- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 25 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Amankah Jika Si Kecil Ikut Berbuasa?<\/a><\/h3>
Puasa merupakan kewajiban agama bagi orang dewasa yang sehat. Tapi bagaimana dengan anak-anak? Meski puasa belum diwajibkan, sebagian orang tua mungkin ingin mengajari anaknya berpuasa sejak dini agar terbiasa di kemudian hari. Dari sudut pandang agama, seseorang wajib berpuasa ketika mencapai masa baligh atau baligh, sekitar usia 9 hingga 14 tahun untuk laki-laki dan 8 hingga 13 tahun untuk perempuan. Dari segi kesehatan, pada usia berapa anak boleh diajarkan berpuasa? \n\n \n\n Dari segi kesehatan, anak sudah dapat menjalankan ibadah puasa sesuai dengan anjuran agama yakni ketika mencapai masa baligh atau baligh, sekitar usia 9 hingga 14 tahun untuk laki-laki dan 8 hingga 13 tahun untuk perempuan. Secara metabolisme, anak sudah siap untuk menjalankan ibadah puasa pada usia tersebut. Pada usia sekitar 8-9 tahun orang tua sudah dapat mulai mengajarkan anak untuk ikut berpuasa. Pada usia sebelum itu \n\n \n\n Sama halnya bagi dewasa, manfaat berpuasa bagi anak-anak antara lain: \n\n \n Mengajarkan anak untuk disiplin \n Melatih kesabaran dan pengendalian diri pada anak \n Meningkatkan sistem kerja imun \n Menekan inflamasi dan stres oksidatif yang berkaitan dengan cancer \n Menghambat terjadinya penuaan dini \n \n\n \n\n \n\n Agar Anak menjalankan ibadah puasa dengan lancar ada beberapa hal hal yang perlu diperhatikan orang tua pada saat anak berpuasa antara lain: \n\n \n Anak harus dalam keadaan sehat \n selama anak berpuasa anak juga harus mendapatkan cairan atau nutrisi yang sesuai dengan kebutuhannya \n Sebelum mengajarkan Si Kecil berpuasa, orang tua dapat berkonsultasi terlebih dahulu ke Dokter Spesialis Anak untuk mengetahui kondisi anak apakah bisa berpuasa, dan bagaimana cara melengkapi kebutuhan nutrisi dan cairan yang harus dipenuhi selama berpuasa \n \n\n \n\n Kondisi anak yang tidak direkomendasikan untuk berpuasa \n\n \n Anak yang sedang dalam kondisi sakit \n Anak yang dalam kondisi sakit kronis yang sedang menjalankan pengobatan rutin, karena dikhawatirkan akan mengganggu pemberian obatnya \n Anak-anak dengan gangguan makan ataupun anak-anak yang malnutrisi. \n \n\n \n\n Tips puasa sehat bagi anak \n\n \n Pastikan kondisi kesehatan anak dengan cara berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter anak \n Dapat dimulai pada usia anak 8-9 tahun \n \n\n \n\n \n Pola makan anak saat berpuasa, pada saat buka anak dapat diberikan dengan makanan dengan indeks glikemik yang rendah seperti kurma, dan karbohidrat dengan indeks glikemik yang rendah seperti beras merah. Hindari lemak jenuh dan hindari menggunakan UPF (Ultra Processed Food). Protein bisa diperoleh dari ikan, telur ataupun daging. Begitu juga pada saat sahur, pilihlah makanan yang sebisa mungkin akan mencegah timbulnya rasa lapar yang berlebihan. \n Selain itu jam tidur anak juga perlu diperhatikan, karena anak harus ikut bangun pada saat sahur, maka sebisa mungkin anak untuk dapat tidur lebih awal. Agar jam tidur anak terpenuhi selama 8 jam \n Kurangi aktivitas fisik anak \n \n\n \n\n Sahabat Hermina, simak penjelasan dr. Puspita, Sp.A tentang puasa pada anak selengkapnya pada OBSERVASI HERMINA di channel youtube Hermina Hospitals (Klik Disini) \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Demam Tipes dan DBD Berdasarkan Penyebab dan Gejalanya<\/a><\/h3>
Demam pada penyakit tipes dan DBD sebagaian masyarakat menganggap sama, namun keduanya sebenarnya memiliki gejala lain yang berbeda. Penyakit tipes dan demam dengue/demam berdarah dengue (DB/DBD) memiliki gejala yang mirip satu sama lain, yaitu munculnya demam dan badan terasa lemas. Sehingga beberapa orang menganggap demam tipes adalah DB/DBD, begitu juga sebaliknya. Padahal jika Sahabat Hermina salah menduga jenis penyakit yang diderita, nantinya dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penanganan. Lantas bagaimana cara memahami beda gejala tipes dan DB/DBD? Simak ulasan lengkapnya pada artikel berikut! \n\n \n\n Perbedaan DB/DBD dan tifus berdasarkan penyebab \n\n Tipes atau bahasa medisnya biasa disebut dengan demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh atau tepatnya ke saluran pencernaan melalui makanan, minuman, atau air yang sudah terkontaminasi. Tidak menjaga kebersihan makanan dan minuman, sanitasi yang buruk, serta terbatasnya akses air bersih diduga menjadi penyebab utama penyakit tipes. Perkiraan WHO pada 2022 terjadi tifoid global 11-20 juta kasus pertahun dan menyebabkan 128.000-161.00 kematian, dan dari Kemenkes di Indonesia mencapai 41.081 kasus selama setahun terakhir dan masih meningkat. \n\n Sementara demam dengue/demam berdarah dengue (DB/DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti paling banyak ditemui selama musim hujan dan setelah musim hujan di area tropis dan subtropis. Menurut Kemenkes pada tahun 2022 tercatat 143.176 kasus dan 1.236 jiwa meninggal, serta pada 2023 turun menjadi 98.071 kasus, 764 jiwa tercatat meninggal. Sebenarnya baik penyakit tipes dan DBD merupakan dua penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia, karena kondisi lingkungan yang mendukung yaitu tempat yang lembab dan hangat. