Kenali Gangguan Pencernaan Pada Bayi

Kenali Gangguan Pencernaan Pada Bayi

Ketika masih bayi, kemampuan anak dalam mencerna makanan masih terus berkembang dan belum sempurna. Kondisi tersebut membuat bayi sangat rentan terhadap berbagai masalah pencernaan. Padahal, asupan makanan sangat penting untuk pertumbuhannya. Untuk itu, sebagai orangtua, Sahabat Hermina perlu tahu apa saja gangguan pencernaan pada bayi yang sering terjadi dan cara mengatasinya.

 

Walaupun sering terjadi, gangguan pencernaan pada bayi sulit sekali diketahui. Pasalnya, bayi yang belum bisa bicara atau kesulitan berbicara, tentu tidak dapat memberi tahu apa saja gejala yang dirasakannya dengan baik. Mereka hanya bisa menangis dan terlihat lemah.

 

Sejak lahir, sistem pencernaan bayi belajar mengolah asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Karena sistem pencernaannya masih dalam tahap perkembangan, bayi menjadi lebih rentan mengalami gangguan pencernaan.

 

Bayi yang mengalami gangguan pencernaan umumnya akan memunculkan gejala berupa rewel, perut kembung, mual, muntah, diare, hingga dehidrasi. Memasuki usia 6 bulan ke atas, nutrisi bayi tak dibatasi oleh ASI (Air Susu Ibu) saja. Susu formula, makanan padat atau MPASI (Makanan Pengganti ASI) pun sudah mulai diperkenalkan pada Si Kecil sebagai asupan nutrisinya.

 

Nutrisi-nutrisi baru ini mungkin akan menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan Si Kecil, dikarenakan saluran cernanya belum terbentuk dengan sempurna. Maka dari itu, Sahabat Hermina perlu mengetahui gejala gangguan sistem pencernaan pada Si Kecil untuk menentukan penanganan yang tepat jika salah satu atau beberapa tanda-tandanya muncul.

 

Berikut ini adalah macam-macam gangguan pencernaan yang dapat terjadi pada bayi:

 

- Kolik

Kolik ditandai dengan menangis secara berlebihan. Umumnya kolik terjadi pada beberapa minggu awal setelah bayi lahir dan berhenti saat bayi berusia 4 bulan. Bayi yang mengalami kolik akan menangis hingga lebih dari 3 jam sehari selama 3 hari dalam satu minggu, setidaknya terjadi 3 minggu berturut-turut.

 

- Gumoh

Gumoh merupakan kondisi normal, karena kerongkongan bayi belum berkembang sempurna. Selain itu, ukuran lambungnya juga masih sangat kecil. Saat terlalu banyak makan atau menelan udara ketika menyusu, bayi bisa gumoh.

 

Biasanya gumoh akan hilang ketika bayi berusia antara 6 bulan hingga 1 tahun, karena pada saat itu otot-otot kerongkongan sudah dapat berfungsi dengan baik. Gumoh pada bayi tidak termasuk kondisi yang mengkhawatirkan, selama tidak terjadi secara berlebihan atau berkepanjangan, dan tidak menyebabkan gangguan pada tumbuh kembangnya.

 

- Perut kembung

Perut kembung pada anak dapat membuatnya menangis dan rewel. Kondisi ini disebabkan saluran pencernaan anak belum berfungsi secara sempurna. Anak yang mengalami perut kembung biasanya akan memunculkan gejala khas, yaitu perutnya menjadi keras, sering sendawa, rewel, dan sering kentut.

 

Kondisi ini dapat disebabkan oleh cara makan dan minum Si Kecil yang terlalu cepat atau terlalu pelan, minum dari botol dot yang banyak gelembung udaranya, juga kebiasaan mengisap botol dot kosong. Mengonsumsi makanan yang mengandung gas seperti brokoli, ubi, bawang, atau kol, juga dapat membuatnya kembung. Selain itu, ada pula kondisi lain yang dapat menyebabkan perut kembung, seperti refluks atau aliran balik asam lambung, dan intoleransi laktosa.

 

- Sembelit

Sembelit/susah buang air besar cukup umum dialami batita. Biasanya disebabkan oleh pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), dehidrasi, atau kondisi medis tertentu. Gejala sembelit pada bayi mudah untuk dikenali, yaitu Si Kecil tidak buang air besar setidaknya tiga kali dalam seminggu, sulit mengeluarkan kotoran, dan tekstur kotorannya keras. Selain itu, perutnya bisa terasa keras, nafsu makan menurun, merasakan sakit ketika mengejan, dan menangis tiap kali diajak ke toilet untuk buang air besar (BAB). Untuk mengatasinya, Sahabat Hermina bisa memberikan obat sembelit anak.

