imunisasi HIB harus diberikan sejak bayi berusia 2 bulan dan tidak ditunda sampai bayi berumur lebih dari 1 tahun. \n\n 4. Perlu Imunisasi Booster \n\n Berdasarkan penelitian, kadar kekebalan (antibodi) yang terbentuk pada bayi lebih baik daripada anak yang lebih besar. Karena itu sebagian besar imunisasi diberikan saat bayi berumur 6 bulan. Kemudian beberapa jenis vaksin perlu dilakukan pemberian ulang setelah anak berumur 1 tahun (booster) untuk mempertahankan kadar antibodi dalam jangka waktu lama. \n\n 5. Besarnya Manfaat Imunisasi \n\n Kuman bersemayam di mana-mana dan kemungkinan anak terkena penyakit sangat besar terjadi. Jika anak sudah 80 persen diimunisasi maka dapat dicegah dari dampak penyakit infeksi yang berat hingga fatal. Selain itu juga bisa mencegah dari penyebaran meluasnya penyakit tertentu di lingkungan sekitar. \n\n Ada banyak penyakit yang dapat dicegah dengan memberikan imunisasi pada anak. Namun, jika di daerah tempat tinggal ibu cakupan imunisasinya rendah, maka penyebaran penyakit akan sangat cepat. Anak-anak yang tidak diimunisasi berisiko menjadi kasus dan juga sumber penularan bagi anak-anak lainnya. \n\n Penting bagi orang tua untuk memperluas pengetahuan tentang imunisasi pada anak. Orang tua juga bisa memperoleh banyak informasi seputar imunisasi dan kesehatan anak dengan berkonsultasi pada dokter khususnya dokter spesialis anak. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 29 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyakit Ginjal Pada Anak, Mulai dari Penyebab Hingga Pencegahan<\/a><\/h3>
\n\n \n\n Tidak hanya orang dewasa saja, ternyata penyakit ginjal juga dapat diderita oleh anak. Penyakit ginjal yakni kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi maupun kerusakan. Penyakit ginjal anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor. \n\n Sebagai orang tua harus lebih waspada terhadap keluhan anak ataupun perubahan fisik pada anak. Pasalnya, hal ini bisa saja disebabkan oleh adanya penyakit. Semakin dini Anda mengetahuinya maka akan semakin mudah pula untuk penyembuhannya. \n\n \n\n Jenis Penyakit Ginjal Anak \n\n Dilansir dari hellosehat.com, mengutip situs resmi University of Rochester Medical Center menyatakan bahwa penyakit ginjal merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan disfungsi, kondisi ini dapat berlangsung sementara bahkan permanen. Adapun jenis penyakit ginjal yang sering ditemui yakni : \n\n 1. Penyakit Ginjal Akut \n\n Penyakit ginjal akut dapat menyerang secara spontan atau berlangsung dalam jangka waktu pendek. Penyakit ginjal akut juga mudah normal kembali seperti sedia kala. Akan tetapi juga patut diwaspadai apabila berlangsung cukup lama dan menjadi lebih serius. \n\n 2. Penyakit Ginjal Kronik \n\n Penyakit ginjal kronik biasanya berlangsung secara perlahan atau lebih dari 3 bulan. Penyakit ginjal kronik sangat berpotensi menjadi gagal ginjal permanen. Sehingga, gejala penyakit ini perlu diwaspadai. \n\n \n\n Penyebab Penyakit Ginjal Pada Anak \n\n Anak-anak dapat mengalami sakit ginjal karena beberapa faktor. Pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun biasanya disebabkan oleh adanya kelainan ginjal polikistik atau juga bisa terjadi karena penyumbatan saluran kandung kemih. \n\n Sedangkan pada anak-anak lebih dari 5 tahun biasanya disebabkan oleh masalah penyerapan ginjal seperti sindrom nefrotik dan nefritis lupus hingga kelainan bawaan. \n\n Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penyebab penyakit ginjal anak dibagi menjadi 3 jenis yakni pre renal, renal, dan postrenal. \n\n Penyebab pre renal yakni diakibatkan oleh masalah di luar ginjal seperti dehidrasi, pendarahan, luka berat, infeksi berat, dan kelainan jantung. \n\n Sedangkan pada tahap renal disebabkan oleh masalah pada ginjal itu sendiri seperti kelainan ginjal bawaan, glomerulonefritis, kelainan pembuluh darah pada ginjal hingga kerusakan organ ginjal. Sedangkan pada tahap pasca renal disebabkan oleh masalah pada saluran ginjal seperti kelainan ginjal bawaan dan penyumbatan pada saluran kandung kemih. \n\n \n\n Gejala Penyakit Ginjal Pada Anak \n\n Sebagai orang tua, Anda harus lebih was-was apabila terdapat gejala penyakit ginjal pada anak, diantaranya yakni : \n\n \n Adanya pembengkakan (edema) yang simetris pada kaki kiri dan kanan. \n Hematuria, darah dalam urine. \n Leukosituria yakni peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) pada urine. \n Proteinuria yakni peningkatan pengeluaran protein dalam urine. \n Oliguria, penurunan produksi urine. \n Hipertensi. \n Anemia. \n Gangguan pertumbuhan. \n Kelainan tulang. \n Sesak napas. \n Demam secara berulang \n \n\n Apabila anak menunjukkan kondisi demikian ada baiknya untuk langsung konsultasi dengan dokter. Terlebih jika gejala yang ditunjukkan semakin parah dari waktu ke waktu. \n\n \n\n Pencegahan Penyakit Ginjal Pada Anak \n\n Orang tua sangat berperan penting untuk menjaga kesehatan anak. Pasalnya, usia anak-anak belum mengerti bagaimana menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari berbagai penyakit. Nah, untuk mencegah penyakit ginjal pada anak lakukan beberapa hal berikut ini : \n\n \n Cukupi kebutuhan cairan pada anak dan upayakan untuk makan 4 sehat 5 sempurna. \n Jangan sampai anak dehidrasi terutama saat diare dan muntah. \n Pada saat kehamilan sebaiknya hindari paparan infeksi. \n Apabila ada garis keturunan terkait penyakit ginjal ada baiknya segera konsultasikan ke dokter. \n Deteksi hipertensi dan diabetes pada anak. \n \n\n Jika anak telah menderita penyakit ginjal sebaiknya lakukan perawatan ke dokter secara teratur. Sebaliknya, penting sekali melakukan langkah-langkah pencegahan penyakit ginjal pada anak. Pola hidup sehat sejak dini juga menjadi salah satu kunci agar tubuh terhindar dari berbagai penyakit. \n\n Sahabat hermina dapat berkonsultasi penyakit ginjal anak kepada dokter spesialis anak di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 29 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 02 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 16 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 18 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 18 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 18 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 November 2022<\/li><\/ul><\/div>