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa pandang usia dan jenis kelamin. Baik tipes maupun DBD mempunyai kesamaan utama, yakni keduanya perlu diobati dan dicegah. Yuk kenali dan pahami apa saja gejala tipes dan DBD beserta cara pencegahannya yang perlu diketahui. \n\n \n\n Gejala tipes dan DBD \n\n Tipes dan DBD memang memiliki gejala khas yang sama, yaitu demam tinggi. Namun, ternyata keduanya memiliki pola kemunculan yang berbeda. Pada DBD, demam tinggi dengan suhu 39-40 derajat Celsius. Kemunculan demam biasanya bersifat mendadak. Selain itu, demam pada gejala DBD akan berlangsung sepanjang hari dan bisa bertahan sampai 7 hari. Demam pada kasus tipes, sebagian besar terjadi pada anak usia 3- 18 tahun, muncul secara perlahan. Di awal kemunculan gejala, suhu tubuh tidak terlalu tinggi atau bahkan normal. Kemudian, demam akan naik secara bertahap tiap hari, dan bisa mencapai hingga 40,5 derajat Celsius. Demam tipes juga bisa saja naik turun, misalnya muncul di malam hari dan menurun di pagi hari. \n\n Berikut ini adalah berbagai beda ciri-ciri tipes dan DBD yang perlu Sahabat Hermina ketahui dan pahami. \n\n \n Bintik atau ruam merah \n \n\n Pada DBD, akan muncul bintik merah khas DBD di bagian bawah kulit yang terjadi akibat pendarahan dan bila ditekan, bintik merahnya tidak pudar. Selain bintik merah, orang yang terkena DBD juga sering mengalami mimisan dan perdarahan ringan pada gusi. Sedangkan pada tipes, bintik merah yang muncul bukan bintik pendarahan, melainkan akibat infeksi dari bakteri Salmonella. \n\n \n Waktu kejadian \n \n\n Perbedaan lain yang cukup jelas dari gejala tipes dan DBD adalah waktu kejadian penyakitnya. Penyakit DBD terjadi musiman, terutama saat musim penghujan di mana lingkungan yang lembap jadi tempat paling tepat untuk nyamuk bisa berkembang biak. Sedangkan tipes bukan merupakan penyakit musiman dan bisa terjadi sepanjang tahun jika tidak menjaga kebersihan lingkungan dengan baik. \n\n \n Rasa nyeri yang muncul \n \n\n Gejala DB/ DBD menyebabkan lemas, nyeri kepala, otot, sendi, dan tulang. Nyeri ini biasanya mulai terasa setelah demam muncul. Selain itu, DBD juga akan memunculkan gejala nyeri perut, mual, hingga muntah, serta muncul ruam kemerahan pada tubuh. Sedangkan penyakit tipes adalah penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan, sehingga gejala demam pasti disertai dengan gejala sakit di saluran cerna, seperti sakit perut, diare, bahkan sembelit, bila infeksi memberat dapat diikuti dengan penurunan kesadaran. \n\n \n Kemunculan syok \n \n\n Pada DB/DBD, dapat muncul warning sign seperti nyeri tekan perut, muntah terus menerus, bengkak karena akumulasi cairan, perdarahan mukosa dan gelisah. Dapat terjadi kegawatan selanjutnya adalah sesak nafas dan syok karena kegagalan distribusi cairan pada organ vital. Sedangkan pada tipes, umumnya terjadi syok setelah munculnya gejala yang tidak ditangani, seperti penurunan kesadaran. \n\n \n Komplikasi penyakit \n \n\n Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan perdarahan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan kegagalan sistem organ yang ditandai dengan peningkatan fungsi hati, penurunan kesadaran dan jantung serta organ lainnya yang berujung kematian. Sedangkan komplikasi tipes dapat menyebabkan usus berlubang (perforasi usus) yang bisa mengakibatkan isi usus bocor ke rongga perut dan menimbulkan infeksi. Jika rongga perut sudah terinfeksi, hal tersebut akan menyebabkan peritonitis, yaitu infeksi pada jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti berfungsi. \n\n \n\n Satu-satunya cara untuk dapat memastikan demam yang Sahabat Hermina alami merupakan gejala tipes atau DB/DBD adalah dengan periksa ke dokter dan melakukan tes darah. Jadi, jika mengalami demam tinggi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari, segeralah kedokter untuk mendapat rekomendasi pemeriksaan darah di laboratorium terdekat. Dengan melakukan pemeriksaan darah nantinya akan diketahui secara pasti penyakit yang dialami. \n\n Pada penyakit DB/DBD, pemeriksaan biasanya dilakukan dengan memeriksa darah rutin yang dapat menilai jumlah hematokrit dan trombosit. Seseorang terkena penyakit DB/DBD dapat terjadi peningkatan jumlah hematokrit dengan penurunan . Sementara untuk memastikan penyakit tipes nantinya dokter akan menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan IgM Salmonela (sensitifitas 88 %) atau Widal (sensitifitas 77%) setelah mengalami demam paling tidak selama 5 hari. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada darah Adik mengandung protein / antibodi terhadap bakteri penyebab tipes tersebut. \n\n Konsultasikan kesehatan Sahabat Hermina di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 15 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Harus Tahu, Bedanya Demam Berdarah dan Demam Biasa<\/a><\/h3>
Demam adalah kondisi umum yang dialami oleh banyak orang. Namun demam bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang serius, terutama jika terjadi peningkatan suhu tubuh yang signifikan. Dalam hal ini, penting untuk membedakan antara demam biasa dan demam berdarah, karena kedua kondisi ini memiliki perbedaan yang penting. \n \nDemam biasa adalah kondisi di mana suhu tubuh seseorang naik di atas batas normal, yaitu di atas 37 derajat Celcius. Biasanya, demam biasa disebabkan oleh infeksi ringan hingga berat . Gejala yang biasa terjadi pada demam biasa termasuk sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan keringat dingin. D emam biasanya sering membaik dalam waktu kurang dari 3 hari dan dapat diatasi dengan istirahat yang cukup , minum banyak air, dan mengonsumsi obat penurun panas seperti parasetamol. \n \nDi sisi lain, demam berdarah adalah kondisi yang dapat menjadi serius dan fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan baik dan berpotensi mengancam nyawa. Demam berdarah disebabkan oleh infeksi virus demam berdarah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala awal demam berdarah mirip dengan demam biasa, seperti demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot. Namun demam berdarah juga dapat menyebabkan munculnya tanda-tanda pendarahan, seperti mimisan, gusi berdarah, dan petechiae (bintik-bintik merah pada kulit). penyakit DBD juga dikenal fase demam naik turun atau istilahnya siklus pelana kuda. Siklus ini menggambarkan kondisi demam pada