Stunting - Penyebab, Gejala, dan Pencegahan

Stunting - Penyebab, Gejala, dan Pencegahan

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan pada perkembangan ank yang disebabkan oleh gizi buruk, terserang infeksi secara berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai. Seseorang anak dikatakan sebagai stunting jika tinggi badan anak menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, dibawah dari ketetapan standar pertembuhan anak.

Berdasarkan data menurut WHO, suatu negara dapat mengalami masalah stunting bia jumlah kasusnya berada diatas 20%. Sematara, data kasus stunting di Indonesia pada tahun 2022, jmlah kasusnya sebanyak 24,4% persen dari jumlah keseluruhan balita 23 juta anak. Oleh karena itu, stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang harus segera ditangani.

Postur tubuh anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetic, hormonal, dan asupan nutrisi. Oleh sebab itu, ada anak yang postur tubuhnya pendek karena orang tuanya juga berpostur tubuh pendek.

Akan tetapi, stunting berbeda dengan anak yang berperawakan pendek. Anak yang stunting pasti memiliki tubuh yang pendek, tetapu anak dengan perawakan yang pendek belum tentu mengalami stunting.

 

Penyebab Stunting

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) penyebab stunting memiliki dua, yakni faktor genetik dan lingkungan. Stunting dapat disebabkan dari faktor genetic dan hormonal. Selain disebabkan oleh genetik stunting juga dapat disebabkan, lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga stunting dapat diatasi. Faktor lingkungan berperan dalam menyebabkan perawakan anak pendek antara lain status gizi ibu, pola pemberian makanan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan kejadian infeksi pada anak. Namun hal ini sebagian besar penyebab stunting diakibatkan oleh kekurangan gizi. Kekurangan gizi dalam waktu lama yang terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak 1000 hari pertama kelahiran. Penyebabnya rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan mineral maupun vitamin, dan buruknya sumber protein hewani dan pangan.

 

Faktor Risiko Stunting

Risiko stunting pada anak dapat meningkat jika ibu hamil pada anak memiliki beberapa faktor berikut:

  • Berat badan ibu yang tidak naik selama kehamilan
  • Kurangnya edukasi tentang stunting
  • Kurangnya akses layanan kesehatan
  • Tinggal di lingkungan yang miliki sanitasi buruk dan tidak mudah mendapatkan air bersih
  • Tidak mendapatkan ASI Eksklusif dari sejak lahir
  • Tidak mendapatkan gizi yang cukup
  • Menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi

 

Gejala Stunting

Gejalanya pun berupa anak yang berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi pada tubuh cenderung normal akan tetapi anak tampak lebih kecil untuk seusianya, berat badan rendah, dan pertumbuhan tulang yang terhambat. Bila mengidap penyakit kronis, anak dengan stunting bisa mengalami sejumlah gejaga seperti, batuk kronis, demam serta berkeringat pada malam hari, tubuh anak membiru jika menangis, sesak napas, dan ujung jari yang berbentuk seperti tabuh (clubbing finger).

 

Mencegah Stunting

Berikut adalah cara pencegahan stunting pada anak, sebagai berikut:

 

  1. Memenuhi Kebutuhan gizi sejak kehamilan

Tindakan yang dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan menyarankan agar ibu yang sedang mengandung dapat selalu mengonsumsi makanan yang bergizi dan sehat serta mengonsumsi seplemen atas arahan dokter.

 

  1. Cukupi asupan ASI Eksklusif pada bayi sampai berusia 6 bulan

ASI Eksklusif dapat berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro tercukupi. Oleh sebab itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI selama 6 bulan pada anak. ASI juga memiliki kandungan protein dan kolostrum yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

 

  1. Dampingi ASI dengan MPASI

Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu dapat memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam pemberian MPASI ini pastikan makanan-makanan yang dipilih memenuhi gizi yang sebelumnya hanya berasal dari ASI. WHO merekomendasikan penambahan nutrisi ke dalam makanan.

 

  1. Memantau Tumbuh Kembang Anak

Mengenali anak yang mengalami stunting tidaklah sulit. Dari segi fisik, anak yang biasanya mempunyai postur tubuh pendek dibandingkan anak-anak yang diusianya. Begitu penting untuk ibu memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa anak secara berkala ke posyandu atau klinik khusus anak. Akan lebih mudah untuk mengetahui gejala awal stunting dan penanganannya dengan memastikan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap.

 

  1. Jaga Kebersihan Lingkungan

Perlu diketahui anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama lingkungan sekitarnya kotor. Faktor inilah yang secara tidak langsung meningkatkan stunting pada anak. Diare juga menjadi faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan yang pemicu diare itu sendiri dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh.

Oleh karena itu, stunting merupakan permsalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu cukup lama. Untuk menghindari stunting pada anak dapat kita menerapkan lingkungan yang sehat, penuhi asupan sehat dan bergizi untuk ibu hamil dan anak, memberikan ASI pada anak sejak lahir hingga 6 bulan, dan memantau tumbuh kembang anak dengan konsultasikan ke dokter tumbuh kembang anak agar anak-anak terhindari dari stunting.

 

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.