 

- Diare

Pada dasarnya, selama anak masih mengonsumsi ASI, susu formula, ataupun makanan semi padat, maka tekstur tinja saat BAB cenderung lunak. Namun, Sahabat Hermina patut waspada ketika Si Kecil terlalu sering BAB, tinja cair, atau dalam jumlah yang banyak karena itu artinya bisa jadi Si Kecil terkena diare. 

 

Diare pada bayi dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari infeksi parasit, bakteri atau virus, alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu, minum terlalu banyak jus buah, hingga keracunan makanan.

 

 

Cara Mengatasi Gangguan Pencernaan dan Menjaga Kesehatan Pencernaan Bayi

 

Berkonsultasi dengan dokter merupakan cara paling efektif untuk mengatasi gejala gangguan pencernaan pada bayi. Jika gejala yang muncul tak kunjung mereda, jangan ragu untuk memeriksakan Si Kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

 

Beragam cara sederhana yang dapat Sahabat Hermina lakukan ketika bayi sering mengalami gangguan pencernaan, antara lain:

 

- Memperhatikan posisi menyusui atau makan yang benar

Biasakan menyusui atau menyuapi anak dalam keadaan lebih tegak, dan pertahankan posisi tersebut sekitar 20 menit setelah pemberian susu atau makanan. Hal ini dilakukan untuk mencegah susu dan makanan naik kembali ke kerongkongan. Pastikan juga Si Kecil tidak makan atau minum terlalu cepat.

 

- Pijat lembut perut Si Kecil

Jika Si Kecil mengalami kembung, pijat perutnya dengan lembut untuk menghilangkan gas atau membuat perutnya terasa lebih baik. Selain itu, Sahabat Hermina juga bisa mengusap punggung Si Kecil. Caranya, letakkan Si Kecil di atas kasur atau di atas kedua paha Bunda dengan posisi perut menghadap ke bawah atau telungkup.

 

- Berikan asupan makanan mengandung serat

Jika Si Kecil menderita sembelit, sebaiknya berikan makanan yang tinggi serat. Utamakan memberinya asupan serat dari buah-buahan atau jus buah, seperti apel atau pir. Selain buah-buahan, roti gandum juga bisa diberikan kepada Si Kecil.

 

- Hindari makanan tertentu saat mengalami gangguan pencernaan

Jika Si Kecil mengalami diare, hindari makanan apa pun yang dapat membuat gejala diare semakin memburuk, misalnya makanan berminyak, makanan yang tinggi serat, makanan yang pedas dan asam, produk olahan susu, serta makanan manis. Jika Si Kecil masih minum ASI, sebaiknya Bunda juga tidak mengonsumsi berbagai makanan tersebut.

 

- Pertimbangkan mengganti susu formula

Jika Si Kecil mengonsumsi susu formula, sebaiknya berkonsultasi ke dokter terlebih dulu untuk mempertimbangkan penggantian susu formula. Misalnya dengan susu formula protein terhidrolisa parsial (partially hydrolyzed protein). Meski masih terus diteliti, namun jenis susu ini dianggap memiliki formula protein yang lebih lembut, sehingga mudah dicerna dan diserap oleh tubuh anak. Selain itu, Bunda juga dapat memilih jenis susu rendah laktosa.

 

Namun jangan lupa, perhatikan kandungan nutrisi dalam susu formula, seperti kalsium, zat besi, omega-3, asam folat, vitamin B1, B6, dan B12, agar mencukupi kebutuhan gizi anak sehingga tumbuh kembang dan kecerdasan Si Kecil dapat optimal.

 

 

Pertahankan pola makan yang sehat dan sesuai untuk Si Kecil, demi menjaga kesehatan pencernaannya. Ajak juga Si Kecil untuk selalu aktif bergerak, baik saat berolahraga maupun bermain, untuk mendukung proses pencernaan dan tumbuh kembangnya. Bila gangguan pencernaan yang dialami Si Kecil tidak kunjung membaik atau justru semakin parah, sebaiknya segera konsultasikan segera ke RS Hermina Pandanaran untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.