penderita DBD yang memiliki pola naik-turun-naik, layaknya bentuk pelana kuda. Jika tidak segera ditangani, demam berdarah dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk syok dan kegagalan organ. \n \nPenting untuk segera mencari perawatan medis jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala demam berdarah. Dokter akan melakukan tes darah untuk memastikan diagnosis dan memberikan perawatan yang sesuai. Sayangnya, tidak ada pengobatan khusus untuk demam berdarah, tetapi perawatan medis dapat membantu mengurangi gejala dan mencegah komplikasi yang lebih serius. \n \nSelain perbedaan dalam penyebab dan gejala, demam biasa dan demam berdarah juga memiliki perbedaan dalam penanganan dan pencegahannya. Untuk demam biasa, perawatan umumnya meliputi istirahat yang cukup, minum banyak air, dan mengonsumsi obat penurun panas. Namun, untuk mencegah demam berdarah, langkah-langkah pencegahan yang lebih serius diperlukan. Ini termasuk menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk, seperti membersihkan dan membersihkan tempat-tempat yang mengandung udara, menggunakan kelambu saat tidur, dan mengenakan pakaian yang melindungi tubuh dari gigitan nyamuk. \n \nKesimpulannya, demam biasa dan demam berdarah adalah dua kondisi yang berbeda. Meskipun keduanya dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh, demam berdarah merupakan kondisi yang lebih serius dan berpotensi mengancam nyawa. Penting untuk dapat membedakan antara kedua kondisi ini dan mencari perawatan medis yang tepat jika diperlukan. Selalu ingat untuk menjaga kebersihan dan mengikuti langkah-langkah pencegahan untuk mencegah penyebaran demam berdarah. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 14 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Penjelasan Dokter Spesialis Anak RS Hermina Malang, Tentang Cegah Stunting pada 1000 HPK<\/a><\/h3>
\n Masalah stunting masih menjadi episode panjang masalah kesehatan balita di Indonesia. Upaya dan Komitmen Pemerintah Kota Malang turunkan angka stunting masih menjadi upaya percepatan penurunan stunting di Kota Malang. \n\n Dampak dari stunting tidak hanya pada badan tinggi yang kurang namun juga perkembangan intelektual, kognitif, motorik yang buruk dan bahkan menurunkan produktivitas sehingga menyebabkan kerugian ekonomi di masa depan. \n\n Mengapa 1000 HPK Penting Untuk Cegah Stunting? \n\n Karena pada periode ini terjadi perkembangan yang sangat cepat sel-sel otak dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. \n\n Apa yang dimaksud dengan STUNTING? \n\n Stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang/kronik. \n\n Penyebab kekurangan gizi kronis \n\n \n Asupan nutrisi yang tidak optimal \n Kemiskinan \n Ketidaktahuan orang tua tentang ASI, MPASI yang benar \n Kebutuhan nutrisi yang meningkat akibat penyakit \n Infeksi: TBC, Diare, ISPA dll \n Penyakit kronis : Penyakit jantung, ginjal dll \n \n\n Aspek dasar pencegahan stunting yang spesifik \n\n \n Penerapan pola pemberian MP ASI yang benar benar melengkapi semua zat gizi yang tidak bisa terpenuhi oleh ASI saja, terutama energi/kalori dan protein hewani \n Pemenuhan kebutuhan Pangan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) oleh pemerintah untuk kondisi dan penyakit penyebab stunting, al: Gizi kurang, Gizi Buruk, Prematuritas, PJT, alergi makanan \n Deteksi dini dan tatalaksana segera Weight Faltering \n \n\n Tatalaksana Nutrisi untuk cegah stunting baru \n\n \n Semua balita dianjurkan mengkonsumsi MP ASI dan Makanan utama yang mengandung protein hewani (telur, ikan, daging ayam, daging sapi, susu) \n Penyuluhan mengolah protein hewani yang tersedia lokal \n Budidaya sumber protein hewani \n PMT dan suplementasi pangan hewani \n \n \n\n Yang Penting Untuk Diketahui Orang Tua Tentang Stunting \n\n \n \n \n Anak adalah individu yang sedang tumbuh dan kembang, 1000 HPK sebagai fase kritis \n Stunting sebagai parameter kekurangan gizi kronis, berdampak pada tumbuh kembang (kognitif) anak \n Nutrisi sebagai salah satu faktor yang berperan pada tumbuh kembang \n Penurunan angka stunting dengan tatalaksana dan mencegah stunting baru (weight faltering, gizi kurang, gizi buruk) \n Pemberian ASI dan MP ASI yang cukup kualitas dan kuantitas merupakan upaya pencegahan balita stunting \n Suplementasi Pemberian Makanan Tambahan dengan kandungan protein hewani \n \n \n \n\n Itulah cara tepat mencegah stunting yang perlu sahabat hermina ketahui. Apabila sahabat hermina mempunyai kehawatiran tertentu terhadap tumbuh kembang anak, langsung saja konusltasikan dengan dokter sepsialis anak yang ada di RS Hermina Malang. Yuk, konsultasi sekarang juga untuk memudahkan sahabat hermina mendapatkan solusi kesehatan terlengkap. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 06 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Pengaruh diabetes tipe 1 pada gigi dan mulut anak <\/a><\/h3>
Pengaruh diabetes pada gigi dan mulut anak perlu diwaspadai. Seperti dikutip dari situs American Dental Association, pengaturan gula darah yang kurang baik membuat anak dengan diabetes lebih rentan terkena berbagai masalah gigi dan mulut. \n\n Tujuan \n\n \n Mengetahui pengaruh diabetes terhadap kesehatan rongga mulut anak. \n Mengetahui cara perawatan dan pencegahan penyakit mulut pada anak penderita diabetes. \n \n\n Merawat dan menjaga kesehatan gigi sangat penting dikarenakan akan timbulnya berbagai penyakit gigi, pentingnya mengetahui gejala dan ciri-ciri gigi dan gusi tidak sehat. Dibawah ini pengertian dalam dunia medis yang gigi sehat dan tidak sehat sebagai berikut: \n\n \n Healthy Gums (gusi sehat) adalah Gusi yang terlihat tegas,merah muda cerah, dan hadir turgid dan tanpa pendarahan. Keputihan, warna gelap, dan bahkan pendarahan atau adanya gusi memar adalah gejala dari beberapa penyakit atau infeksi pada