Dampak Buruk Mengisap Ibu Jari

Dampak Buruk Mengisap Ibu Jari

 

Halo sahabat Hermina, Hampir semua anak anak menghisap ibu jari (non-nutritive sucking habits). Hal ini masih dapat dikatakan normal apabila terjadi pada fase oral, yaitu sampai usia 24 bulan. Namun hanya sekitar 40 % anak melakukan kebiasaan ini sampai usia 36 bulan. Kebiasaan ini berkurang seiring dengan berjalannya waktu dengan adanya interaksi sosial anak terutama saat bersekolah. Konsekuensi dari kebiasaan buruk menghisap ibu jari dipengaruhi oleh durasi (lamanya kebiasaan ini terjadi beberapa bulan/tahun) dan intensitas (sering atau tidaknya menghisap ibu jari), dan frekuensi (beberapa jam per hari). Apabila kebiasaan ini terus menerus terjadi sampai periode gigi bercampur ataupun periode gigi permanen dapat menyebabkan maloklusi dan proporsi wajah anak menjadi tidak seimbang. Hal lain yang mungkin dapat terjadi adalah berimplikasi terhadap psikologis, mempengaruhi keadaan bibir, pipi, lidah, dan gusi.

Maloklusi merupakan gambaran hubungan gigi dan rahang antara rahang atas dan bawah saat menggigit tidak harmonis. Keadaan maloklusi pada anak yang memiliki kebiasaan buruk menghisap ibu jari hingga usia periode gigi bercampur (biasanya di atas 6 tahun) memiliki ciri khas terhadap susunan gigi geliginya. Hal tersebut dapat menyebabkan beberapa keadaan dalam rongga mulut, meliputi:

  1. Gigitan terbuka pada gigi seri. Hal ini terjadi dikarenakan terhambatnya pertumbuhan gigi seri bagian atas dan bawah yang dipengaruhi menghisap ibu jari.
  2. Gigitan silang pada gigi geraham. Hal ini secara tidak langsung terjadi karena adanya tekanan dari pipi dan posisi lidah lebih ke bawah saat menghisap ibu jari sehingga menyebabkan bentuk rahang atas lebih kecil dari rahang bawah dan posisi gigi geraham bersilangan. Selain itu bentuk dari lengkung gigi atas anak berbentuk huruf “V’.
  3. Proporsi wajah tidak seimbang. Terutama pada bagian rahang atas dan bawah lebih panjang daripada bagian atas wajah.
  4. Sulit berbicara. Gigitan terbuka gigi seri dapat menyebabkan anak kesulitan dalam mengucapkan huruf “S” dan “Z”.
  5. Gangguan psikologis. Kondisi gigitan terbuka gigi seri dapat mempengaruhi kepercayaan diri anak di usia remaja-dewasa nanti.

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Kondisi susunan gigi pada anak dengan kebiasaan buruk

menghisap ibu jari (Littlewood S, 2019)

 

 

            Pendekatan dalam menghentikan kebiasaan menghisab ibu jari dapat dilakukan dengan pendekatan melalui terapi dokter gigi dan non dokter gigi. Dokter gigi umum dan dokter gigi spesialis ortodonti sangat berperan dalam mengintervensi dini kebiasaan anak mengisap ibu jari. Alat yang digunakan berfungsi sebagai habit breaker. Namun dalam penanganannya apabila anak masih terasa sulit menghentikan kebiasaannya dapat juga berkolaborasi dengan psikolog. Hal ini menjadi fokus utama sebelum dirapikannya susunan gigi geligi. Setelah kebiasaan ini dapat dihentikan maka dokter gigi spesialis ortodonti berperan dalam merapikan gigi anak terhadap maloklusi yang terjadi.

Gambar 2. Melakukan perban pada area ibu jari dapat berfungsi untuk mengingatkan anak untuk tidak menghisap ibu jari dan mengurangi rasa nikmatnya. Sebaiknya dipilih perban yang dapat tahan air (Proffit W, 2019)

 

Gambar 3. Tongue Crib. Alat yang dapat digunakan untuk menghentikan kebiasaan anak meghisap ibu jari. Perawatan dilakukan oleh dokter gigi sepsialis ortodonti. Alat ini berfungsi untuk menghentikan kebiasaan anak menempatkan ibu jari di antara gigi seri (Proffit W, 2019)

 

. Apabila kebiasaan menghisap ibu jari masih terjadi pada anak anda disaat masa periode gigi bercampur (di atas 6 tahun) segera konsultasikan ke dokter gigi umum atau dokter gigi spesialis ortodonti agar mendapatkan penanganan yang terbaik sehingga dapat meningkatkan kualitas dari fungsi pengunyahan, berbicara, penampilan, dan kepercayaan diri.

 

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.