Dampak Kekurangan Vitamin D pada Anak

Dampak Kekurangan Vitamin D pada Anak

Anak-anak, remaja, dan orang dewasa muda berisiko mengalami defisiensi (kekurangan) dan insufisiensi (kadar tidak cukup) vitamin D. Sebagian besar vitamin D didapatkan dari paparan sinar matahari dan sedikit yang didapatkan dari makanan. Penyebab utama defisiensi vitamin D adalah kurangnya mendapat paparan sinar matahari. Vitamin D yang berasal dari makanan hanya menyumbang sebagian kecil dari seluruh vitamin D yang diperlukan oleh tubuh. Studi yang dilakukan pada 91 anak sekolah dasar di Jakarta menunjukkan tingginya insiden hipovitaminosis vitamin D, dengan 75,8% anak mengalami insufisiensi ataupun defisiensi vitamin D. 

Penelitian yang dilakukan pada anak usia 2–13 tahun di 48 kabupaten di Indonesia menunjukkan penurunan kadar vitamin D mulai terlihat pada anak usia 6 tahun ke atas, dan sebanyak 45,1% mengalami insufisiensi vitamin D.

Vitamin D adalah vitamin yang juga berfungsi seperti hormon dan memiliki peran penting dalam penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan di dalam usus. Konsumsi kalsium dalam jumlah besar tidak bermanfaat bila tidak disertai asupan vitamin D yang cukup. Sinar ultraviolet B (UVB) akan mengubah prekursor vitamin D yang ada di kulit menjadi vitamin D3 (cholecalciferol), untuk selanjutnya di proses kembali di hati dan ginjal menjadi vitamin D yang aktif (calcitricol/dihydroxycholecalciferol). Vitamin D aktif ini selain berperan untuk metabolisme kalsium dan fosfor juga memiliki manfaat ekstraskeletal yakni berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh, kesehatan otot jantung dan pembuluh darah, serta fungsi sel-sel saraf. Kadar metabolit vitamin D (25-hydroxyvitamin D3) diukur untuk menentukan kecukupan kadar vitamin D. Kadar normal vitamin D adalah 30–100 ng/mL.

Anak yang mengalami kekurangan vitamin D akan mengalami gangguan pertumbuhan. Defisiensi vitamin D menyebabkan tidak normalnya kadar kalsium, fosfor, dan metabolisme tulang. Penurunan penyerapan kalsium dan fosfor di usus menyebabkan peningkatan hormon paratiroid yang akan memecah kalsium dari tulang dan meningkatkan pengeluaran fosfor melalui urin. Kondisi tersebut mengakibatkan tulang menjadi lunak dan berkurang kepadatannya (osteomalacia).

Kekurangan vitamin D yang berat pada anak dapat menyebabkan penyakit riketsia nutrisional. Riketsia umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai dengan 2,5 tahun, dengan gejala kelemahan otot, keterlambatan perkembangan gerak motorik, pembesaran di area pergelangan tangan dan lutut, tungkai berbentuk O, dan keterlambatan pertumbuhan gigi. 

Pengaruh defisiensi vitamin D yang lain adalah terjadinya penyakit infeksi serta meningkatnya risiko penyakit kanker maupun penyakit autoimun.

Cara mencegah kekurangan vitamin D yaitu dengan melakukan berbagai aktivitas di luar rumah sehingga anak terpapar sinar matahari setidaknya selama 5–15 menit dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu. Waktu yang baik untuk mendapat sinar UVB matahari adalah pukul 10.00 sampai 14.00. Namun, perlu diwaspadai dan kehati-hatian agar tidak berjemur di bawah sinar matahari terlalu lama untuk menghindari dampak buruknya. Selain itu, juga diperlukan konsumsi makanan yang kaya vitamin D seperti ikan salmon, makarel, tuna, keju, jamur shitake, dan sereal.

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.