gusi. Untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi, dengan rutin menjaga gosok gigik saat malam hari sebelum tidur dan menjaga pola makan dan minum, tidak terlalu kemanisan untuk makanan sedangkan untuk minuman juga tidak terlalu panas dan dingin. \n Gingivitis (radang gusi) adalah kondisi yang terjadi karena ada peradangan pada gusi yang ditandai dengan bengkak serta kemerahan pada gusi di sekitar pangkal gigi. Sebab terjadinya Gingivitis (radang gusi) ini mulanya menumpuknya sisa makanan di gigi dan gusi. Sisa makanan yang menumpuk kemudian mengeras dan berubah menjadi plak. \n Periodonititi adalah infeksi gusi yang merusak gigi, jaringan lunak, dan tulang penyangga gigi, Periodontitis merupakan salah satu komplikasi dari radang gusi (gingivitis) yang tidak terobati. Jika kondisi ini terjadi dalam jangka panjang, jaringan di sekitar gusi dan gigi akan rusak sehingga menyebabkan gigi tanggal. Sebab terjadinya gigi yang sudah terserang gingivitis dan tidak segerah ditangani mengakibatkan infeksi pada gusi dan menimbulkan bakteri, gusi menjadi bengkak dan timbul nanah dalam gusi. \n \n\n Penyebab gigi dan gusi tidak sehat yaitu : \n\n 1. Produksi air liurmenurun \n\n 2. Bakteri dan asam mudah menempel pada gigi dan gusi \n\n 3. Terjadinya gingivitis \n\n 4. Abses pada gusi, gigi goyang, dan bau mulut \n\n Selain itu, pastikan untuk menjaga kebersihan gigi dengan baik, yaitu rutin sikat gigi setidaknya dua kali dalam sehari. Banyak minum air putih juga bisa membantu menghindari risiko bau mulut pada pengidap diabetes sehingga mulut dan tenggorokan tidak kering. Periksakan Kesehatan gigi buah hati ke dokter gigi spesialis gigi anak terdekat \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 21 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Ini Hal yang Harus Ibu Lakukan Jika Anak Terlambat Imunisasi<\/a><\/h3>
Imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak. Namun, terkadang ada situasi di mana anak terlambat mendapatkan imunisasi yang dianjurkan. Jika Anda sebagai orang tua menghadapi situasi ini, ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan untuk memastikan kesehatan anak tetap terjaga. \n\n \nPertama-tama, orang tua perlu konsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Dokter akan memberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi akibat keterlambatan imunisasi. Selain itu, dokter juga akan memberikan saran mengenai langkah-langkah yang harus diambil. \n \nSelanjutnya, orang tua perlu membuat jadwal imunisasi yang baru. Berdasarkan saran dari dokter, orang tua dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan imunisasi yang terlewat. Penting untuk mengikuti jadwal yang baru dengan disiplin agar efektivitas vaksin dapat maksimal. \n \nSelain itu, orang tua juga perlu memastikan bahwa anak dalam kondisi sehat saat menjalani imunisasi. Jika anak sedang sakit, sebaiknya menunda imunisasi hingga anak benar-benar pulih. Kondisi kesehatan yang baik akan meningkatkan efektivitas vaksin dan mengurangi risiko efek samping. \n \nSelama menunggu jadwal imunisasi yang baru, orang tua dapat melakukan langkah-langkah lain untuk menjaga kesehatan anak. Misalnya, memberikan makanan bergizi, memastikan anak mendapatkan cukup istirahat, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. \n \nSelain itu, orang tua juga perlu memperhatikan perkembangan anak secara keseluruhan. Jika ada tanda-tanda penyakit atau gangguan kesehatan lainnya, segera konsultasikan dengan dokter anak. Memantau kesehatan anak secara rutin akan membantu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang mungkin timbul. \n \nDalam situasi yang tidak ideal seperti terlambat imunisasi, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dan mengikuti saran dari dokter anak. Melakukan imunisasi sesuai jadwal yang baru dan menjaga kesehatan anak secara keseluruhan akan membantu melindungi anak dari penyakit berbahaya. Keselamatan dan kesehatan anak adalah prioritas utama, dan dengan langkah-langkah yang tepat, orang tua dapat memastikan anak mendapatkan perlindungan yang efektif melalui imunisasi, dan sebagai orang tua, Anda memiliki peran penting dalam memastikan anak Anda mendapatkan perlindungan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 19 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Stunting Dengan Gizi Tepat<\/a><\/h3>
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. \n\n Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah. \n\n Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. \n\n \n\n Mengenal Stunting \n\n Mengutip Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tidak memadai. Karena itu, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dan memperhatikan kesehatan tumbuh kembangnya, agar anak tidak mengalami stunting. Stunting merupakan kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan standar untuk usianya yang diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih rendah dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan WHO. \n\n \n\n Pemenuhan Gizi Anak \n\n Pemenuhan gizi anak juga harus dilakukan sejak Si Kecil masih di dalam kandungan. Pemenuhan gizi, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, menjadi upaya pertama dalam menghindari stunting. Pemenuhan gizi tersebut meliputi gizi selama kehamilan dan masa kanak-kanak hingga usia dua tahun. Kesehatan ibu hamil dan anak juga harus dijaga dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga mengurangi kekerapan terjadinya infeksi pada ibu hamil dan masa kanak-kanak. \n\n Pemantauan tumbuh-kembang anak secara berkala juga perlu dilakukan, baik sejak dalam kandungan, setiap bulan setelah kelahiran hingga berusia dua tahun, kemudian 6–12 bulan setelah berusia dua tahun, agar dapat segera dideteksi bila terjadi keterlambatan pertumbuhan untuk diintervensi. \n\n \n\n Cegah Stunting dengan Gizi \n\n Agar anak terbebas dari ancaman stunting, perlu memberikan berbagai makanan sehat kaya gizi untuk menunjang tumbuh kembang anak. Anak harus mendapatkan asupan makan yang cukup, sesuai usianya. Komposisi makanannya pun harus seimbang, antara karbohidrat, protein, lemak dan vitamin serta mineral. Semua zat gizi tentu baik dan diperlukan tubuh anak, namun beberapa zat gizi di bawah ini adalah yang terpenting untuk mencegah anak mengalami stunting : \n\n \n Protein, Protein adalah salah satu zat gizi makro yang amat penting untuk anak stunting. Diperlukan untuk pertumbuhan, pembentukan massa otot, dan meningkatkan daya tahan tubuh,”, banyak anak di negara berkembang kekurangan protein berkualitas dan asam amino esensial dalam diet yang memiliki konsekuensi buruk bagi pertumbuhan dan penurunan stunting. Susu, telur ayam, dan daging ayam adalah contoh sumber protein dengan skor asam amino (SAA) paling tinggi. Artinya, 100 persen protein susu dan telur ayam, atau 80 persen protein daging ayam, dapat diserap dan digunakan oleh tubuh. Sedangkan protein daging sapi hanya dapat diserap sebanyak 69 persen. Namun protein nabati juga perlu dikonsumsi. Beberapa jenis protein nabati, misalnya tahu, tempe, kacang kacangan juga dianjurkan untul selalu dikonsumsi setiap hari bersamaan dengan protein hewani. \n Zat besi Zinc atau seng, merupakan salah satu jenis mineral penting yang sangat dibutuhkan tubuh. Bagaimana tidak, keberadaannya di dalam tubuh dapat membantu memperkuat imunitas,Contoh : Daging,tiram, kacang-kacangan,Legum,Telur ,Coklat ,Baya, jamur, kacang polong, kacang mete. \n Zinc Mineral, esensial ini berperan dalam aktivasi dan sintesis hormon pertumbuhan, menjaga kekebalan tubuh, sebagai antioksi dan, fungsi pengecapan, serta stabilisasi membran sel,”. Beberapa contoh makanan yang kaya akan zinc adalah daging sapi, daging ayam, telur ayam, udang, kepiting, almond, buncis, labu, wijen, kacang hijau, dan produk susu. \n Kalsium dan vitamin D, Kalsium adalah komponen utama tulang, sementara vitamin D membantu proses metabolisme kalsium. Selain itu, kalsium pun dibutuhkan untuk sistem saraf, otot, dan jantung. \n Yodium Yodium, merupakan mineral yang penting untuk pertumbuhan berat dan tinggi badan serta perkembangan kecerdasan otak. Balita yang mengalami kekurangan yodium akan memiliki intelligent quotient (IQ) yang lebih rendah dibandingkan balita yang cukup yodium. \n \n\n Yodium adalah mineral yang dibutuhkan oleh kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Jika Anda kekurangan mineral ini, beberapa masalah kesehatan bisa terjadi. Salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan mineral tersebut adalah dengan mengonsumsi makanan yang mengandung yodium. Contoh makanan yang mengandung yodium : Rumput laut, Ikan kod, Udang,Tuna,Susu dan Buah Plum. \n\n Konsultasikan gizi lengkap dengan dokter spesialis gizi klinik di RSU Hermina Pandanaran dengan dr. Etisa Adi Murbawani, Msi, Sp.GK(K). Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500 488 dan Website www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 15 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Penanganan Konstipasi (Sembelit), Si Pengganggu Saluran Cerna<\/a><\/h3>
Konstipasi (sembelit) merupakan gangguan pencernaan akibat penurunan kerja usus dimana masalah pencernaan ini ditandai dengan keluhan susah buang air besar atau BAB tidak lancar dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, konstipasi dapat diartikan dengan BAB yang tidak teratur, yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu. Meski begitu, frekuensi buang air besar akan berbeda pada setiap orang. Beberapa orang mungkin buang air besar beberapa kali dalam sehari, sedangkan lainnya BAB satu sampai dua kali seminggu. Kondisi ini sering kali dipicu oleh pola makan yang tidak mengonsumsi cukup serat. Frekuensi buang air besar pada setiap orang bisa berbeda-beda. Normalnya, frekuensi buang air besar adalah 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu. Pada penderita konstipasi, tinja menjadi kering dan keras sehingga sulit dikeluarkan dari anus. Akibatnya, frekuensi BAB menjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu. \n\n Penyebab Konstipasi \n\n Sembelit ini dapat terjadi akibat penyumbatan usus besar atau rektum (ujung usus besar) atau gangguan pada saraf di sekitar usus besar dan rektum. Selain itu, sembelit juga bisa dipengaruhi oleh faktor pertambahan usia, pola makan rendah serat atau kurang aktif bergerak. \n\n Gejala utama konstipasi seperti sulit mengeluarkan tinja, frekuensi buang air besar yang lebih jarang dari biasanya, dan sakit saat mengeluarkan tinja. Konstipasi dapat dikatakan kronis jika gejalanya telah berlangsung selama 3 bulan. Beberapa penyebabnya adalah: \n\n \n \n Penyumbatan di usus besar atau rektum \n \n \n\n Penyumbatan di usus besar atau rektum dapat memperlambat atau menghentikan pergerakan tinja. Penyebabnya antara lain: \n\n \n Robekan kecil di kulit sekitar anus (fisura ani) \n Penyumbatan di usus (obstruksi usus) \n Kanker usus besar \n Penyempitan usus besar \n Kanker di perut yang menimbulkan tekanan pada usus besar \n Kanker rektum \n Rektum menonjol dari dinding belakang vagina \n \n\n \n Gangguan saraf di sekitar usus besar dan rektum \n \n\n Gangguan saraf dapat menghambat kerja otot usus besar dan rektum dalam mendorong tinja. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh: \n\n \n Kerusakan saraf yang mengendalikan fungsi tubuh (neuropati otonom) \n Penyakit parkinson \n Cedera saraf tulang belakang \n Stroke \n Multiple sclerosis \n \n\n \n Gangguan pada otot panggul \n \n\n Gangguan pada otot panggul yang berfungsi membantu proses buang air besar bisa menyebabkan sembelit kronis. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan kontraksi atau melemahnya otot panggul. \n\n \n Gangguan hormon \n \n\n Beberapa jenis hormon berfungsi menyeimbangkan cairan tubuh. Bila terjadi gangguan pada hormon tersebut, keseimbangan cairan tubuh juga terganggu sehingga memicu terjadinya konstipasi. Beberapa penyebabnya adalah: \n\n \n Diabetes \n Hiperparatiroidisme \n Kehamilan \n Hipotiroidisme \n \n\n \n\n Faktor Risiko Konstipasi \n\n Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko konstipasi pada orang dewasa, yaitu: \n\n \n Pertambahan usia \n Jenis kelamin wanita, terutama ketika hamil dan setelah melahirkan \n Dehidrasi \n Pola makan rendah serat \n Kurang aktif bergerak \n Efek samping obat, seperti obat pencahar, antasida, antikejang, antidepresan, antagonis kalsium, diuretik, suplemen besi, dan obat untuk penyakit Parkinson \n Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi \n Menahan keinginan untuk buang air besar \n Pernah menjalani operasi perut atau panggul \n \n\n Sementara pada bayi dan anak-anak, konstipasi dapat dipicu oleh beberapa faktor berikut: \n\n \n Kurang minum dan konsumsi makanan berserat \n Khawatir atau cemas terhadap sesuatu, misalnya pindah rumah, pertama kali masuk sekolah \n Cemas atau tertekan saat berlatih buang air besar di kamar mandi \n \n\n Gejala Konstipasi \n\n Konstipasi dapat ditandai dengan sejumlah gejala berikut: \n\n \n Frekuensi buang air besar (BAB) lebih jarang dari biasanya atau kurang dari 3 kali dalam seminggu \n Tinja sulit keluar \n Nyeri ketika BAB \n Harus mengejan saat BAB \n Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal \n Buang air besar terasa tidak tuntas \n Sensasi mengganjal di rektum (bagian akhir usus besar) \n Perut kembung \n Mual \n Kram atau sakit di perut \n Perlu bantuan untuk mengeluarkan tinja, seperti menekan bagian perut atau menggunakan jari untuk mengeluarkan tinja dari anus \n \n\n Penanganan Konstipasi \n\n Pengobatan konstipasi bertujuan untuk mempercepat gerakan tinja di dalam usus agar lebih mudah dan lebih teratur dikeluarkan. Metode pengobatannya antara lain: \n\n 1. Perubahan gaya hidup \n\n Penanganan pertama konstipasi adalah dengan mengubah pola makan atau gaya hidup yang sehat seperti minum air putih, rutin olah raga, makan sayur dan buah \n\n 2. Penggunaan obat-obatan \n\n Jika perubahan gaya hidup tidak dapat mengatasi sembelit, dokter akan meresepkan obat pencahar \n\n 3. Latihan otot panggul \n\n Jika diperlukan, pasien juga dapat melatih otot panggul untuk mempermudah BAB. Latihan yang bisa dilakukan adalah terapi biofeedback, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam rektum untuk mengukur ketegangan otot rektum. \n\n Pada latihan ini, pasien akan dituntun untuk mengencangkan atau mengendurkan otot panggul dengan bantuan suara atau lampu. Suara atau lampu ini akan memberi tanda saat otot telah mengendur. \n\n 4. Operasi \n\n Untuk mengatasi konstipasi akibat obstruksi usus, robekan pada anus (fisura ani), atau prolaps rektum, dokter akan melakukan prosedur operasi. Operasi juga dilakukan bila konstipasi disebabkan oleh kanker pada usus besar, rektum, atau anus. \n\n \n\n Konstipasi dapat ditangani dengan melakukan perubahan gaya hidup, misalnya dengan memperbaiki pola makan dan berolahraga rutin. Namun, bila upaya tersebut tidak dapat mengatasi konstipasi, dokter dapat menyarankan penggunaan obat atau tindakan lain. Selain sebagai salah satu cara untuk mengatasi konstipasi, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat juga dapat mencegah sembelit. Konstipasi juga dapat dicegah dengan tidak membiasakan menunda buang air besar. \n\n Bagi Sahabat Hermina yang memiliki gejala atau keluhan mengenai konstipasi (sembelit) dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah digestif RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi HALO HERMINA, CALL CENTER 1500488 dan Website www.herminahospitals.com. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 13 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Gigitan Monster Kecil yang Berbahaya | Infeksi Virus Dengue<\/a><\/h3>
\n\n \n\n Infeksi Virus Dengue adalah penyakit yang disebabkan melalui gigitan nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti. Demam dengue merupakan penyakit akibat nyamuk yang berkembang paling pesat di dunia. Monster kecil itu menyedot darah pada siang hari dan berkembang biak dalam air bersih yang menggenang. \n\n Tanda dan Gejala : \n\n \n Penderita lebih parah sering mengeluh sakit ulu hati disertai gelisah, keluar banyak keringat tapi kulit terasa dingin. \n Demam tinggi selama 2-7 hari. \n Mengeluh pusing, persendian sakit,nyeri perut, mual, nafsu makan hilang disertai muntah. \n Timbul bintik-bintik merah pada kulit (petechiae), kalau ditekan tidak mau hilang. \n \n\n Pada umumnya penderita Infeksi Virus Dengue akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi 40 °C, kemudian pada fase kedua penderita mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase yang ketiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal kembali. \n\n Pertolongan Pertama \n\n Saat gejala awal muncul penderita minum sebanyak-banyaknya, agar tubuhnya tidak kekurangan cairan, minum obat penurun panas, kompres hangat dan segera datang ke rumah sakit untuk berobat. Selain tindakan diatas, langkah yang paling efektif adalah dengan membentengi diri sendiri dengan meningkatkan daya tahan tubuh. Jaga stamina dengan berolahraga, cukup istirahat,dan mengkonsumsi menu bergizi. \n\n \nCara Pencegahan \n\n Pencegahan demam berdarah bisa dilakukan dengan menjalankan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M Plus, yaitu: \n\n \n Menguras atau membersihkan penampungan air \n Menutup rapat penampungan air \n Menguras atau membersihkan penampungan air \n Plus pencegahan tambahan, seperti fogging atau memperbaiki parit yang tidak lancar \n \n\n PSN 3M Plus ini harus dilakukan secara berkala untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan terbebas dari nyamuk penyebab infeksi virus dengue juga bisa dicegah dengan menjalani vaksin dengue.Berdasarkan hasil penelitian didapatkan vaksin ini memiliki hasil efikasi terbaik pada anak usia 9-16 tahun, sedangkan apabila diberikan di bawah usia 9 tahun akan meningkatkan resiko untuk dirawat karena infeksi dengue dan meningkatkan resiko mendapatkan dengue yang berat, khususnya pada anak dengan kelompok usia 2-5 tahun.Jadi, vaksin Dengue dapat diberikan pada anak usia 9-16 tahun sebanyak 3 kali dengan jarak pemberian 6 bulan. Pemberian vaksin juga dapat dimulai kapan saja sejak anak berusia 9 hingga 16 tahun. \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami demam dengan gejala serupa, segera periksakan kesehatan Anda di Rumah Sakit Hermina Pasteur untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 12 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Stunting, Penyebab dan Cara Pencegahan pada Anak<\/a><\/h3>
Stunting yaitu masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang sehingga berakibat terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun. Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa Anda kenali, misalnya: \n\n \n\n \n Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya \n Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat \n Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk \n Pubertas yang lambat \n Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya \n Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya \n \n\n Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius. \n\n \n\n Mengingat stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang cukup membahayakan, memahami faktor penyebab stunting sangat penting untuk dilakukan. Dengan begitu, Anda bisa melakukan langkah-langkah preventif untuk menghindarinya. \n\n \n\n Berikut ini beberapa faktor penyebab stunting yang perlu Anda ketahui: \n\n \n\n 1. Kurang Gizi dalam Waktu Lama \nTanpa disadari, penyebab stunting pada dasarnya sudah bisa terjadi sejak anak berada di dalam kandungan. Sebab, sejak di dalam kandungan, anak bisa jadi mengalami masalah kurang gizi. Penyebabnya, adalah karena sang ibu tidak memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi seperti makanan berprotein tinggi, sehingga menyebabkan buah hatinya turut kekurangan nutrisi. Selain itu, rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut memengaruhi kondisi malnutrisi janin. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan inilah yang juga bisa menjadi penyebab terbesar kondisi stunting pada anak. \n\n 2. Pola Asuh Kurang Efektif \nPola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan otak anak. \n\n 3. Pola Makan \nRendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta menu makanan yang tidak seimbang dapat memengaruhi pertumbuhan anak dan meningkatkan risiko stunting. Hal ini dikarenakan ibu kurang mengerti tentang konsep gizi sebelum, saat, dan setelah melahirkan. \n\n 4. Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan \nSetelah bayi lahir, sebaiknya ibu dan bayi menerima perawatan pasca melahirkan. Sangat dianjurkan juga bagi bayi untuk langsung menerima asupan ASI agar dapat memperkuat sistem imunitasnya. Perawatan pasca melahirkan dianggap perlu untuk mendeteksi gangguan yang mungkin dialami ibu dan anak pasca persalinan. \n\n 5. Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu \nPola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan otak anak. \n\n 6. Sakit Infeksi yang Berulang \nSakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi. Karena stunting adalah penyakit yang rentan menyerang anak, ada baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga terhindar dari infeksi. \n\n 7. Faktor Sanitasi \nSanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan mempertinggi risiko stunting pada anak. Bila anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi dan kondisi air yang tidak layak, hal ini dapat memengaruhi pertumbuhannya. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu faktor penyebab stunting. \n\n \n\n Bagaimana Cara Mencegah Stunting? \n\n 1.Pemeriksaan Rutin \nSelama masa kehamilan, ibu perlu melakukan check up atau pemeriksaan rutin untuk memastikan berat badan sesuai dengan usia kehamilan. Ibu hamil juga tidak boleh mengalami anemia atau kekurangan darah karena akan memengaruhi janin dalam kandungan. Kontrol tekanan darah ini bisa dilakukan saat check up rutin. \n\n 2. Pahami Konsep Gizi \nPastikan Anda mendapatkan asupan gizi yang cukup setiap hari, terlebih saat masa kehamilan. Pahami konsep gizi dengan baik dan terapkan dalam pola asuh anak. \n\n 3.Pilihan Menu Beragam \nUpayakan untuk selalu memberi menu makanan yang beragam untuk anak. Jangan lupakan faktor gizi dan nutrisi yang dibutuhkan mereka setiap harinya. Saat masa kehamilan dan setelahnya, ibu pun perlu mendapatkan gizi yang baik dan seimbang agar dapat menghindari masalah stunting. \n\n 4.Konsumsi Asam Folat \nAsam folat berperan penting untuk mendukung perkembangan otak dan sumsum tulang belakang bayi. Zat ini juga dapat mengurangi risiko gangguan kehamilan hingga 72%. Dengan asupan asam folat, kegagalan perkembangan organ bayi selama masa kehamilan juga bisa dicegah. \n\n 5.Tingkatkan Kebersihan \nSakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi. Karena stunting adalah penyakit yang rentan menyerang anak, ada baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga terhindar dari infeksi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekanbaru<\/a><\/li>
- 12 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Polio : Masih Menantang Meskipun Sudah Dikendalikan<\/a><\/h3>
Polio, atau poliomielitis, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Meskipun telah dikendalikan secara signifikan melalui vaksinasi, polio masih menjadi masalah kesehatan global terutama di beberapa wilayah yang kurang berkembang. Artikel ini akan membahas tentang penyebab, gejala, upaya pengendalian, serta tantangan yang masih dihadapi dalam upaya eradicating polio. \n\n Penyebab dan Penularan \n\n Virus polio menyebar melalui kontak langsung dengan feses orang yang terinfeksi atau melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau mulut mereka. Umumnya menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan, polio terutama memengaruhi anak-anak di bawah usia lima tahun. Meskipun tidak semua orang yang terinfeksi akan menunjukkan gejala, mereka yang mengalami gejala bisa mengalami kelumpuhan otot permanen, terutama di kaki dan tungkai. \n\n Gejala Polio \n\n Gejala polio bervariasi dari ringan hingga parah. Beberapa orang yang terinfeksi mungkin hanya mengalami flu ringan, sementara yang lain dapat mengalami kelumpuhan permanen. Gejala umum termasuk demam, sakit kepala, muntah, kelelahan, serta kaku atau nyeri otot. Dalam beberapa kasus yang parah, virus polio dapat merusak sel-sel saraf di sumsum tulang belakang dan otak, menyebabkan kelumpuhan permanen. \n\n Upaya Pengendalian Polio \n\n Upaya pengendalian polio difokuskan pada vaksinasi massal. Vaksin polio, yang pertama kali dikembangkan oleh Jonas Salk pada tahun 1955, telah berhasil mengurangi jumlah kasus polio secara dramatis di seluruh dunia. Program vaksinasi massal, terutama yang dilakukan oleh organisasi kesehatan global seperti WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan UNICEF (Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa), telah memainkan peran besar dalam mengurangi penyebaran virus ini. \n\n Tantangan dalam Eradikasi Polio \n\n Meskipun ada kemajuan besar dalam upaya eradicating polio, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Di beberapa wilayah yang terisolasi atau terpengaruh konflik, sulit untuk mencapai populasi target dengan vaksinasi. Selain itu, beberapa komunitas mungkin menolak vaksinasi karena alasan budaya atau ketidakpercayaan terhadap vaksin. Oleh karena itu, perlu terus dilakukan upaya edukasi dan advokasi untuk meyakinkan masyarakat akan pentingnya vaksinasi. \n\n \n Polio adalah penyakit menular yang dapat dicegah melalui vaksinasi. Meskipun telah terjadi kemajuan dalam pengendalian penyakit ini, tantangan masih ada, terutama dalam mencapai wilayah-wilayah yang sulit dijangkau dan mengatasi ketidakpercayaan terhadap vaksin. Upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat, tetap diperlukan untuk mencapai tujuan akhir eradicating polio secara global. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 03 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Kanker pada Anak<\/a><\/h3>
Kanker pada anak-anak sulit dikenali. Kanker anak berbeda dengan kanker orang dewasa. Kanker pada orang dewasa dapat dicegah, sementara pada anak tidak. Kanker anak tidak mudah diketahui secara dini, karena pada tahap awal, jarang memberikan keluhan pada penderita, maupun gejala yang mudah dilihat sehingga perlu diwaspadai. Kanker pada anak dapat timbul di berbagai organ tubuh. Sembuhnya kanker pada anak sangat tergantung pada jenis kanker, stadium penyakit saat di diagnosis, dan respons terhadap pengobatan. Untuk beberapa jenis kanker pada anak, tingkat kesembuhan cukup tinggi. \n\n Kanker pada anak perlu dideteksi dini karena bila kanker di diagnosis dini, prognosis lebih baik. Kanker stadium 1 atau 2 prognosis lebih baik dibandingkan stadium 3 atau 4. \n\n Ada 3 cara mendeteksi dan mendiagnosis dini kanker pada anak, yaitu: \n\n \n Deteksi dini kanker pada anak dimana kelompok risiko tinggi, yaitu: \n \n\n \n Anak-anak dengan sindrom neurokutaneus (kelainan yang melibatkan sistem saraf dan kulit). \n Kelainan kromosom down syndrome (kelainan genetik), dan Fanconi anemia (suatu kondisi bawaan langka yang memengaruhi sumsum tulang dan banyak bagian tubuh lainnya). \n Imunodefisiensi (kondisi ketika tubuh tidak mampu melawan infeksi dan penyakit). \n Riwayat keganasan sebelumnya. \n Riwayat keluarga dengan keganasan. \n Cacat bawaan dan sindrom seperti sindrom Beckwith Weidman (sindrom gangguan pertumbuhan), aniridia (absen iris) dan hemihipertrofi kondisi dimana salah satu sisi tubuh tumbuh lebih banyak dibandingkan sisi tubuh lainnya). \n \n\n \n Waspada kanker anak dimana Gejala yang melibatkan sistem tubuh. \n \n\n \n Sistem hematologi dan sumsum tulang, \n Otak (SSP) \n Kelenjar getah bening \n Tumor intra abdomen \n Tumor intra thorax \n Jaringan lunak (otot) dan Tulang \n \n\n \n Tanda dini kanker anak antara lain: \n \n\n \n Pucat dan Purpura \n Demam persisten tanpa sebab yang jelas \n Penurunan berat badan \n Benjolan atau tumor di kepala, abdomen, pelvic, badan, lengan atau kaki \n Pembesaran Kelenjar getah bening leher \n Gejala Neurologis, Kejang, sakit kepala \n Gejala pada Mata \n Nyeri Tulang dan Sendi \n \n\n Tujuan pengobatan kanker pada anak, yaitu Untuk memusnahkan atau menyingkirkan kanker ganas serta untuk membatasi atau meminimalisir pertumbuhan dan penyebarannya. \n\n Kanker pada anak-anak, meskipun relatif jarang terjadi dibandingkan dengan pada orang dewasa, tetap merupakan masalah serius dalam dunia kesehatan. Kanker pada anak sulit dikenali karena gejala tidak spesifik dan perlu kewaspadaan untuk deteksi dini kanker pada anak. Anak dengan gejala sugesti kanker sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis anak atau pusat kanker anak. \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses kesehatan dan pendaftaran ke RS Hermina Arcamanik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 03 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 13 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>